Tentara UEA Dituding Terlibat Kekerasan Seksual Massal pada Tahanan di Yaman

Banyak tahanan di Yaman mengaku mendapat kekerasan seksual secara massal oleh tentara Uni Emirat Arab di penjara-penjara di Yaman.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 21 Jun 2018, 17:05 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2018, 17:05 WIB
Milisi pro-pemerintah Yaman yang didukung aKoalisi Arab Saudi dalam sebuah operasi untuk memasuki Kota Hodeidah (AFP PHOTO)
Milisi pro-pemerintah Yaman yang didukung Koalisi Arab Saudi dalam sebuah operasi untuk memasuki Kota Hodeidah (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Aden - Banyak tahanan di Yaman, yang dipenjara tanpa pengadilan, mengatakan mereka mengalami kekerasan seksual massal oleh pasukan Uni Emirat Arab.

Berbagai surat selundupan dari beberapa penjara bawah tanah yang dikelola UEA di Yaman, menunjukkan gambaran kecil tentang kondisi kengerian yang dialami para tahanan di balik jeruji besi.

Dikutip dari laporan kantor berita Associated Press yang diwartakan oleh Independent.co.uk pada Kamis (21/6/2018), menyebut para tahanan dipaksa menanggalkan pakaian dan tengkurap di lantai, sebelum kemudian beberapa pasukan UEA meraba-raba lubang dubur dengan dalih mencari kemungkinan barang selundupan.

Mereka yang melawan perintah itu diancam dengan anjing menggonggong, dan terkadang dipukuli hingga berdarah.

Muncul pula laporan aksi sodomi oleh pasukan UAE yang sengaja direkam menggunakan kamera ponsel.

Beberapa tahanan lain mengaku diikat di tiang kayu atau besi dalam kondisi telanjang, di mana alat kelamin mereka disengat listrik berkali-kali, dan buah zakar digantungi oleh batu yang cukup berat.

Dalam perang saudara yang berlangsung lebih dari tiga tahun di Yaman, pasukan UEA --konon berjuang atas nama pemerintah lokal-- telah mengambil alih kendali yang cukup luas di kota-kota di bagian selatan, terutama di pesisir Teluk Aden yang strategis.

Kehadiran pasukan UEA telah membuat ratusan orang dijebloskan ke dalam penjara, karena dituding sebagai bagian dari kelompok teroris Al-Qaeda atau militan ISIS.

Para tahanan ini dijebolokasan ke dalam penjara tanpa proses peradilan.

Dari beberapa penjara di ibu kota Aden, tahanan menyelundupkan surat dan gambar tentang kekerasan seksual menggunakan menggunakan goresan pena pada alat makan berbahan plastik.

Seorang sumber tahanan mengatakan dirinya telah ditahan selama setahun terakhir, dan dipindahkan di tiga penjara berbeda.

"Hal terburuk adalah saya berharap mati setiap hari, agar tidak lagi merasakan buruknya siksaan tidak berdasar," ujar sumber terkait.

Penyiksaan seksual seperti yang dijabarkan di atas, menurut laporan terselubung dari para tahanan, terjadi setidaknya di lima penjara di Yaman.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Sekutu Utama di Perang Yaman

Digempur Saudi, Istana kepresidenan Yaman Hancur Berantakan
Seorang pria berjalan melewati puing-puing gedung yang runtuh di kompleks kepresidenan, di Sanaa, Yaman (7/5). Akibat serangan ini sedikitnya enam orang tewas dan sekitar 30 orang terluka. (AP Photo/Hani Mohammed)

Sementara itu, Uni Emirat Arab dikenal sebagai sekutu utama AS di Perang Yaman, yang menurut PBB dan kelompok hak asasi manusia, selalu mendokumentasikan dengan baik setiap aksi kekerasan yang dilakukannya.

Seorang juru bicara Pentagon, Mayor Laut Adrian Rankine-Galloway, mengatakan bahwa AS tidak melihat bukti adanya penyiksaan tahanan di Yaman.

"Pasukan AS diminta untuk melaporkan tuduhan yang dapat dipercaya tentang penyiksaan tahanan," katanya.

"Kami telah menerima laporan bahwa tidak ada dugaan yang dapat dipercaya yang akan memperkuat dugaan yang diajukan dalam garis pertanyaan Anda," lanjut Rankine-Galloway kepada media.

Di lain pihak, para pejabat AS mengakui adanya laporan bahwa pasukan Negeri Paman Sam menerima berkas intelijen dari mitra UEA, yang salah satu isinya sepakat melakukan investigasi dan berpartisipasi dalam interogasi tahanan di Yaman.

Namun Rankine-Galloway mengatakan dia tidak bisa bercerita lebih jauh tentang kabar berbagi informasi intelijen dengan mitra pasukan AS, termasuk UEA.

"Personel Departemen Pertahanan diharapkan mematuhi standar tertinggi dari perilaku pribadi dan profesional," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya