Emir Qatar Akan Berkunjung ke RI, Bahas Krisis Teluk?

Delegasi dari Doha akan membahas beberapa isu seperti bilateral pemerintahan, bisnis dan perdagangan dengan Indonesia, hingga krisis Teluk.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 13 Okt 2017, 17:30 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2017, 17:30 WIB
Emir Qatar
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al Thani akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 17 - 18 Oktober 2017. Kunjungan itu dilaksanakan ketika negara dengan Ibu Kota Doha itu tengah menghadapi Krisis Teluk.

Al-Thani dan delegasi dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo beserta jajaran pemerintah, termasuk Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi. Menurut agenda, keduanya akan melaksanakan pertemuan di Istana Bogor, Jawa Barat pada 18 Oktober.

Delegasi dari Doha akan membahas beberapa isu seperti kerja sama bilateral pemerintahan, bisnis dan perdagangan dengan Indonesia, hingga krisis diplomatik Qatar.

"Kita menyambut sang emir beserta rombongan delegasi datang ke Indonesia. Mereka akan mendarat di Tanah Air pada 17 Oktober malam. Keesokan harinya akan membahas relasi bilateral dan kerjasama bisnis dengan mitra dari RI," jelas Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri RI Sunarko di Jakarta, Jumat (13/10/2017).

"Sang Emir dan para diplomatnya akan melakukan pembicaraan hubungan bilateral dengan Presiden Jokowi dan Ibu Menlu RI di Istana Bogor. Sementara delegasi bisnis dan perdagangan Qatar akan bertemu mitra Indonesia di Jakarta," tambahnya.

Sunarko juga menjelaskan, Al-Thani dan Jokowi direncanakan akan membahas, dan mungkin, menandatangani sejumlah kesepakatan kerjasama dalam pertemuan itu.

"Pemerintah sudah merancang berbagai kerjasama, seperti membentuk Joint Commission RI -Qatar, aspek kesehatan, kebudayaan, serta pemuda dan olahraga. Sementara rekan-rekan bisnis, kamar dagang, perusahaan negara dan swasta kita juga telah menyiapkan rencana kemitraan," ujar pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Dubes RI untuk Arab Saudi itu.

Indonesia memandang Qatar sebagai mitra penting dalam sektor kerjasama minyak dan energi. Saat ini, menurut Sunarko, Doha telah menanam investasi untuk pengadaan pembangkit listrik di Jawa dan Bali.

Sementara Qatar memandang Indonesia sebagai mitra penting sebagai penyuplai beras, gabah, dan makanan ke Doha.

"Kita turut membahas tentang kerjasama transportasi laut dan udara. Kedua negara juga akan berfokus membahas soal bisnis energi, khususnya minyak. Sektor telekomunikasi, bisnis retail, dan ketenagakerjaan juga akan dibahas," tambah Sunarko.

Saat ini, neraca perdagangan kedua negara mencapai US$ 900 juta. Produk ekspor andalan Indonesia adalah industri otomotif, furnitur, dan tekstil berbahan dasar kulit. Sementara produk Ekspor andalan Qatar adalah minyak. 

Dalam sektor ketenagakerjaan, ada sekitar 30.000 WNI yang bekerja dalam sektor profesional di Qatar, seperti dalam industri pariwisata serta petugas medis dan kesehatan.

Pertemuan itu juga terjadi di tengah krisis Teluk yang telah berlangsung berlarut-larut sejak Juni 2017. Dan menurut rencana, isu itu akan turut dibahas dalam pertemuan.

"Akan dibahas. Kita juga telah menyatakan bahwa situasi di Timur Tengah turut menjadi perhatian kita. Pasti dibahas," jelas Sunarko.

Krisis Teluk ditandai dengan pemutusan hubungan diplomatik sembilan negara terhadap Qatar. Sembilan negara itu meliputi Bahrain, Chad, Komoro, Mesir, Maladewa, Mauritania, Arab Saudi, Senegal, Uni Emirat Arab, dan Yaman.

Terkait krisis itu, Indonesia mendorong seluruh negara yang terlibat untuk dapat segera memulihkan hubungan diplomatik melalui jalan resolusi.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya