Tiru Fenomena di Neptunus, Ilmuwan Ciptakan Hujan Berlian

Untuk membuktikan fenomena yang selama ini diyakini terjadi di Neptunus dan Uranus, ilmuwan menciptakan hujan berlian untuk kali pertama.

oleh Citra Dewi diperbarui 22 Agu 2017, 19:20 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2017, 19:20 WIB
Ilustrasi hujan berlian Neptunus dan Uranus
Ilustrasi hujan berlian Neptunus dan Uranus. (Greg Stewart/SLAC National Accelerator Laboratory)

Liputan6.com, Stanford - Sejumlah ilmuwan menciptakan hujan berlian di laboratorium untuk kali pertama. Eksperimen mereka bertujuan untuk membuktikan fenomena yang selama ini diyakini terjadi di Neptunus dan Uranus.

Selama ini diyakini bahwa tekanan tinggi di Neptunus dan Uranus akan menekan atom karbon di atmosfer dan menciptakan hujan berlian. Namun hingga saat ini, tak ada yang melihat langsung bagaimana fenomena itu terjadi.

Untuk menciptakan hujan berlian, para ilmuwan menggunkan selembar polistirena yang mengandung jumlah intens karbon serupa. Mereka kemudan memaparkannya dengan gelombang suara ekstrem untuk menciptakan tekanan tinggi.

Hampir setiap atom karbon berubah menjadi berlian kecil berukuran nano. Namun para peneliti memprediksi bahwa berlian di Uranus dan Neptunus ukurannya jauh lebih besar, mungkin beratnya mencapai jutaan karat.

"Kita tak bisa masuk ke dalam planet dan melihatnya, jadi eksperimen laboratorium ini melengkapi observasi satelit dan teleskop," ujar ilmuwan di Helmholtz Zentrum Dresden-Rossendorf dan penulis utama publikasi penelitian, Dr Dominik Kraus seperti dikutip dari The Telegraph, Selasa (22/8/2017).

"Sebelumnya, peneliti hanya bisa berasumsi bahwa berlian telah terbentuk di sana. Ketika saya melihat hasil eksperimen terbaru ini, ini menjadi salah satu momen terbaik dalam karir ilmiah saya," kata Kraus.

Para peneliti berpikir, merupakan hal yang mungkin bahwa selama ribuan tahun, berlian perlahan-lahan meresap melalui lapisan es planet dan tersusun menjadi lapisan tebal di sekitar inti.

SLAC National Accelerator Laboratory (Matt Beardsley)

Dalam percobaan tersebut, polistiren digunakana untuk mensimulasikan metana yakni senyawa dari molekul karbon dan hidrogen yang melimpah di luar Neptunus dan Uranus. Menurut ilmuwan, senyawa itu yang menyebabkan warna biru khas pada Neptunus.

Dalam lapisan dalam, metana membentuk rantai hidrokarbon yang diyakini berubah menjadi berlian pada tekanan tinggi.

Selama percobaan, polistiren di x-ray menggunakan salah satu mesin paling terang di dunia untuk melihat keberadaan berlian. Mesin tersebut disimpan di SLAC National Accelerator Laboratory di Stanford University.

Para peneliti mengatakan, berlian berukuran nano yang mereka buat di laboratorium mereka dapat berpotensi dipanen untuk melengkapi sejumlah peralatan. Berlian tersebut dapat digunakan sebagai ujung alat medis agar memiliki presisi tinggi atau dalam alat elektronik.

Penelitian tersebut dipublikasi di Nature Astronomy pada 21 Agustus 2017.

 

Simak video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya