Liputan6.com, Sucre - Hari ini 41 tahun silam, sebuah pesawat kargo sewaan jatuh di jalanan yang ramai setelah menabrak gedung di Santa Cruz, sebuah kota di barat Bolivia. Setidaknya 100 orang tewas dalam insiden tersebut.
Seperti dikutip dari BBC on This Day, Boeing 707 itu menabrak bangunan di jalan utama kota dan jatuh di area di mana anak-anak muda tengah bermain bola, tepatnya di lapangan dekat landasan pacu.
Baca Juga
Insiden tersebut merenggut nyawa tiga awak pesawat berkewarganegaraan Amerika Serikat, serta sejumlah warga sipil di darat.
Advertisement
Laporan menunjukkan bahwa jet Lloyd Aereo Boliviano, mengalami gangguan di udara. Salah satu dari empat mesinnya kehilangan tenaga, tak lama setelah lepas landas dari Bandara Santa Cruz pada pukul 13.30 waktu setempat.
Pesawat milik Jet Power Inc di Miami Florida itu disewa oleh maskapai nasional Lloyd Aereo Boliviano.
Pejabat setempat mengatakan insiden itu sebagai bencana penerbangan terburuk dalam sejarah negara di Amerika Selatan tersebut.
"Orang-orang di tempat kejadian mengatakan bahwa mereka mendengar sebuah ledakan sebelum pesawat jatuh, dan melihat api di salah satu mesin di sayap kiri," ujar seorang perwira Angkatan Udara Bolivia.
Menurut pengamat, pesawat memotong bagian atas pohon dan menghancurkan sebuah sudut bangunan sekolah dasar. Badannya kemudian menabrak sebuah toko dan menewaskan sejumlah orang yang sedang antre membeli parafin.
Pesawat terbang tersebut akhirnya jatuh di tanah lapang stadion sepak bola kota, di mana dua tim tengah bermain.
Beberapa penonton tewas dan delapan anak laki-laki di ruang ganti meninggal akibat menghirup asap dari reruntuhan pesawat yang terbakar.
"Semua orang hancur, terbakar dan termutilasi, seperti pemandangan di film Dante," ujar seorang saksi mata.
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan sedikitnya 100 orang Bolivia dirawat di rumah sakit akibat insiden tersebut.
Boeing 707 itu tengah dalam pengiriman oil well machinery dan kargo lainnya dari Houston, Texas ke Santa Cruz sebelum berakhir fatal.
Sementara itu pada tanggal yang sama tahun 2016, tercatat sebagai momen wafatnya Bhumibol Adulyadej, Raja Thailand sejak 1946.
Sedangkan sebelumnya pada 3 Oktober 1923 sejarah membukukan bahwa Ankara menggantikan Istanbul sebagai ibu kota Turki.