Liputan6.com, Jakarta - Jakarta, ibu kota Indonesia, rawan guncangan gempa, salah satunya potensi lindu megathrust sebesar 8,7 skala Ritcher (SR) di Pulau Jawa.
Meski gempa tak bisa diprediksi kapan terjadi, warga kota berjuluk The Big Durian harus bersiap.
Advertisement
Baca Juga
Bagaimana tidak, gempa 6,1 skala Richter yang mengguncang wilayah selatan Banten dan Jakarta, Selasa 23 Januari 2018 saja guncangannya dirasakan kuat di Jakarta, terutama di gedung-gedung tinggi.
Tak terbayangkan efeknya bagi Jakarta jika gempa megathrust 8,7 SR sampai melanda. Itu mengapa mitigasi bencana dan audit gedung-gedung tinggi wajib dilakukan.
Sebab, gempa mungkin tak membunuh manusia, namun kualitas bangunan yang parah akan merenggut banyak nyawa.
Namun, tak hanya Jakarta yang rawan gempa. Sejumlah kota di Selandia Baru juga rawan lindu megathrust.
Tak hanya itu, usai gempa besar, ancaman mega-tsunami, yakni tsunami berukuran raksasa, disebut diprediksi akan menghantam beberapa kawasan pesisir Selandia Baru.
Seorang ilmuwan geofisika asal Amerika Serikat (AS), Steven Ward, mengatakan bahwa beberapa kota penting di Selandia Baru akan terkena dampak tsunami raksasa terkait, mulai dari kota Auckland di Pulau Utara hingga kota Christchurch di Pulau Selatan.
Khusus untuk Kota Christchurch, Ward menyebut dampak tsunami raksasa akan lebih parah dari dampak bencana gempa berkekuatan 6,3 SR pada 2011 lalu. Dampak gempa juga berpotensi terjadi di Wellington, ibu kota Selandia Baru.
Selain Jakarta dan Wellington, sejumlah kota besar di dunia juga diketahui rawan gempa.
Berikut 5 wilayah dan kota besar yang juga rentan gempa, seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber.
1. Teheran, Iran
Orang biasanya menanggap sesar San Andreas atau Cincin Api Pasifik sebagai kawasan paling berisiko gempa bumi, tapi tidak banyak orang yang menyadari bahwa sesar Anatolia Utara yang mencakup Teheran, Iran adalah salah satu yang paling berbahaya di dunia.
Akibatnya, sekitar 13,6 juta penduduk Teheran terpapar bahaya, demikian juga dengan Bucharest, Tashkent (ibukota Uzbekistan), dan sebagian besar Turki.
Advertisement
2. Los Angeles, Amerika Serikat
Menurut survei Badan Geologi Dunia atau World Geological Survey, ada peluang lebih dari 99% persen California mengalami gempa besar, hingga 6,7 skala Richter dalam 30 tahun ke depan.
Dan, meski Los Angeles dan San Francisco terhitung sangat maju, dua kota di negara bagian California itu tidak sepenuhnya siap menghadapi guncangan.
Potensi gempa kedua kota di Amerika Serikat itu terkait dengan patahan San Andreas yang menggeliat dan melepaskan energi yang memicu guncangan dahsyat.
Patahan atau sesar San Andreas memiliki panjang 1.300 km, membentuk batas tektonik antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara. Ia membentang bak bekas luka hingga ke California Selatan.
Sesar tersebut dianggap sebagai salah satu patahan paling berbahaya, dan bertanggung jawab atas sejumlah lindu besar dalam sejarah. Termasuk, gempa 7,8 skala Richter San Fransisco 18 April 1906 yang menewaskan 3.000 orang dan memicu kebakaran hebat.
Juga gempa bumi berkekuatan 7,2 skala Richter di Baja, California pada Minggu 4 April 2010. Setidaknya dua orang tewas dan 100 orang terluka dalam musibah itu.
Pertanyaan sudah lama terbesit, kota mana di California yang akan jadi korban gempa selanjutnya, LA atau San Fransisco?
Ancaman tak sampai di situ. Para ilmuwan memperkirakan bahwa Zona Subduksi Cascadia atau Cascadia Subduction Zone yang berada dekat San Fransisco, Vancouver, dan Portland berpotensi memicu gempa lebih dahsyat daripada San Andreas.
Gempa yang berpotensi dipicu aktivitas Sesar Cascadia bahkan bisa mencapai 9 skala Richter -- yang berpeluang terjadi sekali dalam beberapa abad.
3. Tokyo-Yokohama, Jepang
Di kawasan Tokyo-Yokohama, ada 37 juta orang yang tinggal di bawah ancaman gempa bumi, monsoon, luapan sungai, tsunami. Sejauh ini, kawasan tersebut merupakan yang paling berisiko sedunia.
Diperkirakan ada 80 persen warga Tokyo – setara dengan 29 juta orang – berpotensi terpapar pada gempa bumi yang sangat kuat.
Jepang juga sekaligus menjadi negara yang paling terpapar pada risiko tsunami karena pusat-pusat perkotaan di negeri itu bertebaran hampir tepat sepanjang Cincin Api, yang adalah sesar aktif di barat Pasifik.
Gempa Besar Kanto pada 1923 mengguncang Tokyo dan Yokohama hingga menewaskan 142.800 orang.
Sebelumnya, Tokyo Earthquake Research Institute mengeluarkan hasil studi yang mengkhawatirkan, bahwa gempa 11 Maret 2011 telah menyebabkan tekanan besar pada pertemuan lempeng tektonik yang berada di bawah Tokyo. Tekanan ini secara signifikan meningkatkan kemungkinan bergeraknya lempengen-lempengan itu secara simultan pada dua titik atau lebih.
Lembaga penelitian tersebut memperkirakan, hal tersebut bisa memicu gempa berkekuatan 7,3 di skala Richter. Meski kekuatannya jauh lebih kecil, namun dampaknya bisa luar biasa di kawasan padat penduduk. "Kami perkirakan sekitar 10 ribu orang akan tewas, dan kerugian ekonominya bisa mencapai 1 triliun dollar", ungkap Naoshi Hirata seperti Liputan6.com kutip dari situs Deutsche Welle (DW).
Benarkah gempa besar akan mengguncang Tokyo? Kekhawatiran itu ternyata berdasar.
Seperti dikutip dari situs sains NewScientist, sejumlah gempa kecil menjadi lebih sering menggetarkan Tokyo selama beberapa tahun belakangan, memicu akumulasi tekanan tektonik.
Dampak Gempa Tohoku 2011 lalu, juga menambah potensi terjadinya gempa besar di ibukota Jepang itu. Namun, para seismolog tak bisa memprediksi kapan lindu akan terjadi, atau sistem sesar mana yang akan pecah.
Advertisement
4. Osaka-Kobe, Jepang
Osaka-Kobe di Jepang adalah tempat tinggal 14,6 juta orang yang hidup di bawah ancaman gempa bumi seperti yang pernah menewaskan ribuan orang pada 1995. Demikian juga dengan adanya badai ganas dan risiko luapan sungai.
Ada juga luapan badai, yaitu ketika angin kencang dari topan ganas yang kerap di Asia kemudian menyebabkan gelombang-gelombang raksasa. Karena lokasi metropolitan itu ada di dataran pantai, maka 3 juta orang terpapar kepada risiko.
Dua kota itu juga menduduki peringkat ke-3 paling rentan tsunami di dunia.
5. Manila, Filipina
Ibu kota Filipina ada pada urutan ke dua setelah Tokyo sebagai kota yang paling berisiko di dunia. Manila rentan terhadap terjangan topan, gunung meletus, tsunami, sementara gempa kerap melanda dengan kekuatan lebih dari 6 skala Richter.
Bahaya yang ditimbulkan oleh gempa bumi terhadap Manila tiga kali lipat dari tempat lain di dunia.
Tentu saja, salah satunya karena lokasinya yang berada di atas Cincin Api Pasifik, yang membuatnya rawan lindu dan letusan gunung berapi.
Faktor lain, sebagian populasi Manila yang berjumlah 1,65 juta jiwa yang berjejal di area seluas 15,4 kilometer persegi, itu membuat bahaya gempa kian besar.
Dengan mempertimbangkan infrastruktur kota saat ini dan daerah sekitarnya yang relatif rentan, diperkirakan bahwa 16,8 juta orang yang hidup di sana akan mengalami cedera, kematian, atau kerugian saat gempa di atas 6,0 SR mengguncang tepat di kota itu.
Advertisement