RI Prakarsai Pertemuan 3 Menlu, Bahas Masalah Terorisme di Marawi

Pertemuan 3 Menlu yang diprakarsai RI tersebut bertujuan untuk membahas perkembangan situasi serangan teroris di Marawi.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 23 Jun 2017, 10:35 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2017, 10:35 WIB
Menlu Retno Marsudi dalam pertemuan trilateral di Manila, Filipina. (Dokumentasi Kemlu)
Menlu Retno Marsudi dalam pertemuan trilateral di Manila, Filipina. (Dokumentasi Kemlu)

Liputan6.com, Manila - Menlu RI, Retno Marsudi bertemu dengan 2 Menlu dari negara lain yakni Filipina dan Malaysia di Manila pada 22 Juni 2017. Dalam pertemuan tersebut mereka menitikberatkan perihal keamanan sub-kawasan.

"Permasalahan keamanan di sub-kawasan merupakan tanggung jawab bersama," demikian disampaikan Menlu Retno Marsudi saat melakukan pertemuan Trilateral bersama kedua Menlu dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat (23/6/2017).

Pertemuan yang diprakarsai Indonesia tersebut bertujuan untuk membahas perkembangan situasi serangan kelompok teroris di Marawi, Filipina, baru-baru ini serta untuk menyepakati upaya kolektif ketiga negara dalam menanggulangi terorisme di kawasan.

Dalam pertemuan tersebut, para Menlu didampingi oleh panglima angkatan bersenjata, kepala kepolisian serta kepala lembaga penanggulangan terorisme dari masing-masing negara. Ikut serta dalam Delegasi Indonesia adalah Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, Kepala Kepolisian RI, Tito Karnavian dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Suhardi Alius.

Dalam pernyataan pembukaannya pada pertemuan tersebut, Menlu Retno menekankan bahwa permasalahan yang dihadapi Filipina adalah juga permasalahan bersama ketiga negara. Karena itu penanganannya harus dilakukan secara bersama-sama.

Menlu RI juga menekankan pentingnya menyelesaikan akar permasalahan terorisme, dengan mempromosikan pembangunan sosial ekonomi di kawasan perbatasan ketiga negara.

"Pertemuan Trilateral ini diprakarsai sebagai bentuk solidaritas terhadap masalah yang dihadapi Filipina," ujar Menlu Retno dalam pernyataan pembukaanya.

"Permasalahan terorisme adalah situasi luar biasa (extraordinary) yang harus ditangani dengan cara-cara yang juga luar biasa," imbuhnya.

Panglima TNI, dalam pernyataannya kepada media pasca pertemuan tersebut mengatakan SOP patroli laut bersama Indonesia-Filipina-Indonesia yang ditandatangani di Tarakan pada 19 Juni 2017 lalu, dapat menciptakan fondasi yang kuat bagi upaya bersama menanggulangi terorisme di kawasan perbatasan ketiga negara.

Sementara itu, Kapolri menyampaikan bahwa fenomena serangan terorisme di Marawi, Filipina, bukan sekedar merupakan fenomena lokal namun juga fenomena regional dan global. Karena itu, kerjasama operasional yang efektif antar ketiga negara diperlukan untuk menghadapinya.

Pertemuan Trilateral tersebut menghasilkan Pernyataan Bersama ketiga Menteri Luar Negeri. Mereka menyampaikan keprihatinan bersama terhadap insiden terorisme dan kekerasan ektremisme yang baru-baru ini terjadi di Filipina.

Selain itu, ketiga Menlu juga menegaskan kembali komitmen bersama untuk menangani terorisme dan kejahatan lintas negara lain yang dapat mengancam stabilitas di kawasan serta menyepakati untuk menyusun Rencana Aksi bersama guna menangani permasalahan tersebut.

Pada acara itu juga disepakati Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan berikutnya pada sekitar Oktober 2017 mendatang. Pertemuan kedua tersebut diharapkan akan menyepakati Rencana Aksi Bersama.

Meskipun demikian, ketiga negara juga sepakat bahwa beberapa bentuk kerjasama sudah dapat dilakukan dalam waktu dekat ini.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya