Capres Brasil yang Ditikam Saat Kampanye Pimpin Perolehan Suara Pilpres 2018

Calon presiden Brasil, Jair Bolsonaro, dari sayap kanan, memimpin perolehan suara secara meyakinkan dalam pemilihan presiden 2018.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 08 Okt 2018, 18:08 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2018, 18:08 WIB
Jair Bolsonaro, politikus Brasil yang dinilai memiliki sikap rasis seperti Presiden Donald Trump (AFP)
Jair Bolsonaro, politikus Brasil yang dinilai memiliki sikap rasis seperti Presiden Donald Trump (AFP)

Liputan6.com, Brasilia - Calon Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, dari sayap kanan, memimpin perolehan suara secara meyakinkan dalam pemilihan presiden 2018, menurut perhitungan komisi pemilu setempat pada Minggu, 7 Oktober 2018. Namun, suara yang ia peroleh belum melampaui ambang batas untuk menang mutlak menjadi presiden terpilih, yakni 50 persen.

Dari hampir 99 persen suara yang sudah masuk, anggota parlemen Jair Bolsonaro memimpin dengan perolehan 47 persen, demikian seperti dikutip dari The Guardian (8/10/2018).

Pada posisi kedua dengan raihan 28 persen adalah Fernando Haddad, politikus sayap kiri dari PT Party dan mewakili mantan Presiden Luiz Inacio da Silva, yang dilarang berkampanye.

Di belakang Haddad adalah politikus partai Democratic Labor, Ciro Gomes, yang memperoleh 12,5 persen suara.

Baik Bolsonaro dan Haddad akan maju ke putaran kedua Pilpres Brasil, sementara Gomes harus tersingkir.

Bolsonaro, di luar dugaan, meninggalkan jauh lawan-lawannya, meskipun kandidat lainnya punya dana lebih banyak, dukungan partai, dan akses ke stasiun televisi.

Pada akhirnya, kemenangan Bolsonaro mencerminkan kerinduan dengan masa lalu. Kandidat dari Partai Sosial dan Liberal yang kecil, memanfaatkan Twitter dan Facebook, untuk menyebarluaskan pesannya, dan dia berjanji akan mengakhiri korupsi, kejahatan, dan kelesuan ekonomi, serta memulihkan Brasil seperti masa lalu dan nilai-nilai tradisionalnya.

Pendukung Bolsonaro berkumpul di luar rumahnya di tepi pantai di Rio de Janeiro barat pada Minggu malam untuk merayakan hasilnya dengan kembang api dan barbekyu. Banyak dari mereka yang hadir mengenakan kaus oblong bertuliskan gambar Bolsonaro dan slogan-slogan khas sang capres.

Tapi, beberapa pendukung Bolsonaro khawatir bahwa mereka hanya menang dengan jarak yang cukup dekat dengan kubu Fernando Haddad.

"Sial, hanya dapat 48 persen," kata Washington Silva, 66, pensiunan kolonel angkatan udara. "Putaran kedua akan lebih ganas," tambah Silva. "Lebih banyak agresi."

Monica de Bolle, direktur Studi Amerika Latin di Universitas Johns Hopkins memperkirakan, "Beberapa minggu ke depan hanya akan menjadi gila ... negara ini hanya akan lebih terpecah."

"Ini akan menjadi kampanye yang mengerikan di babak kedua. Mereka akan mengotori yang lain. Bolsonaro akan mengungkap semua kotoran di PT Party dan ada banyak tentang hal itu. Dan PT Party akan melakukan yang sebaliknya, di mana Bolsonaro juga memiliki banyak aib."

Putaran kedua Pilpres Brasil akan dilaksanakan pada 28 Oktober 2018.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut:

Jadi Korban Penikaman Saat Kampanye, Bolsonaro Berubah...

Kandidat presiden Brasil, Jail Bolsonaro, mengalami serangan penikaman saat tengah berkampanye (AFP/Raysa Leite)
Kandidat presiden Brasil, Jail Bolsonaro, mengalami serangan penikaman saat tengah berkampanye (AFP/Raysa Leite)

Dalam siaran televisi pada malam pemilihan, kandidat Partai Sosial Liberal berusia 63 tahun itu menggemakan jargon-jargon ala Donald Trump dengan mengajak 7 juta pengikut Facebook-nya: "Mari kita membuat Brasil hebat! Mari kita bangga akan tanah air kita sekali lagi!"

Bulan lalu, Bolsonaro menyerukan lawan-lawan politiknya yang berhaluan kiri dan progresif ditembak. Nahasnya, dua hari kemudian dia sendiri ditikam dalam percobaan pembunuhan di sebuah rapat umum.

Namun di hari-hari terakhir kampanye, politikus berhaluan kanan-ekstrem itu dipaksa untuk berkampanye dari tempat tidur rumah sakit, dan mengubah strategi kampanyenya. Ia mencoba menyusun kembali dirinya sebagai paragon toleransi yang akan memerintah untuk semua 208 juta warga Brasil terlepas dari warna kulit mereka atau kepercayaannya.

"Kami akan memerintah untuk semua orang ... bahkan atheis," ia bersikeras dalam satu siaran prapemilihan. "Mari bersama kita ubah Brasil." Dan, menurut analis, perubahan itu serta sejumlah program Bolsonaro yang menarik perhatian warga Brasil, memicu keunggulannya pada putaran pertama.

Brian Winter, pemimpin redaksi Americas Quarterly, mengatakan dukungan kolosal untuk Bolsonaro di banyak negara berarti dia adalah favorit besar untuk mengalahkan Haddad.

"Jalan bagi Haddad untuk menutup ketertinggalan hampir mustahil," katanya.

"Gagasan bahwa Bolsonaro dapat menyelamatkan negara dan membuatnya aman bagi orang-orang untuk berjalan di jalanan pada malam hari dan memberantas korupsi di Brasilia dan membuat lonjakan 13 juta penganggur. Itu adalah ide yang memikat sebagian besar orang Brasil.

Namun, sejarawan Heloísa Starling punya pendapat yang berlawanan. Ia mengatakan sangat terganggu oleh kecenderungan otoriter Bolsonaro dan rencananya untuk melonggarkan undang-undang kepemilikan senjata api.

"Jika dia benar-benar menindaklanjuti kebijakan yang memungkinkan penduduk untuk mempersenjatai diri, negara ini akan menjadi liar."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya