Liputan6.com, Beijing - Selain berisiko buruk bagi kesehatan fisik, polusi udara juga disebut bertanggung jawab atas penurunan tajam kecerdasan manusia.
Paparan kronis terhadap materi partikulat udara diketahui memicu penurunan signifikan dalam skor tes untuk bahasa dan aritmatika.
Dikutip dari Independent.co.uk pada Selasa (28/82018), temuan tersebut terungkap dalam sebuah studi ilmiah terbaru yang dilakukan di China, namun menggunakan lebih dari 91 responden dari berbagai penjuru dunia.
Advertisement
Studi yang diterbitkan oleh jurnal Proceedings of National Academy of Sciences itu berlangsung selama empat tahun, di mana menganalisis tes verbal dan aritmatika yang ditujukan kepada 20.000 orang dari segala usia.
Baca Juga
Hasilnya menunjukkan paparan yang terlalu lama terhadap udara kotor, tampaknya menyebabkan degradasi kognisi yang memburuk seiring dengan bertambahnya usia.
Polusi udara juga meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan bentuk lain demensia, menurut penelitian tersebut.
"Udara yang tercemar dapat menghambat kemampuan kognitif ketika seseorang menua, terutama bagi pria yang kurang berpendidikan," kata para penulis.
"Kerusakan pada otak yang menua akibat polusi udara kemungkinan membebani kesehatan dan biaya ekonomi yang besar, mengingat bahwa fungsi kognitif sangat penting bagi para manula untuk menjalankan tugas sehari-hari dan membuat keputusan-keputusan penting," lanjut laporan tersebut.
Efek gabungan dari polusi udara ambien dan rumah tangga menyebabkan sekitar tujuh juta kematian dini di seantero Bumi setiap tahunnya.
WHO memperkirakan hal tersebut berasal dari penurunan daya tahan tubuh terhadap risiko stroke, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru-paru dan infeksi saluran pernapasan akut.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Simak video pilihan berikut:
Bahaya Polusi Udara Terbuka
Beberapa bulan sebelumnya, WHO mengingatkan bahwa polusi udara terbuka telah menyebabkan sekitar 4,2 juta kematian pada tahun 2016.
Sebanyak 3,8 juta orang diperkirakan meninggal selama periode waktu yang sama karena polusi udara rumah tangga, yang disebabkan oleh memasak dengan bahan bakar polutan seperti arang.
WHO mencatat bahwa lebih dari 40 persen populasi global tidak memiliki akses ke bahan bakar memasak ramah lingkungan, atau teknologi memasak yang lebih bersih di rumah mereka.
"Tidak dapat diterima bahwa lebih dari 3 miliar orang, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, masih menghirup asap mematikan setiap hari karena menggunakan tungku dan bahan bakar polutif di rumah mereka," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.
Ditambahkan oleh Ghebreyesus, polusi udara merupakan faktor risiko penting yang dapat menyebabkan stroke, kanker paru-paru, penyakit jantung dan infeksi pernapasan seperti pneumonia.
Advertisement