Krisis Teluk, Maskapai Maroko Batalkan Penerbangan ke Qatar

Langkah pembatalan rute terbang ke Qatar juga dilakukan oleh maskapai Maroko saat krisis teluk, setelah Emirates dan Etihad Airlines.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 07 Jun 2017, 15:03 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2017, 15:03 WIB
Maskapai Royal Air Maroc membatalkan rute penerbangan ke Qatar akibat krisis Teluk. (Al Arabiya.net)
Maskapai Royal Air Maroc membatalkan rute penerbangan ke Qatar akibat krisis Teluk. (Al Arabiya.net)

Liputan6.com, Rabat - Krisis teluk juga ternyata mempengaruhi dunia penerbangan Maroko. Royal Air Maroc mengumumkan pada Rabu 7 Juni 2017 waktu setempat, bahwa mereka telah membatalkan penerbangan ke UEA, Arab Saudi, Yaman dan Mesir melalui Doha, Ibu Kota Qatar.

Seperti dikutip dari Al Arabiya, Rabu (7/6/2017), langkah pembatalan rute penerbangan itu dilakukan setelah terjadi pemutusan hubungan dengan Qatar oleh beberapa negara.

Tujuh negara, yang dipimpin oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, memutuskan hubungan dengan Qatar, Senin 5 Juni. Tidak lama setelah itu, Yaman, Libya, Maladewa, Mauritius dan Mauritania mengambil langkah serupa.

Masing-masing negara mengeluarkan pernyataan terpisah menjelaskan alasan keputusannya. Semua sepakat tentang peran Qatar dalam mendukung terorisme dan campur tangan dalam urusan internal pihak ketiga.

Menyusul kemudian, Yordania yang mengambil jalan sedikit berbeda. Tidak memutuskan hubungan, mereka mengambil kebijakan untuk men-downgrade hubungannya dengan Qatar.

Perwujudan kebijakan dilakukan dengan cara mengurangi jumlah perwakilan diplomatik Yordania di Qatar.

Sebelumnya, Emirates dan Etihad Airlines telah menghentikan seluruh penerbangan dari dan ke Qatar sebagaimana sejumlah negara Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha.

Mereka menuduh Qatar telah mendukung kelompok terorisme dan mendukung Iran.

Krisis di Kawasan Teluk ini terjadi setelah kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Arab Saudi untuk menghadiri pertemuan puncak dengan para pemimpin Arab.

Qatar merupakan rumah bagi Pangkalan Udara al-Udeid, markas Komando Pusat militer AS. Terdapat 10 ribu tentara AS yang ditempatkan di sana. Tak jelas, apakah langkah pemutusan hubungan diplomatik tersebut akan mempengaruhi operasi militer Negeri Paman Sam. Hingga saat ini belum ada komentar terkait hal ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya