Unjuk Rasa Kasta 'Haram' di India Berujung Kekerasan, 8 Orang Tewas

Kaum Dalit di India berunjuk rasa atas keputusan Mahkamah Agung yang melemahkan perlindungan bagi mereka, kasta terendah yang 'haram' disentuh.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 03 Apr 2018, 09:36 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2018, 09:36 WIB
Unjuk Rasa Kasta 'Haram' di India Berujung Kekerasan, 8 Orang Tewas
Unjuk Rasa Kasta 'Haram' di India Berujung Kekerasan, 8 Orang Tewas (AFP)

Liputan6.com, Uttar Pradesh - Puluhan ribu orang yang berasal dari kasta Dalit India berunjuk rasa, memprotes keputusan Mahkamah Agung yang melemahkan perlindungan bagi kastta yang dikenal dengan sebutan 'haram disentuh itu'. Namun, demonstrasi yang awalnya damai mulai pecah dan berujung dengan tewasnya delapan orang.

Para peserta unjuk rasa menghentikan kereta api dan memaksa sejumlah toko tutup. Demonstrasi yang digelar pada Senin 2 April 2018 berawal damai. Namun, massa mulai panas.

Dikutip dari CNN pada Selasa (3/4/2018), media lokal melaporkan, massa yang panas bentrok dengan polisi. Insiden terjadi di Negara Bagian Madhya Pradesh, Uttar Pradesh, dan lainnya. Bentrokan dilaporkan terjadi di setidaknya tujuh negara bagian di India.

Menurut Rahul Jain, kepala administrasi Distrik Gwalior di Madhaya Pradesh, tiga orang tewas ketika protes berubah menjadi kekerasan. Ada satu kematian di masing-masing distrik Bhind dan Morena Madhya Pradesh, menurut pejabat setempat.

Polisi memberlakukan jam malam di beberapa bagian Madhya Pradesh segera setelah kematian pertama, kata polisi Superintendent Ashish Singh dari distrik Morena kepada CNN.

Di Punjab, negara bagian dengan persentase tertinggi penduduk Dalit, kasta rendah India, pengunjuk rasa  menutup negara bagian utara, memaksa pemerintah menghentikan transportasi umum, menutup bank dan lembaga pendidikan dan menunda ujian sekolah menengah.

Meski demikian, tidak semua protes dilakukan dengan kekerasan atau dalam skala besar. Di Delhi, ibu kota India demonstrasi berlangsung damai.

Dalam sistem kasta Hinduisme, di India, Dalit secara tradisional berada di anak tangga paling bawah.

Anggota kasta yang lebih tinggi terkadang menganggap mereka tidak murni, dan di tempat-tempat tertentu, mereka tidak diizinkan memasuki rumah atau kuil komunitas kasta tinggi atau berbagi peralatan dengan mereka.

Sejumlah kekerasan yang berujung kematian kerap menimpa kaum Dalit India. Biasanya, hanya masalah sepele. Seperti menonton bioskop hingga pria Dalit menumbuhkan kumis.

Namun, yang paling mengenaskan menimpa gadis 14 tahun dari kasta Dalit. Ia diduga dua kali menjadi korban kejahatan seksual oleh pria yang sama.

Pada Mei 2016 lalu, korban diculik oleh pria bejat itu -- yang juga dijadikan tersangka atas kasus kekerasan seksual atas dirinya pada Desember 2015 lalu, demikian menurut pejabat Kepolisian New Delhi.

Menyusul kepergiannya, tersangka yang tak disebutkan identitasnya kembali ditangkap.

Kematian korban terjadi di tengah pengungkapan kasus kejahatan seksual yang dialami seorang mahasiswi, yang juga dari kasta Dalit. Pelakunya diduga adalah sejumlah pria yang pernah melakukan tindakan biadab atas dirinya.

Kasus yang menimpa mahasiswa itu menjadi sorotan dunia, membangkitkan keprihatinan sekaligus tanda tanya besar, mengapa para tersangka pemerkosaan bisa melenggang bebas dari penjara dengan jaminan duit. Di sisi lain, insiden tersebut kian menegaskan kerentanan perempuan Dalit di India.

Menurut Biro Catatan Kriminal Nasional India, lebih dari 4 perempuan Dalit menjadi korban kejahatan seksual setiap harinya.

 

 

Presiden India dari Kasta Dalit

Ram Nath Kovind (71) politisi dari Partai Bharatiya Janata (BJP) terpilih jadi presiden India
Ram Nath Kovind (71) politisi dari Partai Bharatiya Janata (BJP) terpilih jadi presiden India (AP Photo/Manish Swarup)

Meski demikian, kaum Dalit boleh berbangga. Pasalnya, presiden India, Ram Nath Kovind (71), berasal dari kasta golongan paling rendah itu.

Kemenangan Kovind bersejarah mengingat ia merupakan warga dari komunitas Dalit kedua yang terpilih menjadi presiden Negeri Hindustan. Sebelumnya, terdapat Kocheril Raman Narayanan yang menduduki kursi tersebut. Ia menjabat pada 1997-2002.

Presiden India dipilih oleh sebuah electoral college yang anggotanya terdiri dari majelis parlemen dan majelis negara. Fakta ini jelas menguntungkan Partai Bharatiya Janata (BJP) dan sekutunya sebagai partai pemerintah.

Di India, presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara. Sementara, kekuasaan eksekutif ada di tangan perdana menteri yang saat ini dijabat oleh Narendra Modi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya