Menlu AS Tolak Selenggarakan Perayaan Idul Fitri

Tillerson menolak permintaan untuk menyelenggarakan perayaan Idul Fitri. Sikapnya ini bertentangan dengan tradisi di lingkungan Kemlu AS.

oleh Citra Dewi diperbarui 28 Mei 2017, 13:10 WIB
Diterbitkan 28 Mei 2017, 13:10 WIB
20170201-Rex Tillerson Resmi Jadi Menteri Luar Negeri AS-Washington
Rex Tillerson disaksikan Presiden Donald Trump dan istri Tillerson, Renda St. Clair, menyampaikan sambutan setelah dilantik sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) AS di Gedung Putih, Washington, Rabu (1/2). (AP Photo/Carolyn Kaster)

Liputan6.com, Washington DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, menolak menggelar perayaan Idul Fitri, demikian menurut dua pejabat administrasi yang mengetahui keputusan itu.

Pejabat tersebut mengatakan, Tillerson menolak permintaan Kantor Urusan Agama dan Urusan Luar Negeri untuk menyelenggarakan resepsi dalam memperingati Idul Fitri, yang jatuh tepat setelah Ramadan berakhir.

Padahal sejak tahun 1999, para Menteri Luar Negeri AS baik yang berasal dari Partai Republik maupun Demokrat rutin menyelenggarakan buka puasa bersama atau menggelar perayaan Idul Fitri.

Acara Ramadan yang biasanya dihadiri oleh anggota Kongres, diplomat dari negara-negara muslim, tokoh masyarakat muslim, dan pejabat tinggi AS telah menjadi simbol upaya AS untuk berbaur dengan dunia muslim.

"Kami masih menjajaki kemungkinan opsi untuk merayakan Idul Fitri, yang menandai berakhirnya Ramadan," ujar seorang juru bicara Departemen Luar Negeri seperti dikutip dari CNN, Minggu (28/5/2017).

"Duta Besar AS didorong untuk merayakan Ramadan melalui sejumlah kegiatan yang diadakan setiap tahunnya di seluruh tempat penugasan," imbuh dia.

Tidak jelas apakah keputusan Tillerson untuk tak menggelar adanya perayaan Ramadan yang biasanya dijadwalkan beberapa minggu atau bulan sebelumnya, terkait dengan perampingan birokrasi termasuk pemangkasan anggaran secara besar-besaran.

Pada 26 Mei lalu, Tillerson menyampaikan pesan Ramadan kepada seluruh umat muslim. Dalam pernyataannya, ia menyebut bahwa Ramadan adalah bulan penghormatan, kemurahan hati, dan refleksi diri.

"Lebih pentingnya lagi, ini adalah waktu bagi keluarga dan kerabat untuk berkumpul dan memberi sedekah kepada mereka yang kurang beruntung. Ini ada waktu yang mengingatkan kita semua akan nilai harmoni dan empati," imbuh Tillerson.

Selain Tillerson, Presiden AS Donald Trump juga menyampaikan pesan Ramadan. Selain memberi ucapan selamat, Trump juga menyinggung soal terorisme.

"Inti dari semangat Ramadan adalah memperkuat kewaspadaan terkait kewajiban kita semua untuk menolak segala bentuk kekerasan," jelas Trump.

Dia mengatakan, dunia pada tahun ini telah menyaksikan banyak peristiwa kekerasan dan terorisme. Bukan hanya di satu tempat, namun berlangsung di sejumlah titik di penjuru bumi.

"Pada tahun ini, ketika libur dimulai dunia berduka atas serangan barbar terorisme di Inggris dan Mesir, tindakan kebejatan seperti itu bertentangan dengan semangat Ramadan," jelas dia.

"Tindakan seperti itu akan memperkuat tekad kita melawan terorisme dan ajaran sesatnya," tegas Trump.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya