Ilmuwan: Gelembung Energi Negatif Bisa Hancurkan Alam Semesta

Beberapa ilmuwan menemukan fakta, bahwa ada kemungkinan alam semesta lebih dulu hancur oleh gelembung energi negatif.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 04 Apr 2018, 20:01 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2018, 20:01 WIB
Kiamat kecil di Bumi purba (5)
Ilustrasi hantaman benda planetoid pada Bumi sehingga terciptalah Bulan dari materi yang terlempar ke orbit. (Sumber Wikimedia)

Liputan6.com, London - Penelitian terbaru tentang ruang angkasa, mengungkap bahwa sebuah partikel fundamental -- pemberi massa pada semua materi di alam semesta -- suatu hari bisa menyebabkan kehancuran.

Para ahli mengatakan bahwa alam semesta bisa berakhir secara tiba-tiba, ketika ditabrak oleh gelembung energi negatif, yang tercipta karena fenomena Boson Higgs, atau umum disebut sebagai 'partikel Tuhan'.

Dikutip dari Daily Mail pada Rabu (4/4/2018), kehancuran yang lambat pada alam, terus dipantau melalui Model Standar fisika partikel, yang digunakan oleh para ilmuwan untuk menjelaskan blok bangunan dasar materi.

Di bawahnya, sebuah gaya yang disebut energi gelap, sedang mendorong percepatan perluasan alam semesta, yang akan terus berlanjut sampai semuanya memudar ke jurang yang dingin, dan tanpa sifat sama sekali.

Tetapi, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa berakhirnya alam semesta disebabkan oleh sebuah ledakan, bukan rentetan kerusakan, yang diperkirakan terjadi sekitar 10 x 139 tahun.

Kabar buruknya, laporan tersebut menyebut proses di balik hancurnya alam semesta mungkin sudah dimulai, yakni melalui isu teori lubang hitam (black holes).

Para peneliti di Universitas Harvard membuat temuan mengejutkan, dengan mempelajari apa yang sudah diketahui tentang massa partikel, dan bagaimana mereka berinteraksi.

Massa dari Boson Higgs, yang telah diteorikan sejak 1970-an dan ditemukan di Hadron Collider, diyakini menjadi 125 gigaelectronvolts, yakni ukuran energi yang digunakan dalam fisika akselerator partikel.

Namun, berkat pengolahan fisika kuantum -- hukum alam semesta yang menjelaskan interaksi partikel sub-atom -- massa ini mungkin tidak selalu konstan.

Para ahli berteori bahwa massa Boson Higgs saat ini, mungkin akan berubah suatu saat nanti.

Jika ini terjadi pada partikel kuantum, yang memberikan semua materi lain massanya, itu bisa menghancurkan semua proses yang membuat kehidupan di alam semesta kita menjadi mungkin.

Ini bisa menciptakan gelembung energi negatif yang meluas di mana hukum-hukum fisika seperti yang kita tahu, sepenuhnya dilenyapkan.

Gelembung ini akan terus berkembang hingga menyelimuti keseluruhan alam semesta.

Berbicara kepada tabloid New Scientist, Peneliti Harvard Anders Andreassen mengatakan: "Kami ingin memperbaiki semua perkiraan sebelumnya, dan mendapatkan tanggal yang tepat (untuk alam semesta)."

"Sungguh menakjubkan, membayangkan gelembung ini, dengan dinding energi negatifnya, meluncur ke arah kami dengan kecepatan cahaya. Kami tidak akan pernah melihatnya datang," lanjutnya. 

Sementara ini, mungkin kehancuran akibat gelembung negatif tampak terlalu mengada-ada. Meski kesenjangan dalam Model Standar memang memungkinkan ruang untuk itu terjadi, setidaknya secara matematis.

 

Simak video pilihan berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Beberapa Hal Bisa Memicu Terciptanya Gelembung Negatif

Ditemukan Planet Baru Di Tata Surya
Berbicara alam semesta, tidak akan ada habisnya. Seperti baru-baru ini ditemukan sebuah planet baru di tata surya kita.

Sementara itu, pemahaman fisika kita saat ini, belum dapat menjelaskan operasi materi gelap atau energi gelap, kekuatan teoritis dan partikel yang diperlukan agar alam semesta berfungsi.

Beberapa teori untuk mengisi celah-celah ini, dapat digunakan untuk melihat alam semesta memanjang tanpa batas sepanjang waktu, dengan akhir yang tidak terlihat.

Namun, seorang ahli percaya bahwa kehancuran alam semesta adalah kemungkinan yang lebih besar. Gelembung negatif, apabila dikaitan dengan teori lubang hitam, cukup untuk memicu proses tersebut.

Lubang hitam berbentuk begitu padat dan tarikan gravitasinya sangat kuat, sehingga tidak ada bentuk radiasi yang dapat menghindarinya, bahkan pada cahaya sekalipun.

Lebih lanjut, lubang hitam bertindak sebagai sumber gravitasi yang kuat, yang mengangkat debu dan gas di sekitarnya. Tarikan gravitasi kuat dari sumbu supermasif dianggap sebagai bintang di orbit galaksi.

Ruth Gregory dari Universitas Durham, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa kelengkungan ruang-waktu di sekitar lubang hitam mikroskopis, bisa memicu runtuhnya Boson Higgs.

Seandainya ini terjadi, menurut Gregory, sepertinya manusia tidak akan pernah tahu kedatangannya, karena begitu cepat.

Apa yang bisa dilihat tentang alam semesta dari Bumi, adalah potongan kecil dari apa yang ada di luar tata surya kita. dan bahkan galaksi.

Kita dapat mengamati alam semesta hingga jarak sekitar 13,8 miliar tahun cahaya.

Namun, sebuah perhitungan, berdasarkan ekspansi alam semesta sejak Big Bang, menggambarkan alam semesta yang dapat diamati sebagai sebuah lingkup sekitar 92 miliar tahun cahaya.

Sementara penelitian lain, yang dilakukan oleh University of Oxford pada 2011, berdasarkan analisis statistik dari semua hasil yang diketahui pada ukuran alam semesta, menempatkan jarak pengamatan sekitar setidaknya tujuh triliun tahun cahaya.

"Untuk semua yang kita tahu, kehancuran alam semesta mungkin sudah terjadi, dan kita telah tertinggal jauh untuk mengetahui kapan hal tersebut sampai ke Bumi," jelas Gregory.

Temuan lengkap tentang hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Physical Review D.


Apa Itu Boson Higgs?

Black Hole
Black Hole atau lubang hitam yang disebut-sebut sebagai terbesar kedua di Bima Sakti setelah Sagittarius A*. (AFP)

Boson Higgs adalah partikel dasar dalam Model Standar fisika partikel.

Partikel tersebut memberikan massa materi. Tanpa hal itu, alam semesta akan menjadi dingin, gelap, dan tak bernyawa.

Karena sifat pentingnya yang mendasar, Boson Higgs dijuluki sebagai 'partikel Tuhan', yakni bagian mendasar dari alam semesta, yang telah hilang sejak fisikawan Inggris, Peter Higgs, meramalkan keberadaannya di tahun 1960-an.

Kesenjangan menganga dalam Model Standar fisika tampaknya telah diisi pada tahun 2012.

Para ilmuwan di Large Hadron Collider (LHC), secara dramatis, mengumumkan deteksi partikel yang cocok dengan ramalan properti Boson Higgs.

Cern, Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir, yang mengoperasikan LHC -- sebuah akselerator partikel besar yang mengangkangi perbatasan Prancis dan Swiss -- kemudian menegaskan bahwa partikel itu memang Boson Higgs.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya