'Donald Trump' Akan Jadi Nama Stasiun di Tembok Ratapan Yerusalem

Alasan menteri transportasi memberi nama 'Trump' bagi calon stasiun kereta di Tembok Ratapan karena klaim AS atas Yerusalem.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 27 Des 2017, 21:05 WIB
Diterbitkan 27 Des 2017, 21:05 WIB
Yerusalem di Pusaran Konflik Tiga Agama
Tembok Ratapan di Yerusalem merupakan dinding batu yang menjulang sekitar 18,9 m dari atas tanah. Tembok ini dianggap situs sakral oleh orang Yahudi, dan ribuan orang berziarah di sana setiap tahun.. (THOMAS COEX / AFP)

Liputan6.com, Yerusalem - Menteri Transportasi Israel telah mengumumkan percepatan rencana untuk memperluas jalur kereta api berkecepatan tinggi yang akan segera dibuka ke Tembok Barat atau Tembok Ratapan. Sang menteri juga berencana menamakan stasiun di tembok tersebut dengan nama Donald Trump.

Proposal Menteri Yisrael Katz melibatkan pembangunan dua stasiun bawah tanah dengan menggali lebih dari 2 mil (3 km) terowongan di bawah pusat Kota Yerusalem dan di bawah Kota Tua yang politis, historis nan sensitif. Tembok Barat atau Tembok Ratapan adalah situs tersuci di mana orang Yahudi biasa berdoa.

Seorang juru bicara kementerian transportasi Israel, Avner Ovadia, mengatakan, proyek tersebut diperkirakan menelan biaya lebih dari US$ 700 juta. Jika disetujui, pembangunan akan memakan waktu selama empat tahun.

Pihak Kementerian Transportasi juga meneruskan rencana tersebut dalam sebuah pertemuan baru-baru ini dengan para pejabat eksekutif Perkeretaapian Israel

Katz mengatakan, sebuah stasiun kereta api berkecepatan tinggi akan memungkinkan pengunjung mencapai "jantung orang-orang Yahudi: Tembok Barat dan Bukit Bait Suci".

Dia mengusulkan untuk menamai stasiun masa depan berupa Donald Trump "karena keputusan berani dan bersejarahnya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel" bulan ini. Demikian seperti dikutip dari The Guardian pada Rabu (27/12/2017).

Pengumuman Trump telah membuat marah orang-orang Palestina dan sebagian besar dunia muslim. Majelis umum PBB mengadopsi sebuah resolusi minggu lalu yang menolak pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dengan beberapa sekutu tradisional Amerika memilih setuju resolusi tersebut.

Proposal kereta api Tembok Barat kemungkinan akan mendapat tentangan dari masyarakat internasional, yang tidak mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem Timur dan Kota Tua, yang dicaplok Israel pada 1967 dan kemudian dianeksasi.

Orang-orang Palestina menyebut Yerusalem Timur dan Kota Tua -- rumah bagi tempat-tempat suci muslim, Kristen, dan Yahudi-- sebagai ibu kota negara itu pada masa depan.

Proyek Ambisius

20170523-Donald Trump Berdoa di Tembok Ratapan Yerusalem-AP
Presiden AS Donald Trump memasukkan sebuah catatan di antara bebatuan Tembok Ratapan, tempat suci milik kaum Yahudi, di Yerusalem, Senin (22/5). Donald Trump menjadi Presiden AS pertama yang berdoa di Tembok Ratapan. (AP Photo/Evan Vucci)

Menggali terowongan kereta api ke Tembok Barat juga akan memerlukan penggalian di Kota Tua Yerusalem, di mana kepekaan agama dan politik -- serta lapisan-lapisan sisa-sisa arkeologi dari sejarahnya selama 3.000 tahun -- memerlukan kepastian hukum.

Meski ada kemungkinan proyek ambisius itu ditolak, juru bicara kementerian transportasi, Ovadia, mengatakan bahwa dia memperkirakan rencana tersebut akan disetujui tahun depan.

Jalur berkecepatan tinggi Tel Aviv-Yerusalem diperkirakan akan dibuka pada musim semi.

"Tidak ada alasan mengapa (jalur) kereta ini tidak dibangun," katanya. "Kami sudah tahu bagaimana menghadapi oposisi yang tidak kalah sulit."

Sebelumnya, Menteri Katz telah mengusulkan proyek infrastruktur ambisius lainnya, termasuk sebuah pulau buatan di lepas pantai Jalur Gaza yang akan berfungsi sebagai bandar udara dan pelabuhan untuk wilayah Palestina, serta sebuah rel kereta api yang menghubungkan Israel dan Arab Saudi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya