Ilmuwan Jepang Kembangkan Obat Anti-Kanker dalam Telur Ayam

Peneliti mengembangkan ayam yang telah direkayasa secara genetika sehingga telur yang dihasilkan mengandung obat yang dapat melawan kanker.

oleh Citra Dewi diperbarui 10 Okt 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2017, 07:48 WIB
Telur ayam
Ilustrasi telur ayam (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Kansai - Peneliti Jepang mengembangkan ayam yang telah direkayasa secara genetika sehingga telur yang dihasilkan mengandung obat-obatan yang dapat melawan penyakit mematikan, termasuk kanker. Hal tersebut merupakan upaya untuk secara dramatis mengurangi biaya pengobatan.

Menurut laporan Yomiuri Shimbun, jika para ilmuwan dapat dengan aman memproduksi beta interferon dari telur ayam tersebut, harga obat dapat turun secara signifikan. Saat ini, obat yang mengandung protein itu harganya mencapai 100 ribu yen atau sekitar Rp 12 juta.

Dikutip dari Asia One, Selasa (10/10/2017), peneliti dari National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST) itu, memulai proses tersebut dengan mengenalkan gen yang menghasilkan beta interferon ke dalam sel yang menjadi pelopor sperma ayam.

Mereka kemudian menggunakan sel-sel tersebut untuk membuahi sel telur dan menciptakan ayam betina untuk mewarisi gen tersebut. Hal itu membuat ayam betina tersebut mampu menghasilkan telur yang mengandung zat yang dapat memerangi penyakit.

Saat ini para ilmuwan memiliki tiga ekor ayam yang telurnya mengandung zat tersebut. Unggas itu pun bertelur hampir setiap hari.

Para periset berencana menjual zat tersebut ke perusahaan farmasi dengan harga separuh. Hal itu bertujuan agar perusahaan dapat menggunakan zat beta interferon untuk dijadikan bahan penelitian terlebih dahulu.

Namun konsumen mungkin harus menunggu dikeluarkannya obat tersebut. Pasalnya, Jepang memiliki peraturan ketat mengenai pengenalan produk farmasi baru atau asing, dengan proses penyaringan rutin yang memakan waktu bertahun-tahun untuk sampai ke tahap akhir.

Meski demikian, tim tersebut berharap bahwa terobosan teknologi itu pada akhirnya dapat membantu menurunkan biaya obat tersebut hingga 10 persen dibanding harga saat ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya