Liputan6.com, Seoul - Selama libur Musim Panas, seorang remaja bernama Elise (nama samaran) bertolak dari Chicago menuju Korea Selatan bersama ibunya. Di negara tersebut, mereka hendak menghabiskan waktu selama enam minggu.
Namun sayangnya, waktu santai Elise tak berjalan mulus seperti dugaannya. Dia pun tidak mendapat kesenangan seperti bayangannya.
Mengutip The Guardian, Rabu (26/9/2018), gadis berusia 17 tahun itu akhirnya terjebak ke dalam sekte sesat Grace Road Church, yang pimpinannya, Shin Ok-ju, ditangkap pada Agustus 2018. Wanita ini dituduh mengekakang kebebasan dan melakukan tindakan anarkis terhadap para pengikutnya saat sembahyang.
Advertisement
Baca Juga
Selama mengikuti prosesi ibadah bersama aliran tersebut, Elise dipaksa untuk menyimak ceramah Shin yang berlangsung selama lima jam, menolak pengobatan, serta menegaskan bahwa dia tidak akan pernah lagi melihat ayah dan adik perempuannya.
Semua berawal dari ajakan ibunda Elise -- yang telah merencanakan liburan tersebut pada 2013 -- setelah memergoki putrinya mengisap ganja di kamar.
Selama liburan, Elise --yang merupakan keturunan Korea Selatan dan lahir di AS-- menghabiskan waktu bersama kerabatnya di Negeri K-pop.
Setelah dua minggu, sang ibunda membawanya menginap di Grace Road Church di Gwacheon, tepat di sebelah selatan Seoul. Elise dan ibunya pun tinggal di gereja, tidur di atas tikar di lantai ruangan yang mereka bagi bersama 12 wanita --aula tempat Shin menyampaikan ceramahnya.
"Pada akhir Juni, ibu memutuskan untuk menghabiskan akhir pekan di sini. Dari yang katanya akhir pekan, berubah jadi enam minggu. Saya berpikir, ini bukan bagian dari rencana kami," ungkap Elise.
Orang-Orang Tidak Normal
Elise menyadari bahwa dia telah diculik dengan cara halus ketika terus menerus berada di gereja selama sekitar dua minggu. Sudah mencoba kabur dari ibunya berkali-kali, namun upayanya gagal.
Kepanikan pun melanda, lalu Elise berkata pada sang ibu bahwa dia ingin obat anti-kecemasan miliknya. Namun ternyata obat tersebut sudah dibuang karena dilarang oleh pihak gereja.
Selain itu, sang ibu juga menyita laptop dan iPod milik Elise --ini adalah satu-satunya media berkomunikasi antara Elise, saudara perempuan dan teman-temannya di Amerika Serikat.
"Saya mengalami hiperventilasi dan saya panik," kata Elise. "Saya sadar, orang-orang ini tidak normal."
Ketika Elise mencoba meninggalkan ruangan kecil itu saat Shin Ok-ju sedang berceramah, tiga anggota gereja menyeretnya ke mimbar khotbah. Karena diperlakukan tak sopan, dia pun berteriak pada tiga orang tersebut untuk tidak menyentuhnya lagi.
Mendengar jeritan Elise, Shin Ok-ju, memberitahu para jemaat, "Apakah kalian dengar itu? Dia telah dimasuki setan dan itu sebabnya dia berteriak. Apakah kalian ingin berubah seperti itu?"
Elise kemudian dipaksa duduk di barisan depan ketika kebaktian, tepat di hadapan pemimpin aliran sesat itu.
Elise berhasil lolos dari jeratan sekte sesat itu, kabur dari gereja ke toko swalayan terdekat. Ia kemudian menghubungi adik perempuannya di AS, yang kemudian menjemputnya di sebuah tempat bersama ayah dan pamannya.
Ia lalu menceritakan semuanya, termasuk paspor yang dirusak sang ibu agar tak bisa kembali ke Amerika.
Ditangkap
Shin Ok-ju ditangkap otoritas Bandara Internasional Incheon di Seoul, Korea Selatan, usai terbukti mencekik dan melakukan kekerasan terhadap 400 jemaat, dalam sebuah ritual kejam dan brutal yang dilakukan di Fiji.
Shin ditangkap bersama dengan tiga pemimpin lainnya, ketika mereka mendarat di Korea Selatan pada Rabu, 1 Agustus 2018. Sejak penangkapan itu, para jemaat mulai membuka diri untuk menceritakan kepada polisi bahwa paspor mereka disita ketika mereka tiba di Fiji. Mereka juga dipaksa bekerja tanpa upah.
Pihak berwenang di Seoul mengatakan bahwa Shin mulai mendorong pengikutnya untuk melakukan perjalanan ke Fiji sejak 2014, setelah dia mengumumkan ramalan tentang kelaparan di Semenanjung Korea.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Cerita Miris Lain
Sementara itu, ada cerita miris yang diutarakan oleh salah beberapa orang pengikut Grace Road Chruch.
Ketika berada di Fiji, seluruh jemaat dipaksa melakukan ritual pemukulan satu sama lain, yang dikatakan Shin dilakukan untuk menghindari hukuman dari Tuhan.
Bahkan seorang ayah dipaksa memukul putranya lebih dari 100 kali, dan seorang anggota jemaat lainnya dipukuli dengan sangat parah hingga mengalami kerusakan pada otak.
Menurut salah satu media Kristiani di Korea Selatan, setidaknya lima orang berhasil melarikan diri dan menghubungi pihak berwenang di negara asalnya.
Ini bukan kali pertama Shin terjerat masalah hukum. Sebelumnya, ia sempat digugat US$ 6 juta (setara Rp 86,9 miliar) pada 2014 di Brooklyn, New York, setelah seorang pria 27 tahun penderita gangguan mental berusaha disembuhkan dengan doa oleh Shin.
Pria itu diikat dengan selotip selama ritual penyembuhan, membuat kakinya terluka parah sehingga harus diamputasi.
Advertisement