6 Februari 2001: Ariel Sharon 'Sang Jagal' Menang Pemilu dan jadi PM Israel

Pada 6 Februari 2001, Ariel Sharon memenangkan pemilu Israel, menyerukan perdamaian dan pemerintahan persatuan, sementara Ehud Barak mengundurkan diri. Warisan politik Sharon, termasuk kebijakan keras terhadap Palestina, masih memengaruhi politik Israel hingga kini.

oleh Alya Felicia Syahputri diperbarui 06 Feb 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2025, 06:00 WIB
Perdana Menteri Israel Ariel Sharon memberikan pidato pada hari pembukaan tahun ajaran baru di pemukiman Maale Adumim di Tepi Barat, 1 September 2004. (AFP/Arsip)
Perdana Menteri Israel Ariel Sharon memberikan pidato pada hari pembukaan tahun ajaran baru di pemukiman Maale Adumim di Tepi Barat, 1 September 2004. (AFP/Arsip)... Selengkapnya

Liputan6.com, Tel Aviv - 24 tahun yang lalu, kemenangan Ariel Sharon dalam pemilihan umum Israel menjadi titik balik penting dalam politik negara tersebut, yang dampaknya masih terasa hingga kini. Ariel Sharon, pemimpin partai sayap kanan partai Likud, meraih kemenangan telak dalam pemilihan umum Israel. Dalam pidatonya dihadapan para pendukung di Tel Aviv, ia menyerukan pembentukan pemerintahan persatuan nasional guna mewujudkan perdamaian di Timur Tengah.

Ehud Barak, perdana menteri yang saat itu akan segera lengser, mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pemimpin Partai Buruh dan meninggalkan parlemen

Sharon menegaskan bahwa ia tidak akan memberikan konsesi wilayah kepada Palestina, khususnya terkait Yerusalem. Ia juga menyerukan kepada Palestina untuk "meninggalkan jalan kekerasan dan kembali ke jalur dialog." seperti yang dikutip dari BBC On This Day, Rabu (5/2/2025)

"Hari ini, Israel telah mengambil langkah baru menuju perdamaian, keamanan, dan persatuan," ujar Sharon.

Barak menegaskan bahwa Partai Buruh tidak akan bergabung dalam pemerintahan persatuan nasional tanpa adanya kesepakatan rencana aksi bersama.

"Teman-teman, kita memang kalah dalam pertempuran ini, tetapi kita akan memenangkan perang," katanya di hadapan para pendukung. "Jalan yang kita tempuh adalah satu-satunya jalan yang akan membawa Israel menuju perdamaian dan keamanan.

Sharon dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani, baik sebagai tentara maupun politisi. Saat menjabat sebagai menteri pertahanan, ia menjadi arsitek utama invasi Israel ke Lebanon pada 1982.

Namun, pada 1983, sebuah pengadilan Israel menyatakan bahwa Sharon bertanggung jawab secara tidak langsung atas pembantaian ratusan warga Palestina oleh milisi Kristen Lebanon di dua kamp pengungsi di Beirut yang berada di bawah kendali Israel. Akibatnya, ia dicopot dari jabatannya.

Meski demikian, Sharon kembali ke panggung politik setahun kemudian sebagai menteri perdagangan dan industri dalam pemerintahan koalisi Likud-Buruh.

Beberapa menit setelah pemungutan suara ditutup, hasil jajak pendapat menunjukkan Sharon unggul 19 persen. Hasil sementara yang ditayangkan televisi Israel bahkan menunjukkan selisih yang lebih besar.

Partisipasi pemilih hanya mencapai sekitar 60 persen, angka terendah dalam sejarah pemilu Israel.

Pemimpin Palestina, Yasser Arafat, memberikan respons diplomatis terhadap kemenangan Sharon.

"Kami menghormati keputusan rakyat Israel," kata Arafat. "Kami berharap proses perdamaian akan terus berlanjut."

Namun, di sisi lain, warga Palestina menggelar "hari kemarahan" bertepatan dengan pemungutan suara. Para demonstran meneriakkan "Sharon adalah jagal" dan terlibat bentrokan dengan tentara Israel di Ramallah dan Hebron, Tepi Barat.

Tantangan di Parlemen

Bendera Partai Likud (org)
Bendera Partai Likud (org)... Selengkapnya

Sharon menghadapi parlemen yang tetap terpecah, sebagaimana yang dihadapi Barak sebelumnya. Beberapa pengamat Israel memperkirakan bahwa pemilu parlemen baru mungkin diperlukan dalam enam bulan ke depan. Jika itu terjadi, Benjamin Netanyahu berpotensi menantang kepemimpinannya di Partai Likud dan menggantikannya sebagai perdana menteri.

Sharon juga akan menghadapi kenyataan politik yang kompleks. Jika ia menerapkan pendekatan keras untuk meredam kemarahan Palestina, para analis menilai bahwa tidak ada solusi yang murni bersifat militer dalam konflik Israel-Palestina.

Pada Juni 2002, setelah serangkaian serangan bom bunuh diri, Israel mulai membangun tembok pengamanan sepanjang 640 km di perbatasan dengan Tepi Barat. Upaya menghidupkan kembali proses perdamaian menghasilkan peta jalan baru yang diterbitkan pada April 2003.

Sharon dikenal memiliki prinsip kuat dalam menjaga keamanan Israel, dengan keyakinan bahwa tujuan menghalalkan cara. Namun, kebijakannya untuk menarik pemukim Israel dari Jalur Gaza dan sebagian Tepi Barat pada Agustus 2005 memicu kemarahan dari para pendukung setianya dan ditolak oleh Partai Likud.

Pada November 2005, Sharon akhirnya keluar dari Likud dan mendirikan partai baru, Kadima (Maju). Pada 4 Januari 2006, Sharon mengalami stroke berat dan koma. Tiga bulan kemudian, pada 11 April, kabinet Israel menyatakan bahwa ia "tidak lagi mampu menjalankan tugasnya secara permanen."

Ehud Olmert, yang sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri sementara, kemudian diangkat secara penuh setelah memenangkan pemilu untuk Partai Kadima pada bulan sebelumnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya