Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama berbeda dengan pemimpin kebanyakan. Dia tidak kaku, mudah didekati, dan terkesan tenang -- bahkan santai-- meski sedang menghadapi masalah berat sekalipun.
Sejumlah orang menganggap, Obama adalah sosok pemimpin 'keren'.
"Mungkin karena saya lahir di Hawaii, dikelilingi laut yang indah, sehingga tak merasa perlu berpikir berat, " kata Obama dalam sesi tanya jawab bersama Ketua Board of Trustees Indonesian Diaspora Network Global, Dino Patti Djalal dalam Kongres Diaspora Indonesia ke-4, Sabtu (1/7/2017).
Advertisement
Obama mengungkapkan, ia selalu mengantisipasi hal buruk saat situasi berjalan baik. Sebaliknya, saat situasi buruk terjadi, ia yakin, 'badai pasti berlalu'.
Baca Juga
"Kita tidak boleh kehilangan tujuan jangka panjang. Kita harus berjuang. Memang butuh waktu lama dan proses panjang. Kita harus fokus pada proses tersebut," kata dia.
Begitu pula di dunia politik yang pelik dan sarat intrik. "Saat aku banyak dikomentari soal survei pemerintahan buruk, aku hanya berpikir untuk lebih fokus, tidak terganggu dengan urusan lain. Tetapkan tujuan dan capai itu."
Keadaan seringkali tak seperti yang kita inginkan, namun kata Obama, kita harus tetap fokus.
Lantas, dari mana Obama belajar menjadi pemimpin?
Obama menceritakan, ketika ia baru saja terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat sejumlah wartawan mewawancarai guru masa kecilnya.
"Ada yang menyampaikan, 'Saat kecil, Obama sudah ingin jadi presiden'. Tapi, aku tak ingat apakah benar-benar mengatakan hal itu," kata dia.
Obama menambahkan, jiwa kepemimpinannya muncul saat memasuki usia 20-an tahun.
"Saat aku mengambil keputusan untuk berkontribusi dan melakukan hal baik untuk orang banyak. Untuk hidup melampaui diriku sendiri," tambah dia.
Barack Obama terpilih menjadi Presiden ke-44 Amerika Serikat untuk dua periode.
Namanya akan tercatat dalam sejarah sebagai orang Amerika keturunan Afrika pertama yang menjadi penguasa Gedung Putih -- sebuah hal yang tadinya dianggap mustahil.
Momentum kemenangan Obama melawan 'kemustahilan' terjadi pada 4 November 2008.
Keturunan penggembala kambing dari Desa Nyangoma-Kogelo di Kenya di Afrika bisa mengalahkan seorang politisi tangguh sekaligus mantan ibu negara (Hillary Clinton) dalam konvensi Partai Demokrat, kemudian menang lawan mantan pahlawan perang John McCain, capres Partai Republik.
Keberhasilannya terulang pada 2012, saat rakyat Amerika Serikat kembali memberikan mandat kepada Barack Obama.
Saksikan juga video menarik berikut ini: