Liputan6.com, Stockholm - Ilmuwan Swedia mengungkap bahwa sebuah kerangka pejuang Viking yang disangka laki-laki, ternyata milik seorang perempuan.
Hal tersebut terungkap saat tim peneliti dari Stockholm Univeristy melakukan analisis DNA tengkorak. Para peneliti menyimpulkan, kerangka dari Abad ke-10 itu merupakan milik seorang perempuan pejuang berkedudukan tinggi dalam bangsa Viking.
Para peneliti telah lama berasumsi bahwa kerangka tersebut merupakan seorang laki-laki. Hal tersebut berdasarkan sejumlah simbol status yang dikuburkan bersamanya.
Advertisement
Baca Juga
Pada saat ditemukan, kerangka itu dikubur bersama dengan sebuah pedang, kapak, tombak, panah, pisau tempur, dua perisai, dan dua ekor kuda.
Para ilmuwan mengatakan, satu set peralatan tempur itu menandakan bahwa individu tersebut memiliki pengetahuan tentang taktik dan strategi individu serta jabatannya sebagai perwira tinggi.
Akibat adanya peralatan tersebut, sebagian besar peneliti menganggap bahwa tubuh tersebut merupakan milik laki-laki. Ketika analisis awal menunjukkan bahwa kerangka itu adalah perempuan, beberapa peneliti lain menyebut bahwa benda-benda yang dikuburkan bersamanya adalah milik orang lain.
Dikutip dari Independent, Senin (11/9/2017), untuk menghilangkan keraguan tersebut, para peneliti mengambil sampel DNA dari lengan dan gigi kerangka.
Sampel menunjukkan kromoson Y yang tak dominan, menandakan bahwa kerangka itu adalah perempuan. Para ilmuwan juga mencatat bahwa tulang kerangka itu kurus dan ramping, khas perempuan, yang mendukung kesimpulan para peneliti.
Kerangka tersebut pertama kali ditemukan pada 1800-an di Birka, Swedia. Kota tersebut terletak di Pulau Björkö, yang dulunya merupakan pusat perdagangan penting bagi orang-orang Viking.
Saat ini terdapat lebih dari 3.000 kuburan Viking di daerah tersebut.
Para peneliti menulis bahwa temuan terbaru tersebut memberikan pemahaman baru tentang masyarakat, konstruksi sosial, dan juga norma pada era Viking.
"Hasil penelitian kami -- bahwa kuburan Bj 581 on berstatus tinggi adalah pemakaman seorang prajurit Viking berpangkat tinggi -- menunjukkan bahwa perempuan juga dapat menjadi anggota penuh lingkungan yang didominasi laki-laki," ujar mereka menyimpulkan.
Perempuan Berpetualang pada Zaman Batu
Tak hanya menjadi prajurit, pada zaman dahulu perempuan juga berkelana. Menurut sebuah studi, pada Zaman Perunggu, laki-laki tinggal di rumah, sementara perempuannya berpetualang untuk menyebarkan kebudayaan dan ide-ide baru.
Studi itu mengungkap bahwa dalam periode 800 tahun, perempuan Eropa bepergian sejauh 300 hingga 500 kilometer dari kampung halamannya untuk membentuk sebuah keluarga baru. Sementara itu, laki-laki di sana cenderung tinggal di dekat tempatnya lahir.
Mereka mengatakan, pola tersebut bukanlah fenomena temporer, melainkan terjadi selama peralihan Zaman Batu hingga Zaman Perunggu Awal.
Stockhammer mengatakan, mobilitas individu adalah ciri utama yang mencirikan kehidupan orang-orang di Eropa Tengah.
Para peneliti menduga bahwa hal itu memainkan peran penting dalam pertukaran benda budaya dan gagasan yang meningkat pada Zaman Perunggu. Hal tersebut pun mendorong pengembangan teknologi baru.
Stockhammer mengatakan bahwa dari sudut pandang arkeologi, wawasan baru itu membuktikan pentingnya mobilitas perempuan untuk pertukaran budaya di Zaman Perunggu. Hal itu juga memungkinkan seseorang untuk melihat tingkat lebih tinggi atas mobilitas manusia purba melalui sudut pandang baru.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement