Korea Utara Gelar Latihan Evakuasi Warga Sipil, Persiapan Perang?

Mencuat laporan bahwa terjadi latihan evakuasi warga Korut besar-besaran yang digelar pekan lalu.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 30 Okt 2017, 12:01 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2017, 12:01 WIB
Warga Pyongyang menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa di ibukota setelah uji coba nuklir oleh pihak pemerintah (AP)
Warga Pyongyang menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa di ibukota setelah uji coba nuklir oleh pihak pemerintah (AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Sebuah laporan yang belum terkonfirmasi menyebut, Korea Utara tengah melakukan latihan evakuasi warga sipil secara besar-besaran. Latihan itu diduga dilakukan pekan lalu.

Laporan itu datang dari media milik Amerika Serikat yang berbasis di Seoul, Korea Selatan, NK News. Media itu memperoleh informasi dengan mengutip sejumlah sumber anonim.

NK News melaporkan, beberapa kota beserta seisi warga di tepi pantai timur Korut diduga tengah melakukan latihan persiapan perang, di antaranya simulasi penanganan kondisi gelap gulita serta skenario evakuasi.

Menurut laporan tersebut, wilayah Pyongyang tidak termasuk yang melakukan latihan evakuasi tersebut. Demikian seperti dikutip dari News.com.au, Senin (30/10/2017).

Seorang jenderal bintang purnawirawan militer Korsel, Chun In-bum, mengatakan kepada NK News, "Saya belum pernah mendengar latihan seperti itu sepanjang karier saya. Namun jika benar adanya, saya tidak terkejut. Mereka (Korut) mungkin mulai menyadari betapa seriusnya situasi saat ini."

Sementara itu, seorang pembelot dari Korut mengatakan kepada NK news, "Saya mengingat bahwa latihan serupa pernah dilaksanakan saat saya masih tinggal di Pyongyang. Biasanya dilakukan tiga kali dalam setahun, serta dalam kurun waktu ketika Korsel dan Amerika Serikat tengah melakukan latihan militer gabungan."

Namun, Letnan Jenderal (Purn) Chun In-bum turut menaruh curiga bahwa latihan persiapan perang yang dilakukan warga sipil di Korut hanya semata-mata propaganda dari Kim Jong-un. Propaganda itu ditujukan oleh Kim Jong-un untuk menanamkan "persepsi situasi krisis" kepada para warga sipil Korut.

"Pada masa ketika pengeboman telah semakin presisi, latihan tersebut mungkin menunjukkan betapa abainya Korut dengan sejumlah teknologi perang saat ini. Atau, bisa saja mereka melakukan kampanye propaganda, menakut-nakuti warga mereka sendiri agar mereka taat kepada pemerintah," jelas Chun.

Bukan Pertama Kali

Ini bukan kali pertama Korut memerintahkan warga sipil untuk melakukan simulasi guna menghadapi potensi perang. Pada 2013, otoritas memerintahkan warga sipil di Pyongyang untuk menutupi seluruh kendaraan di kota dengan kain kamuflase.

Pada tahun yang sama, Pyongyang juga mendesak menyelenggarakan latihan evakuasi warga sipil besar-besaran. Saat itu, tensi antara Korut dengan Korsel tengah meninggi.

Demikian pula pada 1994, simulasi waga sipil yang bersiap menghadapi serangan udara di Pyongyang dan beberapa kota hampir menjadi rutinitas sehari-hari.

Jelang Kedatangan Donald Trump ke Korsel

Jika benar adanya, latihan seperti yang dilaporkan NK News itu terjadi di tengah tensi tinggi yang disebabkan oleh aktivitas pengembangan rudal balistik dan bom nuklir Korut.

Korut, dalam beberapa bulan terakhir, telah memicu kekhawatiran global dengan melakukan uji coba nuklir keenam dan sejumlah tes rudal yang -- menurut klaim mereka -- mampu mencapai daratan AS.

Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong-un belakangan intens bertukar retorika ancaman perang.

Selain itu, langkah Korut untuk menyelenggarakan latihan persiapan perang bagi warga sipil terjadi jelang kunjungan Presiden Trump ke Asia.

Bulan depan, Presiden ke-45 AS itu akan melakukan lawatan ke Korea Selatan, Jepang, China, Vietnam dan Filipina.

Trump diharapkan akan menyampaikan pidato di Parlemen Korsel serta mengunjungi sebuah pangkalan militer AS di Negeri Ginseng pada 7-8 November.

Berbagai pihak khawatir, Kim Jong-un mungkin berencana untuk melakukan tes rudal atau uji coba nuklir bertepatan dengan lawatan Trump ke Korsel.

Tak hanya itu, pejabat AS dan pengawal Trump juga mungkin harus khawatir dengan 10.000 artileri dan 50 misil jarak pendek milik Korut yang berada di Zona Demiliterisasi Korea (DMZ). Persenjataan itu dapat dengan mudah menjangkau Seoul yang hanya berjarak sekitar 50 km dari perbatasan.

Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis, yang baru saja mengunjungi Seoul pekan lalu, telah berulang kali menekankan bahwa solusi diplomatik adalah langkah prioritas untuk mengurangi ketegangan. Ia juga mengatakan bahwa Washington "tidak terburu-buru berperang" dan tujuannya adalah "bukan perang".

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya