Ledakan Ranjau Darat Tewaskan Warga AS Tim Pemantau Ukraina

Ini adalah insiden pertama yang menimpa tim pemantau sipil tak bersenjata di wilayah konflik Ukraina.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 24 Apr 2017, 14:07 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2017, 14:07 WIB
Warga AS Tim Pemantau Ukraina Tewas Akibat Ledakan Ranjau Darat
Mobil yang dikendarai tim pemantau OSCE yang menewaskan 1 WN AS dan melukai anggota lainnya (ALEKSEY FILIPPOV / AFP)

Liputan6.com, Kiev - Seorang paramedis warga negara Amerika Serikat yang bergabung dalam tim pemantau kekerasan di Ukraina Timur tewas dalam sebuah ledakan. Menurut organisasi yang membawahi kegiatan kelompok itu, Organization for Security and Co-operation (OSCE), insiden berlangsung pada hari Minggu 23 April 2017.

WN AS itu merupakan bagian dari tim patroli dari OSCE Special Monitoring Mission (SMM) untuk Ukraina. Menurut Sekertaris Jenderal Lambero Zannier, ini adalah pertama kalinya anggota patroli SMM tewas dalam tugas. Demikian seperti dikutip dari CNN, Senin (24/4/2017).

Dua anggota monitor lainnya dari organisasi yang berbasis di Eropa itu terluka. Sementara kendaraan yang mereka tumpangi rusak berat akibat ledakan yang terjadi di kawasan Luhansk.

Pihak OSCE kini tengah menyelidiki lebih lanjut insiden ini.

"Insiden terbaru itu membuat status bahaya bagi para petugas keamanan di SMM monitor yang telah bekerja 24 jam," kata Zannier.

"Semua orang di negara ini harus bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan tim monitor OSCE," lanjutnya.

Sementara itu, menurut Wakil Ketua Monitor OSCE, Alexander Hug, ledakan disebabkan ranjau darat dan terjadi pada pukul 11.17 Minggu pagi.

Misi pemantauan itu dikerahkan pada Maret 2014 setelah ada permintaan kepada OSCE oleh pemerintah Ukraina, serta keputusan konsensus oleh 54 peserta OSCE dari berbagai negara.

"SMM adalah misi sipil tak bersenjata, mereka bekerja 24 jam tiap hari di seluruh kawasan Ukraina. Tugasnya adalah untuk mengobservasi dan melaporkan secara objektif atas situasi di Ukraina. Serta memfasilitasi dialog bagi seluruh pihak untuk mengatasi krisis," ujar pernyataan OSCE.

Kekerasan antara pemberontak pro-Rusia dan tentara Ukraina di timur Ukraina masih terus berlangsung. Dan itu merupakan krisis paling berdarah di konflik Eropa semenjak perang dimulai di bekas negara Yugoslavia pada awal 1990an.

Menlu Austria dan sekaligus ketua OSCe di kawasan, Sebastian Kurz mengatakan, insiden ini tak bisa diterima.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko telah mengucapkan duka cita kepada Menlu AS Rex Tillerson.

Keduanya setuju bahwa insiden ini akan membuat perjanjian Minsk segera diterapkan. Sementara sanksi AS terhadap Rusia akan terus berlangsung sampai mereka menyerahkan kontrol Krimea ke Ukraina.

Perjanjian Minks meliputi seluruh pihak yang bertingkai wajib gencatan senjata yang nyata dalam jangka waktu lama, penarikan senjata berat, dan memutus jaringan komando.

Di Washington, Kementerian Luar Negeri mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya terkejut atas insiden ini. Mereka berduka cita bagi keluarga dan teman dari korban yang namanya tak diserbutkan. 

Juru bicara Menlu AS, Mark Toner, mengatakan, "sekali lagi kami memanggil Rusia untuk menggunakan pengaruhnya bagi para separatis yang untuk memulai perdamaian di Ukraina timur dan meningkatkan keamanan serta keselamatan di kawasan itu."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya