Liputan6.com, Mogadishu - Kelompok ekstremis menyerang sebuah hotel di Mogadishu, Somalia, pada hari Sabtu waktu setempat. Serangan yang dilancarkan melalui bom mobil, rompi bunuh diri, granat dan baku tembak menewaskan sedikitnya 23 orang dan melukai lebih dari 30 orang.
Seperti dikutip dari USA Today pada Minggu (29/10/2017), serangan ke hotel Nasa-Hablod yang berada di dekat istana kepresidenan menunjukan tingginya intensitas pertempuran yang tengah berlangsung antara kelompok ekstremis dengan pasukan keamanan pemerintah. Al-Shabab, kelompok bersenjata paling mematikan di kawasan Afrika, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Seorang bayi, dua anak, seorang kolonel polisi dan seorang mantan anggota parlemen dilaporkan menjadi bagian dari korban tewas.
Advertisement
Baca Juga
Kapten Mohamed Hussein, seorang anggota senior kepolisian setempat menerangkan bahwa dua dari lima penyerang tewas di lantai satu hotel. Sementara itu, penyerang lainnya melemparkan granat dan memutus arus listrik di gedung hotel.
Mohamed Dek Haji, seorang saksi mengatakan bahwa ia selamat saat dari pengeboman saat tengah berjalan di samping sebuah mobil yang terparkir. Lebih lanjut ia menuturkan, setidaknya ia melihat tiga orang bersenjata dengan seragam militer berlari ke hotel setelah terjadi bom bunuh diri di gerbang bangunan tersebut.
"Menurut saya mereka adalah anggota kelompok al-Shabab yang mencoba menyerbu hotel," kata Dek Haji yang kini mendapat perawatan di rumah sakit setelah menderita luka ringan di bahu dan kepala akibat terkena pecahan kaca.
Â
Â
Kelompok Ekstremis Paling Mematikan
Sejumlah saksi dalam beberapa serangan sebelumnya mengatakan bahwa kelompok al-Shabab menyamar dengan menggunakan seragam militer. Kelompok yang sama diyakini berada di balik serangan bom truk di Mogadishu pada dua pekan lalu. Setidaknya lebih dari 350 orang tewas dalam tragedi tersebut.
Al-Shabab dilaporkan terlibat dalam 987 dari 1.827 serangan yang dilakukan kelompok milisi Islam di Afrika sepanjang tahun ini. Hal tersebut diungkap Pusat Studi Keamanan Afrika di Washington. Kelompok ini memiliki afiliasi dengan al-Qaeda, namun menurut pengamat, belakangan mereka bekerja sama dengan ISIS.
Di lain sisi, di tengah kondisi keamanan Somalia, pasukan multinasional Uni Afrika yang beranggotakan 22 ribu orang di Somalia akan ditarik pada akhir 2020. Selanjutnya keamanan negara itu akan diserahkan kepada militer Somalia. Terkait hal ini, sejumlah pejabat militer AS dan berbagai pihak lainnya menyatakan kekhawatiran bahwa pasukan keamanan Somalia belum siap mengemban tugas tersebut.
Pada tahun ini, militer AS juga telah meningkatkan upaya militer melawan kelompok al-Shabab. Washington dikabarkan melancarkan nyaris 20 serangan tanpa awak menyusul perang melawan ekstremisme "bergerak lebih dalam" di benua Afrika.
Advertisement