Korut Ciptakan 'Racun Setan' untuk Perkuat Program Misilnya?

Diperkirakan Korut mengandalkan impor bahan bakar 'racun setan' dari Rusia dan China.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 30 Okt 2017, 15:03 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2017, 15:03 WIB
Kim Jong-Un
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un melihat material kimia di Akademi Ilmu Pertahanan pada tanggal 23 Agustus 2017. Dalam kunjungannya Kim Jong-un ditunjukkan tentang proses pembuatan ujung kepala rudal balistik antara benua. (AFP Photo/Kcna Via Kns/Str)

Liputan6.com, Moskow - Korea Utara dikabarkan tengah memproduksi sendiri bahan bakar roket yang mereka miliki. Menurut sebuah laporan, bahan bakar bernama 'racun setan' itu untuk memperkuat program misil Korut.

Dikutip dari The Independent pada Senin (30/10/2017), bahan bakar yang dimaksud adalah Unsyimmetrical di-methyl-hydrazine (UDMH).

UDMH adalah bahan bakar cair yang digunakan untuk menyalakan rudal balistik antar benua (ICBM) dan sistem rudal balistik jarak menengah (IRBM).

Diperkirakan bahwa negara yang tertutup itu mengandalkan impor bahan bakar UDMH dari Rusia dan China.

Produksi dalam negeri Korut menjamin keberlanjutan program rudal. Dengan demikian, sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertujuan untuk membatasi kekuatan militer negara tersebut jauh dari kata efektif.

Laporan temuan itu dikeluarkan oleh 38 North, sebuah pusat penelitian AS yang disematkan di US-Korea Institute di Johns Hopkins University. Laporan itu menyatakan bahwa, "Korut berulang kali gagal memproduksi bahan bakar roket. Namun, justru karena itu, negara tersebut gigih mempelajari kegagalan hingga akhirnya berhasil."

"Korea Utara dikenal sebagai negara dengan sejarah industri produksi senjata. Mereka memulainya dari nol dan berbagai kegagalan. Sangat mungkin mereka berhasil menemukan cara untuk memproduksi bahan bakarnya," tulis laporan itu.

Laporan tentang kemampuan Korut membuat bahan bakar roket terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Pyongyang dan Barat.

Kepala CIA Mike Pompeo baru-baru ini memperingatkan, Korea Utara dalam beberapa bulan ke depan mampu mengembangkan kemampuannya untuk memukul AS dengan senjata nuklir.

Namun, dalam kunjungan baru-baru ini ke Korea Selatan, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis menekankan bahwa diperlukan diplomasi dengan pemimpin Korut Kim Jong-un.

"Tujuan kami bukan perang, melainkan denuklirisasi Semenanjung Korea yang lengkap, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diubah," kata Mattis.

Komentar Mattis dilontarkan sebelum Donald Trump melakukan lawatan perdana ke Asia.

Dalam pidatonya di hadapan Sidang Majelis Umum PBB bulan lalu, Trump mengancam akan menghancurkan Korut jika diperlukan demi membela AS dan sekutu-sekutunya.

Merespons pernyataan Trump, Kim Jong-un menyebut presiden AS itu "orang gila."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya