Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat dunia telah menjadi saksi peristiwa gerhana Bulan yang berlangsung beberapa jam Sabtu dini hari tadi. Fenomena alam ini menjadi gerhana Bulan paling lama di Abad 21.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengungkap, peristiwa gerhana Bulan terjadi dalam durasi 1 jam 43 menit.
Banyak masyarakat dunia yang telah mempersiapkan diri untuk menyaksikan momen langka tersebut. Tak terkecuali masyarakat Indonesia yang turut penasaran dan sengaja keluar rumah untuk melihat gerhana bulan.
Advertisement
Baca Juga
Namun, sudahkah Anda melihat foto gerhana Bulan yang diambil dari angkasa luar? Seorang astronaut dari Badan Antariksa Eropa bernama Alexander Gerst mengabadikan momen itu.
Seperti dikutip dari laman Sciencealert.com, Sabtu (28/7/2018), foto ini dianggap sebagai salah satu sudut terbaik yang diambil dari Stasiun Luar Angkasa.
Caught the Moon leaving Earth's core shadow, just before setting over the South Atlantic. Last photo of the #LunarEclipse taken from #ISS. #Horizons pic.twitter.com/aNCzerchZ5
— Alexander Gerst (@Astro_Alex) 27 Juli 2018
Dalam akun Twitter-nya, Alexander Gerst mengatakan bahwa ia telah menangkap gambar gerhana Bulan dan meninggalkan bayangan Bumi.
Meski demikian, tak semua masyarakat dunia beruntung. Sejumlah lokasi di Amerika Serikat dan Inggris tak dapat melihat gerhana Bulan lantaran cuaca mendung.
Â
Saksikan videeo pilihan di bawah ini:
Berada di Titik Terjauh dari Bumi
Penyebab kedua adalah gerhana Bulan total 28 Juli 2018 terjadi pada saat Bulan di sekitar titik terjauhnya dari Bumi, yang dikenal sebagai titik apoge. Berdasarkan perhitungan, Bulan mencapai titik apoge pada 27 Juli 2018 pukul 12.44 WIB sejauh 406.223 km.
Empat belas jam kemudian, tepatnya ketika puncak gerhana terjadi, jarak Bumi dan Bulan menjadi lebih dekat 270 km daripada saat di apoge tersebut.
Secara umum, semakin jauh jarak Bumi dan Bulan, maka akan semakin kecil penampakkan ukuran Bulan, sehingga berpotensi menyebabkan Bulan akan lebih lama berada di umbra Bumi jika dibandingkan dengan Bulan saat berada di daerah titik perigenya.
Dengan demikian, gerhana Bulan total pun berpotensi terjadi lebih lama.
Advertisement