Pernikahan Pangeran Harry Bertepatan dengan Peringatan Eksekusi Mati Ratu Inggris

Sabtu, 19 Mei 2018 dipilih menjadi hari pernikahan Pangeran Harry dengan kekasihnya yang asal Amerika Serikat, Meghan Markle.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 19 Mei 2018, 16:22 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2018, 16:22 WIB
Pangeran Harry-Meghan Markle
Pangeran Harry dan tunanganya Meghan Markle melihat latihan tim Inggris untuk Invictus Games Sydney 2018 di University of Bath, (6/4). The Invictus Games 2018 akan digelar di Sydney pada 20-27 Oktober. (AP Photo/Frank Augstein)

Liputan6.com, London - Sabtu, 19 Mei 2018 dipilih menjadi hari pernikahan Pangeran Harry dengan kekasihnya yang asal Amerika Serikat, Meghan Markle. Keduanya akan saling mengikat janji sebagai suami istri.

Kebetulan, tanggal 19 Mei 1536 adalah hari eksekusi mati permaisuri Kerajaan Inggris, Anne Boleyn. Perempuan tersebut adalah istri kedua Raja Inggris Henry VIII--nenek moyang Pangeran Harry.

Seperti dikutip dari LiveScience, Sabtu (19/5/2018), Boleyn dieksekusi saat berusia 28 atau 35 tahun. Umurnya saat menjemput ajal masih jadi bahan perdebatan. Para sejarawan bahkan belum sepakat soal tahun kelahirannya, 1501 atau 1507.

Anne Boleyn diadili lalu dieksekusi mati atas tuduhan serius: pengkhianatan, perzinaan, dan inses (incest). Namun, para sejarawan berpendapat, ia adalah korban konspirasi Henry VIII agar ia bisa kawin lagi dengan kekasih gelapnya, Jane Seymour.

Henry VIII adalah raja kedua dari Dinasti Tudor. Ia yang lahir tahun 1491, memerintah dari 1509 hingga 1547.

Sepanjang masa pemerintahannya, Henry VIII dirundung kekhawatiran soal kelangsungan takhtanya. Ia merasa harus punya anak laki-laki sebagai penerusnya.

Istri pertamanya, Catherine of Aragon, adalah janda kakak laki-lakinya. Perempuan itu hamil setidaknya tujuh kali selama perkawinannya dengan Henry, tapi hampir semuanya berakhir dengan keguguran atau kematian.

Satu-satunya anak yang selamat adalah seorang perempuan, Mary, yang lahir pada 1515.

Anne Boleyn adalah salah satu dayang Catherine. Raja tertarik padanya, tapi Anne tak mau senasib dengan saudara perempuannya yang jadi gundik Henry VIII.

Henry VIII menikah dengan Jane Seymour pada 20 Mei 1536, satu hari setelah pemenggalan Anne Boleyn (Wikipedia/Public Domain)

Tak menyerah, Henry meminta Catherine untuk menjadi biarawati dan mengizinkannya kawin lagi. Istrinya menolak mentah-mentah perintah itu.

Henry lalu merayu Paus untuk membatalkan pernikahannya. Namun bertahun-tahun berlalu, upaya itu gagal.

Pada akhirnya, masalah perkawinan raja menyebabkan pemisahan Gereja Inggris dari Gereja Katolik di Roma. Henry lalu bercerai.

Pernikahannya dengan Anne Boleyn berlangsung. Namun, pasangan itu tak dikaruniai anak laki-laki. Putri mereka, Elizabeth -- yang kelak jadi ratu Inggris -- lahir pada 1533.

Henry pun berpaling. Kali ini kepada Jane Seymour. Untuk menyingkirkan Anne, ia menangkap dan memenjarakan istrinya itu di Tower od London atas tuduhan berselingkuh dengan sejumlah bangsawan, pemain musik istana, bahkan saudara kandungnya sendiri.

Majelis hakim, termasuk pamannya sendiri, Duke of Norfolk, dan mantan tunangannya, menjatuhkan hukuman mati.

"Karena Anda telah menghina kedaulatan Raja Inggris, melakukan pengkhianatan terhadap pribadinya...hukum kerajaan memutuskan Anda harus dihukum mati," kata Duke of Norfolk menjatuhkan vonis dengan berlinang air mata, seperti dikutip dari situs theanneboleynfiles.com, Senin (14/5/2018).

Eksekusi mati akan dilakukan dengan cara dibakar hidup-hidup atau dipenggal. 

Menurut kronik Thomas Wriothesley, First Earl of Southampton, Anne dibawa ke halaman Tower of London pada pukul 08.00 pada 19 Mei 1536.

Sebelum eksekusi mati, ia memberikan pidato singkat yang memuji raja. Kata-kata terakhirnya adalah, "Kepada Yesus Kristus, saya menyerahkan jiwaku", sebelum akhirnya dipenggal.

Penulis biografi, Eric Ives dalam bukunya The Life and Death of Anne Boleyn, pemenggalan seperti itu termasuk 'terhormat' pada masanya.

Sebab, cara tersebut memungkinkan Anne Boleyn berlutut dengan kepala tegak alih-alih menaruh kepalanya di atas kayu untuk dipenggal dengan kapak.

Meghan Markle Tak Perlu Khawatir...

Meghan Markle
Menjelang pernikahannya dengna Pangeran Harry, berbagai fakta mengenai Meghan Markle mulai bermunculan (AP Photo)

Ada ironi luar biasa dari ambisi Henry VIII mendapatkan anak laki-laki. Sebab, anaknya dari Anne Boleyn, Elizabeth I, akan menjadi penguasa kerajaan paling mahsyur dalam sejarah Inggris.

Elizabeth I naik singgasana pada 1558, setelah kematian dini saudara tirinya, Edward--anak Seymour yang meninggal pada usia 15 tahun, dan pemerintahan berdarah kakak perempuannya Mary I yang berjuluk 'Bloody Mary'.

Anak Boleyn akan terus berkuasa hingga tahun 1603, memimpin era Elizabethan. Ia mengalahkan armada Spanyol pada 1588, pada periode eksplorasi pelayaran dan permulaan Inggris sebagai kerajaan kaya, juga kebangkitan di bidang kebudayaan yang memungkinkan kemunculan para seniman dan sastrawan seperti William Shakespeare.

Untung bagi Meghan Markle, yang akan menikah di House of Windsor, tak ada lagi eksekusi yang diberlakukan pada anggota keluarga Kerajaan Inggris.

Mary Stuart, Ratu Skotlandia, dieksekusi mati dengan cara dipenggal pada 1587. Sementara, raja terakhir yang dieksekusi mati adalah Charles I pada 1649.

Markle juga tak perlu khawatir soal potensi intrik kekuasaan. Garis suksesi Inggris saat ini tidak lagi mengecualikan perempuan.

Itu berarti, Pangeran Harry ada di urutan keenam sebagai pewaris takhta, setelah Pangeran Charles, ayahnya, sang kakak William, dan tiga anak-anak Pangeran William, termasuk Charlotte.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya