Sebut Xi Jinping Presiden Taiwan, AS Minta Maaf ke China

Para ahli menilai kekeliruan Gedung Putih menyebut Xi Jinping sebagai Presiden Taiwan menunjukkan kurangnya kompetensi staf Gedung Putih.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 11 Jul 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2017, 15:30 WIB
20170406-Donald Trump Bertemu dengan Xi Jinping di Florida-AP
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sebelum melakukan pertemuan di resor Mar a Lago, Florida, Kamis (6/4). Isu perdagangan dan Korea Utara diperkirakan menjadi isu utama pembahasan kedua pemimpin negara tersebut. (AP Photo/Alex Brandon)

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat melayangkan permintaan maaf karena keliru menyebut Presiden China Xi Jinping sebagai pemimpin Taiwan. Sejumlah pihak menyebutkan, kesalahan tersebut menunjukkan kurangnya kompetensi staf Gedung Putih.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan, Tiongkok telah meminta konfirmasi AS terkait kesalahan tersebut. Menurut Negeri Paman Sam, ini merupakan kesalahan teknis dan mereka meminta maaf serta memperbaiki kekeliruan itu.

Insiden tersebut terjadi pada Sabtu lalu setelah Gedung Putih merilis sebuah pernyataan tentang pertemuan antara Donald Trump dan Xi Jinping. Dalam pernyataan itu disebutkan Xi sebagai presiden Republic of China--nama resmi Taiwan.

Nama resmi Tiongkok sendiri adalah People's Republic of China, Republik Rakyat China. Persoalan salah sebut ini sangat sensitif mengingat terdapat perbedaan perspektif antara Beijing dan Taipei.

Selama ini, China menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayahnya.

"Ini adalah pengetahuan dasar bagi mereka yang bekerja dalam bidang diplomasi. Namun insiden tersebut menunjukkan betapa tidak kompetennya staf Gedung Putih, betapa santainya dan kurang koordinasinya mereka," ujar Shi Yinhong, seorang profesor hubungan internasional di China Renmin University seperti Liputan6.com kutip dari Independent pada Selasa (11/7/2017).

"Ini hanya akan membuat warga China memandang rendah pemerintah Amerika karena membuat kesalahan tingkat rendah seperti itu," tambahnya.

Pendapat serupa diungkapkan pula oleh seorang profesor di sekolah studi internasional Peking University, Wang Dong. Menurutnya meski kesalahan tersebut tidak disengaja, namun tetap saja menunjukkan kurangnya kapasitas staf Trump untuk urusan kebijakan luar negeri.

"Ini menunjukkan kekurangan tenaga profesional sebagai bagian dari staf Gedung Putih dalam hal diplomasi. Kesalahan itu sendiri mungkin tidak memengaruhi hubungan China-AS, tapi Gedung Putih harus mengambil pelajaran dari kasus ini untuk memperbaiki kinerja. Ini adalah kesalahan politis sensitif yang tidak seharusnya terjadi," jelas Wang.

Sebenarnya insiden seperti ini bukan kali pertama terjadi dalam hubungan AS-Tiongkok. Pada tahun 2006, saat kunjungan Presiden Hu Jintao ke Washington, pihak protokoler Gedung Putih mengumumkan bahwa lagu kebangsaan Republic of China akan diputar.

Walau salah menyebut nama resmi China, tapi lagu kebangsaan yang diputar tidak keliru.

 

Saksikan video menarik berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya