Liputan6.com, Honolulu - Terjangan lava Gunung Api Kilauea di Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat (AS), dilaporkan menghantam sebuah perahu wisata, dan melukai sedikitnya 13 orang.
Lava panas yang membawa bebatuan dan puing-puing vulkanis itu terbang melewati atap sebuah kapal wisata, membuat seorang penumpang mengalami patah tulang, dan 13 orang lainnya terkena luka bakar cukup serius.
Dikutip dari BBC, Selasa (17/7/2018), lava tersebut berasal dari sisa aktivitas vulkanik Gunung Api Kilauea yang berawal sejak Mei lalu, dan sejak itu sesekali terus memuntahkan gas dan batuan cair.
Advertisement
Akibat diterjang lava panas, muncul lubang menganga di bagian atap perahu wisata itu, yang membuat penumpang panik. Beruntung, jalur pelayaran berhasil ditarik keluar ke zona yang lebih aman, dan kapal bantuan datang beberapa saat setelahnya.
Baca Juga
Para korban yang mengalami luka segera dibawa ke rumah sakit terdekat, dengan tingkat lukar bakar bervariasi, termasuk salah satu yang harus menjalani operasi penyambungan tulang.
Beberapa penumpang mengatakan kepada Departemen Tanah dan Sumber Daya Alam Hawaii bahwa kapal yang mereka naiki, berlayar di luar zona aman yang dibangun oleh otoritas penjaga pantai.
Para pejabat telah memperingatkan tentang bahaya asap beracun, yang tercipta ketika batuan cair menghantam lautan dan membentuk awan berbahaya yang mengandung asam klorida dan partikel kaca.
Kilauea adalah salah satu gunung api paling aktif di dunia, di mana letusannya telah menghancurkan ratusan rumah dan memaksa ribuan orang mengungsi.
Pekan lalu, para ilmuwan di US Geological Survey mengatakan aliran lava Kilauea telah menciptakan pulau kecil baru, tidak jauh dari pesisir Big Island.
Â
Simak video pilihan berikut:
Lava Menyatu ke Lautan Pasifik
Sementara itu, lava pijar dari gunung api Kilauea diketahui terus mengalir hingga ke lautan Pasifik, dan berisiko memicu bahaya baru.
Interaksi antara lava dan air laut menciptakan awan uap bercampur asam klorida dan partikel kaca halus, yang dapat mengiritasi kulit dan mata, serta menyebabkan masalah pernapasan.
Menurut Wendy Stovall, seorang ilmuwan dari Survei Geologi AS, aliran lava dan awan panas Gunung Api Kilauea baru bereaksi sebatas di sepanjang pesisir.
Namun, pihak berwenang memperingatkan bahwa gelombang dan angin laut bisa mengubah arah lava di lautan, termasuk ke area pesisir pulau-pulau di sekitarnya.
Observatorium Gunung Api Hawaii mengatakan, aliran lava dan awan panas tersebut telah meningkatkan emisi sulfur dioksida hingga tiga kali lipat.
Beberapa minggu sebelumnya, tepatnya pada 17 Mei 2018, Gunung Kilauea mengeluarkan letusan dahsyat yang menyemburkan abu vulkanis hingga ketinggian 9.000 meter.
Letusan di puncak Gunung Kilauea itu terjadi setelah aktivitas vulkanik selama dua pekan yang memuntahkan lahar mengalir ke permukiman dan menghancurkan sedikitnya 31 rumah.
Para ilmuwan mengatakan letusan itu adalah yang paling kuat sejauh ini, meski hanya berlangsung beberapa menit.
Advertisement