Liputan6.com, Bahama - Aneh tapi nyata, air laut di Bahama mendadak hilang alias kering pasca-Badai Irma menerjang. Tak ada air berwarna biru seperti yang biasa dilihat para turis di sana, melainkan daratan tandus kecoklatan sejauh mata memandang.
Fenomena langka itu terekam dalam video amatir yang kemudian beredar di dunia maya, seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (10/9/2017). Dalam tayangan tersebut, terlihat garis pantai di Bahama tersebut surut lebih jauh dari biasanya hingga memperlihatkan bagian dasar laut.
Baca Juga
20 Tahun Tsunami Aceh, Curhat Pilu Ibu Kehilangan 2 Anak dan Suami: Tidak Tahu di Mana Makam Mereka
Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Mengenal Smong sebagai Mitigasi Bencana dengan Kearifan Lokal
Vanuatu Diguncang Gempa Dahsyat Magnitudo 7,3, Mayat-mayat Bergeletakan di Jalanan dan Jaringan Komunikasi Terputus
"Saya tak percaya ... Ini adalah Long Island, Bahama dan air lautnya hilang !!!. Itu terjadi setelah #BadaiIrma," tulis pengguna Twitter @Kaydi_K dari Long Island, Bahama pada unggahan status Jumat 8 September.
Advertisement
Video tersebut menunjukkan dia tengah berjalan di atas dasar laut terbuka yang kering.
Pengguna Twitter lainnya @deejayeasye, memposting foto pantai lain di Bahama yang sudah kembali normal dalam waktu kurang dari satu hari. Ia menyebutkan bahwa air laut di dalam fotonya terlihat sekitar 13 jam setelah mengering.
Badai Irma yang melanda Bahama pada Jumat 8 September sangat kuat, sehingga diduga mengubah bentuk samudera di Long Island. Namun, kemungkinan kondisinya akan kembali normal seperti sedia kala pada hari Minggu siang.
Berikut ini rekaman videonya:
Menurut Washington Post, tekanan Badai Irma begitu kuat sehingga menarik air ke intinya, mengisapnya dari laut.
Wakil editor cuaca dan ahli meteorologi, Angela Fritz menjelaskan bahwa fenomena langka itu terjadi akibat 'hurricane bulge'. Fenomena seperti Badai Irma berpotensi menyebabkan 'hurricane bulge' dan mengakibatkan tersedotnya air di lautan.
Fritz juga mencatat bahwa angin yang bertiup dari garis pantai pada Sabtu 9 September, yang menyebabkan air laut belum kembali seperti semula.
Beberapa pengguna Twitter khawatir dengan fenomena air laut surut yang memperlihatkan garis pantai hingga dasar laut, menurut mereka itu merupakan pertanda tsunami mendekat. Namun, Fritz mengatakan airnya tidak akan kembali dengan cepat.
Menurut Pusat Informasi Tsunami Internasional di situsnya, saat air laut tiba-tiba menghilang adalah tanda khas tsunami akan menerjang.
Bandara Populer di Karibia Hancur
Bandara yang terkenal dengan pendaratan pesawatnya yang ekstrem, Princess Juliana Airport, juga dilaporkan terkena dampak Badai Irma.
Lapangan udara tersebut porak poranda akibat terjangan angin kencang saat Badai Irma bergerak melintasi Karibia.
Seperti dikutip dari News.com.au pada Kamis 7 September 2017, bandara itu berada sangat dekat dengan Pantai Maho di Sint Maarten yang dikuasai Belanda -- lokasi populer bagi para pengunjung pantai menyaksikan pesawat terbang berada sangat dekat di atas kepala sebelum mendarat.
Gambar-gambar yang beredar menunjukkan Bandara Internasional Princess Juliana hancur setelah diterjang angin kencang yang embusannya mencapai 297 km per jam di St Martin -- sebuah pulau di Karibia yang terbagi beberapa kepemilikian di antaranya Prancis dan Belanda.
St Martin yang dekat dengan Anguilla di Karibia, terbagi antara wilayah Belanda Sint Maarten dan wilayah Prancis Saint-Martin.
Badai Irma menyebabkan batu-batu besar menghantam pesawat yang parkir. Setidaknya, satu dari jembatan jet runtuh dan pasir serta puing-puing dari Pantai Maho tersapu ke landasan pacu.
Setelah badai Irma melintas, kerusakan parah pada terminal bandara pun terlihat. Di dalam bandara, area check-in kebanjiran.
Bandara Princess Juliana menghentikan semua operasi pada Selasa, 5 September waktu setempat, saat badai Irma mendekati Karibia.
"Kami menyesalkan ketidaknyamanan yang terjadi, tapi harus ditekankan bahwa keselamatan dan keamanan adalah prioritas nomor satu di Bandara SXM," kata chief operating officer, Michel Hyman.
Advertisement