Liputan6.com, New Delhi - Sebuah maskapai penerbangan India mengudara dalam kondisi sistem pendingin udara tak berfungsi dengan baik. Hal itu mengakibatkan para penumpang Air India gempar dan panik tak lama lepas landas.
Menurut laporan yang dikutip dari Al Arabiya, Selasa (4/7/2017), awak pesawat sudah tahu ada kerusakan pada air conditioner (AC) sebelum pesawat lepas landas. Ketika para penumpang memberi tahu awak perihal hal tersebut, mereka mengatakan bahwa mesin pendinginnya akan mulai bekerja segera setelah pesawat lepas landas.
Namun, ternyata penumpang tak diberikan solusi lain selama dua jam penerbangan. Dalam video yang beredar, banyak penumpang terlihat menggunakan bacaan petunjuk penerbangan untuk kipas saking panasnya.
Advertisement
"Ketika aku menyadari AC-nya tak berfungsi dan masker oksigen juga tak membantu, aku meminta tabung oksigen karena hampir tak bisa bernapas. Saat itulah aku tahu bahwa tabung oksigen itu kosong," jelas seorang pasien pengidap asma, Debasmita.
Menurut sebuah unggahan Twitter kantor berita ANI, banyak penumpang lain yang mengeluh sesak napas. Laporan tersebut juga mengatakan bahwa keluhan penumpang di dalam pesawat India itu tak digubris bahkan saat pesawat mendarat di New Delhi.
Pihak Air India hanya mengatakan bahwa terjadi masalah teknis pada mesin pendingin dan tengah dilakukan penyelidikan. Penerbangan AI-880 saat itu membawa 168 penumpang dan melakukan pendaratan dengan aman di New Delhi.
Saksikan video saat penumpang kepanasan di dalam pesawat tersebut:
Mengapa AC di Kabin Harus Selalu Menyala?
Ada alasan amat penting, sehingga suhu dalam kabin selama penerbangan selalu dibuat rendah. Tak peduli iklim maupun lokasi, udara di dalam pesawat terbang selalu dibuat dingin.
Dikutip dari News.com.au pada Jumat lalu, 30 Juni 2017, sebuah penelitian bertajuk "Fainting Passengers: The Role of Cabin Environment" yang diterbitkan dalam jurnal American Society for Testing and Materials menyebutkan bahwa suhu lebih hangat dalam kabin dapat meningkatkan risiko pingsan bagi beberapa penumpang.
Menurut penelitian itu, kemungkinan pingsan "lebih tinggi dalam sebuah pesawat terbang daripada di darat" yang disebabkan oleh "penurunan ventilasi paru", yaitu pengurangan aliran darah ke otak.
Hal demikian dapat menyebabkan lunglai, mengantuk, dan penimbunan gas dalam lambung.
Dalam lingkungan yang memang sudah berisiko tinggi, penelitian itu mengungkapkan bahwa "suhu tinggi dalam kabin dapat lebih jauh lagi memicu reaksi yang dimaksud."
Jadi, dalam suatu penerbangan berisi ratusan orang di dalamnya--dengan definisi mereka masing-masing tentang panas berlebih--para awak kabin menjaga suhu kabin tetap dingin demi berjaga-jaga.
Selain peningkatan risiko pingsan, menjaga suhu kabin tetap rendah juga untuk menghindari dehidrasi.
Udara dalam kabin pesawat pun sudah kering. Jadi, kalau suhunya lebih hangat, semakin bertambahlah dehidrasi yang dialami para penumpang sehingga mereka bisa mual dan pusing.
Jadi, ketika merasa kedinginan dalam penerbangan, ingatlah untuk menambah lapisan pelindung untuk tetap hangat. Lebih baik demikian daripada mual sepanjang perjalanan jauh.
Advertisement