Liputan6.com, Managua - Ribuan demonstran berkonvoi menuju ibu kota Nikaragua, Managua, untuk mendesak pengunduran diri Presiden Daniel Ortega, Minggu 16 September. Aksi protes tersebut juga menuntut pembebasan ratusan orang yang ditahan sepihak oleh pemerintah selama berbulan-bulan.
Seluruh keluarga --termasuk anak-anak dan orang tua-- mengambil bagian dalam apa yang disebut sebagai gerakan "Menyelamatkan Tanah Air", yang diikuti oleh tiupan vuvuzela yang berisik, lambaian bendera Nikaragua, dan teriakan slogan anti Presiden Ortega.
Dikutip dari Channel News Asia pada Senin (17/9/2018), kisruh yang berlangsung selama berbulan-bulan di Nikaragua, menurut para kelompok pemerhati HAM, telah menyebabkan lebih dari 300 orang tewas.
Advertisement
Baca Juga
Aksi unjuk rasa yang digerakkan oleh kelompok-kelompok oposisi itu dimulai di timur laut ibukota, dan diawasi oleh ratusan polisi anti huru hara.
Beberapa pengunjuk rasa berteriak "pembunuh" ke arah polisi yang membentuk barikade keamanan di beberapa titik utama di dekat pusat kota Managua.
"Kami ingin Ortega pergi karena dia telah melakukan begitu banyak kerusakan pada Nikaragua," kata salah seorang demonstran, Javier Franco (49).
"Dia harus pergi. Kami ingin pemilihan umum diajukan," kata Mario Jiminez, demonstran lain.
Meluasnya aksi protes di Nikaragua berawal dari protes-protes kecil sejak 18 April lalu, ketika tuntutan untuk mereformasi keamanan sosial dibubarkan secara paksa --dan dengan tindak kekerasan-- oleh pihak keamanan, yang didukung oleh paramiliter bersenjata.
Pembicaraan damai yang ditengahi oleh Gereja Katolik sempat dilakukan pada bulan Juni, namun Ortega tetap bergeming terhadap tuntutan oposisi.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Nikaragua Diramalkan Bernasib Sama dengan Suriah
Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Nikki Haley memperingatkan pada Rabu 5 September, bahwa situasi di Nikaragua berisiko memburuk dan menjadi seperti Venezuela atau bahkan Suriah.
"Hari demi hari, Nikaragua semakin terpuruk ke dalam jalur itu," kata Haley saat memimpin pertemuan Dewan Keamanan PBB ketika membahas situasi di negara Amerika Tengah itu pada 5 September kemarin, seperti dikutip dari Time.com.
"Ini merupakan jalur yang telah dilalui oleh Suriah, dan juga Venezuela."
Lebih dari 300 warga Nikaragua telah tewas dan ratusan cedera sejak protes damai berujung bentrok pecah pada pertengahan April 2018 akibat keputusan Presiden Daniel Ortega yang sudah lama berkuasa untuk memotong hingga menghentikan sistem jaminan sosial.
Ortega sendiri tak jadi memotong jaminan sosial itu, tetapi protes warga semakin membesar dan berubah menjadi tuntutan pengunduran diri sang presiden. Protes itu juga memperburuk kondisi sosial di Nikaragua.
Haley juga mengimbau agar Dewan Keamanan PBB tak hanya berperan sebagai pengamat yang pasif, sementara situasi di Nikaragua terus memburuk dan "kita tahu semua itu akan mengarah ke mana", ujarnya mengindikasikan Nikaragua akan berakhir krisis seperti di Venezuela atau di Suriah.
Advertisement