'Celengan Babi' Rahasia di Balik Gaya Hidup Mewah Kim Jong-un

Kim Jong-un diduga memiliki sumber dana rahasia, hasil dari aktivitas perdagangan dan ekonomi ilegal.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 21 Jun 2017, 20:40 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2017, 20:40 WIB
 Kim Jong-un saat menyaksikan uji coba rudal balistik jarak menengah Pukguksong 2
Kim Jong-un saat menyaksikan uji coba rudal balistik jarak menengah Pukguksong 2 (KCNA/Korea News Service via AP)

Liputan6.com, Washington, DC - Ketika pemimpin salah satu negara terisolasi di dunia, Kim Jong-un dari Korea Utara, tiba di sejumlah parade kenegaraan, ia datang dengan sebuah Mercedes Benz hitam.

Sebagai salah satu negara yang sangat jarang mengadakan kerja sama perdagangan dengan negara lain, lantas siapa yang menjual mobil mewah produksi Jerman itu kepada Kim Jong-un?

Tak hanya mobil Mercedes Benz, sejumlah benda mentereng lain yang dimiliki oleh Kim Jong-un tampak menunjukkan bahwa, meski kerap dijatuhi sanksi internasional, pemimpin tertinggi Korea Utara itu tetap hidup mewah.

Sejumlah laporan menunjukkan adanya riwayat pembelian benda bernilai mahal yang dilakukan oleh Kim Jong-un, mulai dari kapal pesiar, miras mahal, dan peralatan yang dibutuhkan untuk membuat resor ski mewah. Demikian seperti yang diwartakan oleh CNN, Rabu (21/6/2017).

Menurut laporan PBB yang dirilis pada 2014, Korea Utara memiliki riwayat total transaksi pembelian barang mewah pada tahun 2012 senilai US$ 645,8 juta.

Jika ditempatkan dalam konteks, misalnya total impor Korea Utara dari negara lain, angka belanja barang mewah tersebut dinilai cukup tinggi. Mengapa?

Menurut data PBB yang dianalisis oleh MIT Media Lab's Observatory of Economic Complexity, dari total nilai impor Korea Utara yang mencapai US$ 3,47 miliar, transaksi untuk pembelian barang mewah menjadi pengeluaran terbesar kedua. Pengeluaran terbesar pertama adalah total nilai impor Pyongyang dari Beijing.

Bahkan, total transaksi pembelian barang mewah Kim Jong-un masih lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah nilai impor Korea Utara dari seluruh kombinasi negara lain yang melakukan hubungan dagang dengan mereka, jelas analisis tersebut dan dikutip dari CNN.

Hasil analisis tersebut kembali menimbulkan tanda tanya besar lain. Bagaimana bisa Kim Jong-un--yang pada Maret 2017 lalu sempat memberitahu warga terkait kemungkinan bencana kelaparan domestik--mampu membeli banyak benda mentereng, atau dalam konteks lain, terus-menerus melakukan tes rudal nuklir?

Pakar menilai bahwa dana untuk itu berasal dari "celengan babi" pribadi Kim Jong-un. Tabungan itu diduga diisi dari sejumlah aktivitas ilegal di seluruh dunia, seperti peretasan rekening bank, menjual senjata di pasar gelap, peredaran narkotika, pemalsuan uang, dan penjualan spesies langka.

Keuntungannya dari aktivitas ilegal tersebut diduga mencapai ratusan juta dolar AS.

Sebagian keuntungan tersebut disisihkan untuk mendanai program pengembangan rudal jarak jauh dan hulu ledak nuklir.

Konsistensi yang ditunjukkan oleh Korea Utara yang mengembangkan rudal jarak jauh dan hulu ledak nuklir, meski di tengah sanksi dari sejumlah negara, menguatkan dugaan adanya dana hasil aktivitas ilegal tersebut.

"Korea Utara telah melanggar sejumlah hukum internasional dengan terus melakukan uji coba nuklir serta aktivitas ekonomi ilegal," kata Anggota Kongres AS dari Partai Republik, Doug Lamborn.

Sulit rasanya untuk melacak keberadaan dana ilegal tersebut mengingat statusnya yang tersembunyi. Namun, menurut laporan Congressional Research Service 2008, Pyongyang diyakini mampu mengembangkan US$ 500 juta menjadi keuntungan sebesar US$ 1 miliar dari aktivitas ilegal tersebut.

"Korea Utara akan menjual apa pun selama mereka membayar," kata Anthony Ruggiero, mantan deputi direktur Kementerian Keuangan AS.

Namun, memutus aktivitas ilegal yang dilakukan oleh Korea Utara tersebut cenderung sulit. Sebab, menurut pakar, Korea Utara mampu memanfaatkan celah bisnis ilegal lain untuk dimanfaatkan.

"Mereka adalah rezim yang mampu mencari cara ilegal lain untuk menambah keuntungan. Mereka sangat mudah beradaptasi dan menyembunyikan aktivitas mereka," jelas Sheena Greitens, profesor University of Missouri yang telah mengkaji Korea Utara selama 10 hingga 15 tahun terakhir.

Menurut laporan Kementerian Keuangan AS, Korea Utara memiliki lembaga bernama Office 39. Lembaga itu merupakan sebuah biro yang menyediakan opsi kebijakan ekonomi dan pendanaan secara ilegal, dan telah berkali-kali telah dijatuhi sanksi oleh AS.

Selain itu, sejumlah pakar, seperti yang dikutip oleh CNN, menduga bahwa sejumlah diplomat Korea Utara di beberapa negara turut membantu aktivitas ilegal tersebut.

 

Saksikan juga video berikut

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya