Liputan6.com, Berlin - Inggris perlu bekerja sama lebih erat dibanding sebelumnya dengan negara-negara Eropa untuk menghadapi "ancaman teroris internasional yang intens dan tak henti-henti, serta "tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya" dari "tindakan agresif dan merusak Rusia." Hal tersebut disampaikan oleh kepala MI5 (Dinas Keamanan Inggris), Andrew Parker.
Seperti dikutip dari Independent.co.uk, Senin (14/5/2018), menurut Parker, kekejaman teroris, dengan potensi untuk menimbulkan kematian dan cedera yang meluas, telah digagalkan di Inggris, setidaknya satu setiap bulannya sejak serangan Westminster pada Maret 2017. Itu menunjukkan bahwa ancaman dari ISIS tetap mematikan dan aktif.
Percobaan pembunuhan terhadap agen ganda Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, "dengan penggunaan racun syaraf pertama di Eropa pasca-Perang Dunia II" adalah contoh yang mengejutkan dan gamblang tentang bagaimana negara ini menghadapi kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Kremlin. Serangan tersebut, menurut Parker, adalah "aktivitas memfitnah yang disengaja dan ditargetkan."
Advertisement
Baca Juga
Parker dinilai menggunakan pidato publik pertamanya di luar Inggris, juga yang pertama sejak serangan Salisbury, demi menekankan kebutuhan vital dalam mempertahankan dan meningkatkan tindakan penghubung dengan sekutu Eropa untuk menghadapi apa yang ia dan rekan-rekannya anggap sebagai bahaya yang jelas dari terorisme dan perang yang disponsori negara.
Pidato Parker yang disampaikan di Berlin, Jerman, terjadi di tengah kekhawatiran mendalam tentang kerja sama keamanan Inggris dengan Uni Eropa pasca-Brexit (hengkangnya Inggris dari keanggotaan di Uni Eropa).
Dalam situasi sengit terakhir, pemerintah Inggris di bawah kepemimpinan Theresa May mengancam akan mengurangi kerja sama keamanan dengan Uni Eropa, jika pasca-Brexit, London tidak diizinkan menggunakan informasi dari sistem satelit Galileo. Komisi Eropa telah menyatakan bahwa salah satu pusat kendali sistem akan dipindahkan dari Inggris ke Spanyol.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Campur Tangan Rusia
Tak hanya dituduh campur tangan dalam pemilu AS, namun Rusia juga diduga campur tangan dalam referendum Brexit. Moskow disebut-sebut mendukung kampanye agar Inggris meninggalkan Uni Eropa.
Selain itu, Negeri Beruang Merah juga diduga melancarkan campur tangan dalam pemilu di Prancis, Jerman, Italia, dan Catalonia.
Terkait dengan intervensi Rusia di berbagai negara, Direktur MI5 Andrew Parker mengutuk apa yang disebutnya sebagai "ketidakpastian" yang belum pernah terjadi sebelumnya serta menekankan kebutuhan mendesak "untuk menyinarkan cahaya melalui banyak kebohongan, setengah kebenaran dan kebingungan yang mengalir keluar dari mesin propaganda mereka."
Parker berterima kasih pada negara-negara Eropa atas solidaritas mereka terhadap Inggris pasca-serangan Salisbury, dengan mengusir para pejabat Rusia yang bekerja di misi diplomatik masing-masing negara.
Bicara lebih lanjut soal terorisme, Parker mengatakan akan ada 45 serangan teroris di seluruh Eropa dalam dua tahun terakhir. Hal tersebut sekaligus menyoroti perlunya Inggris dan Uni Eropa untuk bekerja sama satu sama lain. "Dalam dunia yang tidak menentu saat ini kita membutuhkan kekuatan bersama yang lebih dibanding sebelumnya."
Parker menerangkan bahwa kerugian yang diderita ISIS di Suriah dan Irak, tidak serta merta menurunkan kewaspadaan. "ISIS masih bercita-cita untuk melakukan serangan yang menghancurkan dan lebih kompleks, meski telah kehilangan teritorial."
Namun, Parker menegaskan, MI5, polisi dan lembaga keamanan lainnya di Inggris mampu menghadapi bahaya tersebut. "Saya yakin dengan kemampuan kami untuk mengatasi ancaman ini, karena kekuatan dan ketahanan sistem demokrasi kami, ketahanan masyarakat kami dan nilai-nilai yang kami bagi dengan mitra Eropa kami."
Advertisement