Pada Zaman Ini Wanita Berpetualang, Laki-Laki Tinggal di Rumah

Arkeolog menemukan bahwa pada Zaman Perunggu para perempuan melakukan perjalanan jauh, sementara laki-lakinya diam di kampung halaman.

oleh Citra Dewi diperbarui 08 Sep 2017, 11:04 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2017, 11:04 WIB
Ilustrasi tengkorak manusia
Ilustrasi (AFP/Vano Shlamov)

Liputan6.com, Lech - Konsep yang menyebut bahwa laki-laki berkelana, sementara perempuan tinggal di rumah masih bertahan di era modern in. Terutama di lingkungan yang patrialkal. 

Namun, sebuah studi menemukan bahwa pada masa lalu, yang terjadi adalah kebalikannya. 

Pada Zaman Perunggu, laki-laki tinggal di rumah, sementara perempuannya berpetualang untuk menyebarkan kebudayaan dan ide-ide baru.

Dikutip dari The Telegraph, Kamis (7/9/2017), studi itu mengungkap bahwa dalam periode 800 tahun, perempuan Eropa bepergian sejauh 300 hingga 500 kilometer dari kampung halamannya untuk membentuk sebuah keluarga baru. Sementara itu, laki-laki di sana cenderung tinggal di dekat tempatnya lahir.

Arkeolog Jerman memeriksa 84 jasad yang dikubur pada tahun 2500 hingga 1650 Sebelum Masehi. Mereka menemukan bahwa pada akhir Zaman Batu dan Zaman Perunggu awal, keluarga terbentuk dengan cara yang mengejutkan.

Para peneliti menemukan bahwa sebagian besar perempuan berasal dari luar area tersebut. Sementara itu, laki-lakinya biasanya menetap di kampung halamannya.

Mereka mengatakan, pola tersebut bukanlah fenomena temporer, melainkan terjadi selama peralihan Zaman Batu hingga Zaman Perunggu Awal.

Penemuan yang dipublikasi di jurnal PNAS berasal dari proyek penelitian yang dikepalai oleh Profesor Philipp Stockhammer dari Ludwig-Maximilians-Universität di Munich.

"Kita semua tahu kisah tentang laki-laki petarung pergi keluar dan pulang membawa makanan, sementara perempuan dan anak-anak tinggal di rumah. Namun, apa yang kita temukan sangat berbeda," ujar Stockhammer.

"Studi kami menyarankan bahwa hampir tak ada pria yang berpergian, sementara dua per tiga perempuan justru melakukannya."

Ciri di Geraham

Selain mengekskavasi, para peneliti juga melakukan analisis isotop stabil dan analisis DNA.

"Kami mendapatkan bukti tiga jenis geraham di mulut dan ada mineral yang terbentuk pada usia yang berbeda," ujar Stockhammer.

"Setiap tanah memiliki ciri yang berbeda, seperti kapur atau tanah liat, dan air yang diminum dari tanah yang berbeda akan memberikan ciri yang berbeda pula pada gigi. Hal itu memungkinkan kami memiliki beberapa petunjuk tentang asal mereka," jelas dia.

Stockhammer mengatakan, mobilitas individu adalah ciri utama yang mencirikan kehidupan orang-orang di Eropa Tengah.

Para peneliti menduga bahwa hal itu memainkan peran penting dalam pertukaran benda budaya dan gagasan yang meningkat di Zaman Perunggu. Hal tersebut pun mendorong pengembangan teknologi baru.

Studi tersebut berfokus pada permukiman yang terletak di Lembah Lech, yang saat ini dikenal sebagai kawasan yang terletak di sebelah selatan Augsburg, Jerman.

Stockhammer mengatakan bahwa dari sudut pandang arkeologi, wawasan baru itu membuktikan pentingnya mobilitias perempuan untuk pertukaran budaya di Zaman Perunggu. Hal itu juga memungkinkan seseorang untuk melihat tingkat lebih tinggi atas mobilitas manusia purba melalui sudut pandang baru.

"Kami melihat keragaman garis perempuan yang berbeda, yang hanya terjadi jika banyak perempuan pindah ke Lembah Lech dari tempat lain," ujar Dr Alissa Mittnik dari Max Planck Institue for the Science of Human History.

Dia mengatakan bahwa penguburan para wanita tak berbeda dengan penduduk asli. Hal itu menunjukkan bahwa perempuan "asing" diintegrasikan ke dalam masyarakat setempat.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya