Korut Ancam Lakukan Serangan Jelang Latihan Gabungan AS-Korsel

Korea Utara melontarkan ancaman menjelang latihan gabungan militer Amerika Serikat dan Korea Selatan yang digelar Senin 21 Agustus.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 21 Agu 2017, 09:09 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2017, 09:09 WIB
Bendera Korea Utara
Bendera Korea Utara (Reuters)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara melontarkan ancaman menjelang latihan gabungan militer Amerika Serikat dan Korea Selatan yang akan digelar dalam waktu dekat di Semenanjung Korea. Pyongyang menilai latihan militer yang dilakukan oleh kedua negara merupakan tindakan ceroboh.

Korut juga mengklaim sumber daya militer mereka mampu menyerang daratan Amerika Serikat serta teritorial AS di Guam dan Hawaii 'tanpa belas kasih'.

"Trump dan kawan-kawan mendeklarasikan latihan mempersiapkan perang nuklir melawan DPRK (Korut). Tindakan itu adalah langkah sembrono yang akan mendorong situasi ke dalam fase perang nuklir yang tidak terkendali," tulis media resmi pemerintah Rodong Sinmun, sehari sebelum latihan militer gabungan AS-Korsel bernama Ulchi Freedom Guardian, seperti dikutip dari CNN, Senin (21/8/2017).

"Korean People's Army tetap bersiaga penuh untuk menahan musuh. Kami akan mengambil langkah tegas jika terlihat sedikit tanda-tanda ancaman," lanjut media resmi pemerintah Korut itu.

Ulchi Freedom Guardian merupakan latihan militer gabungan rutin yang dilakukan oleh Negeri Paman Sam dan Negeri Ginseng. Menurut jadwal, latihan itu dimulai pada Senin 21 Agustus dan akan berlangsung selama 10 hari.

Latihan militer itu terjadi di tengah situasi panas di Semenanjung dan beberapa pekan setelah Korut mengancam akan menembakkan empat rudal uji cobanya ke teritorial AS di Guam.

Meski begitu, pejabat militer Seoul dan Washington, DC menegaskan Ulchi Freedom Guardian tetap akan terlaksana. Mereka juga menekankan perhelatan itu hanya latihan biasa yang tidak ditujukan untuk merespons ancaman Korut.

Sementara itu pada pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dan Menteri Pertahanan James Mattis mengatakan Washington DC tetap mempertahankan opsi militer guna menangani isu Korea Utara.

Tillerson menjelaskan opsi diplomatik damai adalah cara yang lebih disukai untuk membuat Pyongyang menghentikan pengujian rudal balistik bertenaga nuklir. Namun sang menlu menambahkan pendekatan diplomatik 'harus didukung dengan ancaman militer' jika Korut tetap tidak menunjukkan iktikad baik.

Menhan Mattis juga menjelaskan AS bersedia untuk menggunakan opsi militer jika Korut melakukan tindakan yang melewati batas.

"Dengan kerja sama erat dengan sekutu kita, ada konsekuensi militer yang kuat jika DPRK memulai permusuhan," kata Mattis.

Pekan lalu, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menegaskan pihaknya tidak akan membiarkan konflik bersenjata terjadi begitu saja.

"Opsi militer di Semenanjung Korea hanya dapat dilakukan jika Korsel memutuskan hal tersebut. Tanpa persetujuan Korsel, maka tidak akan ada yang boleh mengambil opsi militer," jelas Presiden Moon dalam pidato sambutannya pada perayaan Hari Pembebasan Korsel dari rezim militer Jepang periode 1945.

"Pemerintah akan membatasi dan membendung kemungkinan perang dengan cara apa pun," tambah Moon.

 

Saksikan juga video berikut ini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya