Liputan6.com, Mogadishu - Kelompok militan asal Somalia Al Shabaab melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai, demikian menurut media yang dimiliki kelompok itu.
Melalui laporan yang disiarkan oleh Andalus Radio -- radio yang dioperasikan oleh Al Shabaab -- minggu lalu, pemimpin Al Shabaab yang bernama Jubaland Mohammed Abu Abdullah mengatakan, kantong plastik merupakan ancaman "serius" bagi umat manusia dan hewan ternak.
Baca Juga
Ia menganggap bahwa limbah yang ditimbulkan dari pengelolaan plastik berdampak buruk bagi lingkungan.
Advertisement
Selain itu, kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaeda ini juga melarang penebangan pohon. Meski tidak disebutkan mengenai lokasi pelaksanaan larangan tersebut, tetapi segala ancaman yang dikeluarkan oleh Al Shabaab akan otomatis dipatuhi oleh warga sipil Somalia.
Kendati kelompok militan itu telah diusir dari Mogadishu -- ibu kota Somalia -- pada 2011, namun pergerakan mereka tetap aktif di seluruh negeri. Mereka juga melakukan serangan teror yang menghancurkan negara tetangga, Kenya.
Pernyataan Abu Abdullah tak pelak mengundang tawa dari pemerhati lingkungan yang melabeli Al Shabaab sebagai "gerakan jihad ramah lingkungan". Al Qaeda dan para kelompok sekutunya mengklaim bahwa mereka amat vokal terhadap isu-isu lingkungan sedari dulu.
Pada 2017, pemimpin Taliban Hibatullah Akhundzada mengumumkan bahwa orang Afghanistan harus menanam lebih banyak pohon karena memainkan "peran penting dalam perlindungan lingkungan, pembangunan ekonomi dan keindahan Bumi".
Ini juga merupakan bentuk penghormatan terhadap Tuhan.
Afghanistan, seperti Somalia, mengalami krisis air dan deforestasi selama beberapa dekade. Semua ini diperparah dengan peperangan yang tak kunjung usai.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Memamerkan Kepada Dunia
Raffaello Pantucci, pengamat kontra-teror di Royal United Services Institute (Rusi), menilai langkah itu dirancang untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Al Shabaab bisa memerintah.
Sejauh ini, publik internasional mengetahui bahwa mereka hanya bisa membunuh. Kini, mereka ingin menunjukan "taring" sebagai tokoh berbahaya dari sisi lain: pecinta lingkungan.
Dalam satu serangan mematikan tahun 2017, militan tersebut melakukan pengeboman truk yang menewaskan lebih dari 500 orang.
Advertisement