Korea Utara Hukum Tentara yang Gagal Hentikan Rekan Pembelot

Hukuman itu berupa penarikan sang tentara Korea Utara dari posnya di Joint Security Area, serta beberapa 'hukuman lain' dari Pyongyang.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 24 Nov 2017, 16:03 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2017, 16:03 WIB
Tentara Korea Utara Pembelot
Rekaman CCTV menunjukkan seorang tentara pembelot Korea Utara turun dari mobil dan berlari menuju wilayah Korea Selatan setibanya di area Zona Demiliterisasi (DMZ), dalam rilis Komando PBB (UNC) di Seoul, Rabu (22/11). (HANDOUT/UNITED NATIONS COMMAND/AFP)

Liputan6.com, Seoul - Tentara penjaga perbatasan Korea Utara yang gagal menghentikan salah satu rekan yang berhasil membelot ke Korea Selatan, dilaporkan telah menerima hukuman dari pemerintahnya.

Hukuman itu berupa penarikan sang tentara Korea Utara dari posnya di Joint Security Area, salah satu zona demiliterisasi Korut-Korsel. Demikian seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (24/11/2017).

Tentara berpangkat perwira senior itu juga diyakini tengah menjalani "hukuman lain". Kata seorang pejabat Dinas Intelijen Negara Korea Selatan (NIS) kepada media Korsel, Yonhap.

Kabar penghukuman itu datang beberapa hari usai kasus seorang serdadu Korea Utara yang membelot ke Korea Selatan pada 13 November 2017.

Tentara yang membelot itu meninggalkan pos penjagaannya di Joint Security Area di Panmugak, teritori DMZ Korea Utara untuk menuju Freedom House di Panmujom, area demiliterisasi Korsel. Ia melarikan diri menggunakan mobil jip dan kemudian sambil berlari.

Saat melarikan diri, sejumlah rekan sang tentara pembelot mengejar-ngejar sambil melepaskan tembakan. Sang pembelot diketahui terluka terkena timah panas rekannya.

Kini, beberapa hari usai peristiwa itu berlalu, NIS melaporkan bahwa jembatan di sisi perbatasan Korea Utara yang sempat dilalui sang pembelot telah ditutup oleh Korean People's Army (angkatan bersenjata Korut).

KPA juga menetapkan mekanisme pengamanan tambahan bagi yang akan melalui Joint Security Area.

Berpotensi Memicu Tensi Tinggi

Peristiwa pembelotan 13 November lalu -- yang oleh media Barat digadang-gadang sebagai salah satu insiden di perbatasan yang cukup disorot -- itu dianggap mencoreng muka Korea Utara.

Tak hanya itu, peristiwa tersebut mungkin akan meningkatkan tensi antara Korea Utara dengan Korea Selatan.

Karena, aksi pengejaran dan penembakan yang dilakukan oleh para tentara Korea Utara dilaporkan sampai melewati Garis Demarkasi Militer di wilayah Korea Selatan.

UN Command in South Korea mengatakan bahwa kejadian itu merupakan sebuah pelanggaran atas Armistice Agreement 1953 atau Perjanjian Gencatan Senjata Korea Utara - Korea Selatan

 

Kondisi Pembelot Sudah Mulai Membaik

Seperti dikutip dari Telegraph, kondisi tentara Korea Utara yang membelot pada 13 November, telah membaik.

Sebelumnya, sang tentara Korut pembelot, yang diketahui bernama keluarga "Oh", itu terluka akibat terkena lima timah panas para rekan yang mengejarnya.

Ia sempat tergeletak di dekat perbatasan kawasan Korea Selatan usai tubuhnya menjadi target peluru.

Oh (25) berhasil diselamatkan tim gabungan tentara Korea Selatan dan Amerika Serikat. Ia kemudian dibawa menggunakan helikopter untuk mendapatkan perawatan medis di rumah sakit di Suwon, Seoul selatan.

Lee Kook-jong, dokter yang merawat Oh, mengatakan bahwa tentara tersebut telah cukup pulih untuk dapat berbicara dengan staf rumah sakit. Ia diperkirakan akan dipindahkan dari perawatan intensif dan ke lingkungan reguler pada akhir pekan.

Oh, yang memasuki tahun ke-8 wajib militer Korea Utara, mengatakan bahwa ia membelot secara sukarela, khususnya usai menonton program televisi Korea Selatan dan film Hollywood.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya