Dituding Gagal Mengatasi Terorisme, Militer AS Batalkan Bantuan Rp 4,4 Triliun ke Pakistan

Karena dituding gagal mengatasi terorisme, Pakistan gagal mendapat dana bantuan senilai Rp 4,4 triliun dari militer AS.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 03 Sep 2018, 07:01 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2018, 07:01 WIB
Imran Khan, Perdana Menteri Pakistan yang dulunya merupakan mantan atlet kriket dan selebritas nasional (AP)
Imran Khan, Perdana Menteri Pakistan yang dulunya merupakan mantan atlet kriket dan selebritas nasional (AP)

Liputan6.com, Washington DC - Militer Amerika Serikat (AS) mengumumkan pembatalan bantuan senilai US$ 300 juta (setara Rp 4,4 triliun) kepada Pakistan, atas alasan Islamabad gagal menindak kelompok militan.

Presiden Donald Trump sebelumnya menuduh Pakistan menipu AS ketika menerima bantuan miliaran dolar.

Juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Faulkner mengatakan militer AS akan bertujuan untuk membelanjakan uang itu pada "prioritas mendesak" lainnya, demikian dikutip dari BBC pada Minggu (2/9/2018).

Langkah itu, yang perlu disetujui oleh Kongres AS, adalah bagian dari suspensi yang lebih luas yang diumumkan pada bulan Januari lalu.

Kementerian luar negeri AS telah mengkritik Pakistan, sekutu kunci, karena gagal menangani jaringan teroris yang beroperasi di wilayahnya, termasuk jaringan Haqqani dan Taliban Afghanistan.

"Kami terus menekan Pakistan untuk menargetkan semua kelompok teroris tanpa pandang bulu," kata Kolonel Faulkner dalam sebuah pernyataan pada Sabtu 1 September, menambahkan bahwa bantuan US$ 300 juta terpaksa digunakan di tempat lain karena "kurangnya tindakan tegas Pakistan" dalam menanggulangi terorisme.

Pengumuman itu muncul hanya beberapa hari sebelum Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo akan mengunjungi Pakistan untuk bertemu dengan perdana menteri baru negara itu, Imran Khan.

Pada bulan Januari, pemerintah AS mengumumkan telah memotong hampir semua bantuan keamanan ke negara itu.

AS dan beberapa negara lain telah lama mengeluh bahwa Pakistan menyediakan tempat aman bagi jaringan militan, yang memungkinkan mereka untuk melakukan serangan lintas perbatasan di Afghanistan, sesuatu yang dibantah oleh Islamabad.

Secara terpisah pada Jumat 31 Agustus, AS mengatakan mengakhiri semua pendanaan untuk badan pengungsi Palestina PBB --Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA)-- yang digambarkan sebagai "cacat tak terselamatkan".

 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Kompleksitas Penanganan Kelompok Militan

Taliban Pakistan
Taliban Pakistan ingin bergerak ke Kashmir (AFP)

Jaringan Haqqani adalah kelompok militan yang memfokuskan sebagian besar kegiatannya di negara tetangga Afghanistan. Kelompok ini menjadi keluhan bagi dunia internasional, karena selama bertahun-tahun mendapat kemungkinan "operasi tanpa hambatan" akibat dari lemahnya pengwasan di Pakistan.

Kelompok ini terkait dengan Taliban Afghanistan dan Taliban Pakistan, gerakan Islam garis keras yang menimbulkan ancaman besar bagi pemerintah di kedua negara.

Baik Jaringan Haqqani dan Taliban Afghanistan telah meluncurkan serangan di Afghanistan yang menewaskan pasukan AS, dan para pejabat di Washington sejak lama berpendapat bahwa Pakistan, dan secara khusus dinas intelijen ISI, menyediakan tempat berlindung yang aman bagi mereka.

Pakistan juga telah lama dituduh memanfaatkan Taliban Afghanistan untuk memajukan kepentingan kebijakan luar negerinya di negara itu. ISI pertama kali terlibat dalam pendanaan dan pelatihan militan di Afghanistan setelah invasi Soviet pada tahun 1979.

Meskipun sejak tahun 2001 Pakistan telah mengizinkan wilayahnya digunakan untuk memasok pasukan internasional selama perang di Afghanistan, dan bekerja sama dengan Barat dalam memerangi beberapa kelompok teroris seperti al-Qaeda, para pengamat mengatakan pihaknya terus memberikan perlindungan dan dukungan kepada militan Afghanistan.

Tujuannya, menurut beberapa pengamat, adalah membatasi pengaruh di Afghanistan dari saingan utamanya, India.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya