Liputan6.com, Riyadh - Kelompok pemberontak Houthi di Yaman kembali menembakkan sejumlah misil ke Riyadh, Arab Saudi.
Proyektil misil itu menjelajah sekitar lebih dari 800 km dari Yaman ke Riyadh pada Rabu, 11 April 2018 waktu setempat. Demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (12/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
Al Masirah, televisi yang dikendalikan oleh Houthi, mengklaim bahwa kelompok pemberontak berbasis di Yaman itu bertanggung jawab atas serangan misil tersebut.
Mereka juga mengatakan, misil yang ditembakkan merupakan jenis Scud Burkan 2-H. Sasarannya, gedung Kementerian Pertahanan Arab Saudi di Riyadh dan beberapa fasilitas kilang minyak Aramco di Provinsi Najran dan Jizan.
Sharaf Lokman, juru bicara Houthi, mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan tindak lanjut atas imbauan salah satu petinggi Houthi yang menyatakan akan memulai "tahun-tahun misil balistik". Imbauan itu diutarakan oleh Saleh Al Samad, Presiden Supreme Political Council Houthi.
Saat ini, Houthi, melalui Supreme Political Council, mengendalikan hampir sebagian besar wilayah Yaman. Wilayah yang tersisa dikendalikan oleh kelompok pemerintahan Abdrabbuh Mansur Hadi (yang didukung Saudi) di Aden.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Arab Saudi Berhasil Mencegat Misil
Di sisi lain, Arab Saudi, menggunakan sistem pertahanan udara, mengklaim berhasil mencegat dan menembak jatuh misil yang ditembakkan oleh Houthi.
Saudi juga mengklaim berhasil menembak jatuh drone Yaman, Qasif-1. Drone itu disebut Saudi sebagai alutsista peluncur misil-misil tersebut.
Negeri Petrodollar menuduh Iran sebagai negara pemasok rudal dan persenjataan kepada Houthi. Di sisi lain, baik Iran dan Houthi membantah hal tersebut.
Kendati demikian, beberapa bukti justru menunjukkan hal sebaliknya.
Menurut analisis firma think-tank Conflict Armament Research (CAR), drone Qasif-1 sangat menyerupai drone produksi Iran Ababil-2 -- versi terbaru persenjataan canggih Negeri Para Mullah.
Meski memiliki teknologi yang relatif sederhana, Qasif-1 mampu membawa hulu ledak seberat 30 kg dan telah memungkinkan Houthi untuk menargetkan kapal di Selat Bab Al Mandeb.
Perang Saudara Yaman
Perang Saudara Yaman telah dimulai sejak tahun 2014 setelah pemberontak Houthi menguasai ibu kota dan mendorong pemerintahan Abdrabbuh Mansur Hadi ke selatan menuju kota terbesar ketiga negara itu, Aden.
Prihatin dengan munculnya pemberontak Houthi, Arab Saudi dan koalisi negara-negara Arab meluncurkan intervensi militer pada tahun 2015 dalam bentuk kampanye udara besar-besaran yang bertujuan untuk memulihkan pemerintahan Abdrabbuh Mansur Hadi.
Sejak itu, lebih dari 10.000 orang telah tewas dan sedikitnya 40.000 orang terluka. Sebagian besar korban merupakan dampak dari serangan udara yang dipimpin Saudi.
Sebagai pembalasan, Houthi telah meluncurkan lusinan rudal ke kerajaan itu. Pihak berwenang Saudi mengatakan, selama tiga tahun terakhir, 90 rudal balistik telah ditembakkan oleh para pemberontak ke wilayah Negeri Petrodollar.
Advertisement