Ini 5 Jurus Manusia Menunda Kiamat, Bakal Berhasil?

Sebagian manusia telah mengupayakan cara-cara untuk menunda kiamat. Berikut lima ide di antaranya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 08 Mar 2018, 17:02 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2018, 17:02 WIB
20151005-Ilustrasi-Hari-Kiamat
Ilustrasi Hari Kiamat (iStock)

Liputan6.com, New York - Begitu banyak skenario ancaman kiamat yang diinformasikan di jagat maya. Namun, sangat sedikit sekali yang membahas tentang upaya untuk menghadapinya, atau setidaknya mengulur waktu.

Dilansir dari Cracked.com pada Kamis (8/3/2018), segelintir orang ternyata telah berusaha mati-matian untuk meminimalisir dampak kerusakan yang akan terjadi kala kiamat datang.

Ada pula kelompok ilmuwan yang berusaha mengulur waktu terjadinya kiamat dengan berbagai rekayasa ilmuwan pengetahuan. Bahkan, terdengar pula upaya sebagian orang untuk menyetop kiamat, yang mungkin terdengar mustahil dilakukan.

Berikut adalah lima upaya yang dilakukan manusia untuk menghalau datangnya kiamat dalam waktu dekat.

 

 

Simak video mengenai penjelasan teori sains terhadap ancaman penyebab kiamat berikut: 

1. Mengisi Penuh Supervolcano dengan Air

6 Taman Nasional di Dunia dengan Pemandangan yang Menakjubkan
Intip beragam pemandangan menakjubkan dari 6 taman nasional yang ada di dunia berikut ini. (Taman Nasional Yellowstone -iStockphoto)

Ide yang terdengar nyeleneh ini disampaikan oleh lembaga antariksa milik Amerika Serikat (AS), NASA. Hal itu didasarkan pada fakta bahwa gunung-gunung api super (supervolcano) memiliki tenaga panas bumi yang sangat besar, dan bermanfaat untuk mendukung produktivitas industri.

Menurut NASA, dengan mengisi seluruh kawah dan celah vulkanis pada gunung api super, seperti misalnya pada gunung Yellowstone di California, dapat mengubahnya menjadi panci raksasa. Setelahnya, aliran air panas dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari rumah tangga, industri, hingga pembangkit tenaga listrik.

Namun, hal itu bukan tanpa kendala. Dibutuhkan waktu ratusan, bahkan ribuan, untuk mengisi penuh kawah dan celah vulkanis pada satu gunung api super. Biayanya pun tinggi, yakni diperkirakan mencapai US4 3,46 miliar, di mana harus diikuti oleh kesepakatan politik antar bangsa, terkait dampak yang disebabkan di kemudian hari.

2. Mengubur Karbondioksida

Batu yang memerangkap karbon dioksida (AFP/Annette K Mortensen)
Batu yang memerangkap karbon dioksida (AFP/Annette K Mortensen)

Untuk pertama kalinya, para ilmuwan berhasil menyuntikkan karbondioksida (CO2) ke dalam tanah basal vulkanik, dan mengubahnya menjadi padat.

Para ilmuwan mampu memompa emisi karbon ke dalam perut bumi dan mengubah gas menjadi padat, untuk disimpan selama beberapa bulan. Metode ini, secara radikal, lebih cepat dari prediksi sebelumnya, yang menunjukkan bahwa proses tersebut dapat membutuhkan waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Science itu merupakan bagian dari proyek percontohan yang diluncurkan pada 2012 di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi  (PLTP) Hellisheidi, Islandia. 

Pembangkit listrik tenaga panas bumi Hellisheidi memiliki kapasitas 303 MW yang merupakan pembangkit tenaga listrik tenaga panas bumi terbesar di dunia.

3. Mematikan Penyakit Sebelum Mewabah

Dua Wanita Vietnam Terinfeksi Virus Zika (iStock)
Dua Wanita Vietnam Terinfeksi Virus Zika (iStock)

Koalisi Inovasi Siaga Epidemi, atau CEPI, diluncurkan pada 2017 lalu melalui pendanaan gabungan sebesar US$ 640 juta.

Kelompok ini memiliki dua tugas utama, yakni menyiapkan vaksin yang dapat menjadi wabah penyakit ganas, dan melengkapi fasilitas laboratorium agar dapar memproduksi banyak vaksin dalam waktu singkat.

CEPI baru saja sukses melewati tantang pertamanya, yakni mencegah perluasan penyebaran virus MERS-CoV, Lassa, da Nipah yang menyerang kawasan Afrika Tengah, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir.

Kedepannya, CEPI berupaya menghasilkan vaksin untuk setiap penyakit berbahaya, sebelum hal tersebut sempat menimbulkan wabah.

Hal itu dilakukan bersamaan dengan penyediakaan sumber daya yang lengkap untuk penelitian virus Ebola, Marburg, dan Zika.

4. Menara Penyedot Sampah di Lautan

Potret sampah plastik di lautan (AFP)
Potret sampah plastik di lautan (AFP)

The Big Pacific Garbage Gyre adalah istilah untuk menyebut rawa sampah yang berputar-putar di seluruh lautan Pasifik. Rawa sampah tersebut diketahui membunuh, rata-rata, 100.000 mamalia laut (termasuk paus, anjing laut, dan singa laut), lebih dari satu juta burung laut, dan ikan yang tak terhitung jumlahnya setiap tahun.

PAda 2017, seorang remaja jenius bernama Boyan Slat, mendapat hibah dana penelitian sebesar US$ 2,5 juta dari forum TEDx. Uang itu digunakan untuk mewujudkan mimpinya membersihkan laut dengan kolektor sampah yang mengambang.

Aksi itu disebut menggunakan 'menara kolektor' berbahan bakar bom legium, di mana kerap digunakan untuk menyapu tumpahan minyak di lautan. Nantinya, alat ini akan mengalirkan sampah ke menara. Begitu berada di menara, sampah akan melayang ke ban berjalan dan dimasukkan ke mesin, yang kemudian akan dikosongkan setiap bulan dengan kapal.

5. Jasa Perisai Sinyal Kapal Selam

Ilustrasi Bumi
Ilustrasi Bumi (NASA)

Di masa depan, sangat mungkin Matahari akan menumbuhkan semacam awan besar berisi partikel yang mampu melumpuhkan kinerja sistem elektronik di Bumi.

Hal ini sempat terjadi -- walau dalam skala kecil -- pada 1859 silam, di mana serangkaian aoaran sinar korona dari Matahari menyebabkan badai geomagnetik yang mengganggu sistem kerja telegraf kala itu.

Jika hal serupa terjadi di masa kini, kemungkinan besar akan menyebabkan gangguan sinyal satelit, tidak bekerjanya saluran listrik, dan  beragam kerusakan lainnya yang mampu menyebabkan kerugian hingga triliunan dollar AS.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Menurut sebuah makalah ilmiah yang dikeluarkan oleh Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, sebuah perisai raksasa yang dibentuk dari Sinyal Frekuensi Sangat Rendah (VLF), dapat menghalangi paparan radiasi badai Matahari yang merugikan Bumi dan manusia.

VLF sendiri merupakan jenis sinyal radio khusus yang banyak digunakan oleh kapal selam karena dapat dengan mudah bergerak melalui air laut.

Ketika percobaan sinyal VLF dikirim ke luar angkasa, diketahui justru terjebak di atmosfer. Hal ini menunjukkan bahwa VLF dapat menciptakan perisai radiasi tingkat rendah, yang mampu melindungi Bumi dari sebagian besar paparan zat-zat berbahaya pada sinar Matahari.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya