Militer Jerman Bersiap Hadapi 'Ancaman' Tahun 2040, Apa Itu?

Dokumen rahasia pemerintah Jerman menguak upaya antisipasi terhadap ancaman yang mungkin terjadi pada 2040: runtuhnya sebuah kekaisaran.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 08 Nov 2017, 10:27 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2017, 10:27 WIB
Ilustrasi pasukan Jerman (AP)
Ilustrasi pasukan Jerman (AP)

Liputan6.com, Berlin - Sebuah dokumen rahasia milik militer Jerman bocor. Isinya mengungkapkan bahwa sejumlah ahlli strategi militer Berlin mensimulasikan sejumlah peristiwa besar yang kemungkinan akan terjadi pada 2040, terutama pecahnya Uni Eropa -- organisasi antarpemerintahan dan supranasional, yang beranggotakan negara-negara di Benua Biru.

Dilansir dari The Telegraph, yang mengutip Der Spiegel (6/11/2017), pihak Jerman percaya, akhir riwayat Uni Eropa masuk akal dalam beberapa dekade mendatang. Dan itu bukan hal mustahil, menyusul keputusan Inggris untuk 'bercerai' dari organisasi tersebut atau Brexit. Sejumlah negara mungkin mengikuti langkah yang diambil Britania Raya.

Dokumen berjudul "Strategic Perspective 2040" atau Perspektif Strategis 2040, yang terdiri atas 102 halaman, berisi spekulasi tentang bagaimana tren di bidang ekonomi, militer, budaya, sosial, juga konflik-konflik internasional pada tataran global, bisa membentuk kebijakan keamanan Jerman di masa depan.

Dokumen tersebut diperuntukkan bagi internal Bundesministerium der Verteidigung atau Kementerian Pertahanan Jerman dan disimpan rapat-rapat, hingga harian Der Spiegel mendapatkan salinannya dari sumber yang dirahasiakan.

Dalam upaya untuk menilai kebutuhan masa depan Jerman, termasuk soal pendanaan dan pemenuhan peralatan militer, ada enam skenario yang diuraikan, salah satunya berjudul, The EU in Disintegration and Germany in Reactive Mode.

Penulis laporan mengasumsikan sebuah skenario terburuk -- di mana sejumlah konfrontasi muncul di dunia, di mana tatanan global berantakan menyusul instabilitas yang terjadi dalam beberapan dekade, ketika penyimpangan nilai terjadi di level internasional, globalisasi pun terhenti.

"Perluasan (keanggotaan) Uni Eropa diabaikan, sejumlah negara memilih hengkang, dan Eropa kehilangan daya saing di level global. Dunia yang tak lagi mapan, bahkan terkadang kacau, juga rawan konflik, mengubah situasi keamanan Jerman dan Eropa secara dramatis," demikian diuraikan dalam laporan tersebut. 

Seperti dikutip dari Sputnik, skenario spekulatif yang lain, yang tak kalah muram, digambarkan dokumen berjudul dalam West to the East.

Dalam skenario tersebut diramalkan, sejumlah negara Eropa Timur membekukan laju integrasi Uni Eropa, bahkan bergabung dengan 'blok Timur', seiring dengan menguatnya pengaruh Rusia.

Selain itu, dalam dokumen berjudul Multipolar Competition digambarkan, ekstremisme meningkat di sejumlah lokasi di Benua Eropa. Juga, sejumlah negara bisa jadi menerapkan kapitalisme, yang menghambat globalisasi dan membuat organisasi seperti UE tak lagi dianggap penting.

Hanya dua, dari enam skenario, yang membayangkan dunia akan lebih damai di masa depan.

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan, studi tersebut berusaha memprediksi masa depan Jerman dan UE dan mempersiapkan antisipasinya. Namun, belum tentu apa yang diramalkan 100 persen akan menjadi nyata.

Mewakili pihak Kementerian Pertahanan Jerman, dirinya juga menolak untuk memaparkan lebih lanjut mengenai isi laporan, yang dinyatakan masih rahasia. 

Nasib Uni Eropa Mengkhawatirkan?

Dokumen rahasia itu mengambil posisi berhati-hati untuk tidak membuat skenario tentatif mengenai apa yang terjadi dalam dua dekade mendatang. Apa yang diurai baru bersifat kemungkinan.

Meski demikian, kekhawatiran terhadap nasib persatuan Uni Eropa sudah dirasakan sejumlah besar anggotanya.

Kanselir Jerman, Angela Merkel sebelumnya mengaku, ia terkejut dengan hasil referendum yang dilakukan Inggris, yang akhirnya menghasilkan keputusan Brexit. Meski ia merasa sedikit terhibur dengan terpilihnya Emmanuel Macron di Prancis, yang cenderung berada di kubu Uni Eropa. 

Namun, Macron sendiri telah mengakui, tanpa reformasi mendasar, Uni Eropa bisa segera memasuki masa senjanya.

Kekhawatiran serupa disampaikan Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls pada November 2016 lalu.

"Eropa berada dalam ancaman kehancuran," ujar Valls dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh surat kabar Sueddeutsche Zeitung. "Sehingga Jerman dan Prancis memiliki tanggung jawab yang besar."

Ia mengatakan, Prancis harus terus membuka ekonominya, sedangkan Jerman dan Uni Eropa secara keseluruhan harus meningkatkan investasi yang akan merangsang pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, serta meningkatkan pertahanan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya