Liputan6.com, Beijing - Firma raksasa aplikasi transportasi online di China, Didi Chuxing, menangguhkan layanan ride-sharing Didi Hitch setelah polisi memproses kasus salah satu pengemudinya, yang memperkosa dan membunuh seorang penumpang wanita.
Sebuah pernyataan dari pihak Didi Chuxing mengatakan, kasus itu menunjukkan adanya kekurangan dalam sistem mereka, sehingga perusahaan akan menunda fitur layanan Didi Hitch untuk dievaluasi ulang, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (26/8/2018).
Dalam insiden terbaru, polisi mengatakan, korban memesan layanan Didi Hitch pada 24 Agustus 2018 pukul 13.00 waktu setempat (05.00 GMT). Satu jam kemudian, wanita itu mengirim pesan kepada teman untuk meminta bantuan, sebelum akhirnya hilang kontak. Kendati demikian, aplikasi tetap menerima data rekam perjalanan yang komplet, lengkap dengan ulasan 'baik dan memuaskan' dari sang penumpang.
Advertisement
Baca Juga
Setelah melakukan serangkaian proses penyelidikan, pihak berwenang berhasil menahan pengemudi berusia 27 tahun bernama Zhong pada Sabtu 25 Agustus pagi, yang mengaku memperkosa dan membunuh korban, kata polisi.
Jasad korban telah ditemukan dan penyidikan sedang berlangsung, kata pernyataan dari kepolisian.
Pihak Didi Chuxing mengatakan, saat menerima Zhong sebagai mitra pengemudi, pria itu diketahui tidak memiliki catatan kriminal. Tetapi kemudian, pihak aplikasi mengakui menerima keluhan dari berbagai pelanggan setelah Zhong mulai bekerja.
Seorang penumpang sebelumnya mengklaim bahwa seorang sopir yang diindikasikan sebagai Zhong, membawanya ke tempat terpencil dan mengikutinya setelah mereka meninggalkan mobil.
Kejadian serupa, yang melibatkan pengemudi dan korban lain, terjadi beberapa bulan yang lalu.
Pada Mei 2018 pihak Didi Chuxing menangguhkan dan mendenda Didi Hitch, setelah seorang pramugari berusia 21 tahun meninggal usai menggunakan layanan ride-sharing tersebut di Zhengzhou.
"Insiden ini menunjukkan banyak kekurangan dengan proses layanan pelanggan kami," kata pihak Didi Chuxing dalam sebuah pernyataan, "ini adalah harga yang terlalu tinggi untuk membayar ganti rugi," --karena menyangkut masalah keselamatan dan nyawa penumpang.
Pihak Didi Chuxing juga mengatakan bahwa mereka telah memecat kepala dan wakil presiden Didi Hitch.
Didi Chuxing adalah perusahaan transportasi online multi-platform terbesar di dunia berdasarkan jumlah perjalanan. Menurut laporan, Didi Hitch saja dilaporkan menyelesaikan lebih dari satu miliar perjalanan dalam tiga tahun terakhir.
Pada tahun 2016, firma aplikasi transportasi online dan ride-sharing Uber dari Amerika Serikat menjual unit usahanya yang beroperasi di China kepada Didi Chuxing setelah gagal menghasilkan keuntungan akibat kalah bersaing melawan Didi Hitch.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Simak video pilihan berikut:
Berjanji untuk Meningkatkan Fitur Keamanan
Beberapa bulan lalu, layanan ride-sharing asal Tiongkok Didi Chuxing, pernah berjanji menerapkan sistem pemindaian wajah wajah (facial recognition) bagi setiap mitra pengemudinya, demi meningkatkan keamanan penumpang.
Dilansir Engadget, Minggu 20 Mei 2018, tindak keamanan ini dilaksanakan Didi--begitu karib disebut penggunanya--setelah seorang pengemudi melecehkan dan membunuh seorang penumpang wanita. Diketahui, pelaku menggunakan aplikasi milik ayahnya.
Jadi, sopir harus terlebih dulu "lulus" dari uji wajib pemindaian wajah bila ingin mencari dan mengantar pelanggan. Perusahaan juga memeriksa ketat latar belakang sopir.
Tidak hanya itu, Didi juga sempat menangguhkan layanan malam, tepatnya dari pukul 10 malam hingga pukul 6 pagi, demi keamanan pengendara di malam hari.
Bila layanan dipesan mendekati jam 10 malam, pengguna akan mendapatkan notifikasi reminder keamanan sebelum memulai perjalanan.
Didi juga menampilkan tombol pertolongannya agar lebih mudah dilihat pengguna. Saat tombol tersebut diaktifkan, aplikasi akan merekam suara dan seorang customer representative akan memonitor perjalanan. Selain itu, kontak darurat milik penumpang akan diberi tahu.
Pengguna juga dapat menghadirkan tombol darurat untuk menelepon layanan polisi, ambulans, lalu lintas, dan nomor bantuan Didi.
Semua hal itu akan dihadirkan Didi di penghujung bulan Mei, dan pihak perusahaan turut berniat menghadirkan fitur rekaman video. Untuk menjamin privasi, rencananya semua data-data rekaman akan dihapus otomatis setelah 72 jam.
Advertisement