Ancaman Kekerasan Meningkat, Para Capres Brasil Imbau Rakyat Tetap Tenang

Para capres Brasil mengimbau rakyat tetap tenang terkait meningkatnya kekerasan yang bermotif politik.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 12 Okt 2018, 18:01 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 18:01 WIB
Jair Bolsonaro
Kaus dengan gambar Calon Presiden Brasil, Jair Bolsonaro dari sayap kanan dijajakan di sebuah toko pinggir jalan yang populer di pusat kota Sao Paulo, 8 Oktober 2018. September lalu, Bolsonaro dirawat setelah ditusuk ketika kampanye. (AFP/NELSON ALMEIDA)

Liputan6.com, Brasilia - Dua calon presiden (capres) yang akan bersaing di putaran akhir pemilu Brasil bulan ini, bersama-sama menyerukan rakyat untuk bersikap tenang, dan mengakhiri eskalasi kekerasan bermotif politik.

Banyak kasus kekerasan dilaporkan terjadi seminggu sebelum putaran pertama pemungutan suara pada 7 Oktober, dan sejak itu terus bereskalasi hingga menjadi sorotan nasional.

Adapun putaran kedua pemungutan suara, sebagaimana dikutip dari Fox News pada Jumat (12/10/2018), dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober nanti.

Persaingan antar kubu pendukung masing-masing capres telah memicu perpecahan, yang dinilai terburuk di Amerika Latin. Saling adu otot itu utamanya disebabkan oleh visi dan janji kampanye yang jauh berseberangan satu sama lain.

Di sayap kanan adalah pemimpin massa terbesar Jair Bolsonaro, seorang mantan panglima tentara yang mengakui kediktatoran pemerintah Brasil pada 1964-1985. Ia juga disukai karena berjanji akan menindak tegas geng narkoba dan penjahat lainnya.

Adapun di sisi kiri adalah Fernando Haddad, mantan walikota Sao Paulo dengan janji mengembalikan Negeri Samba ke pemerintah pro rakyat, yang pernah diterapkan oleh Partai Buruh antara 2003 dan 2016.

Sejauh ini, sebagian besar kekerasan yang terjadi di Brasil disebabkan oleh pendukung Bolsonaro. Namun, pengecualian terjadi pada 6 September lalu, ketika sang capres ditikam oleh seorang pria, yang mengatakan kepada polisi, bahwa Tuhan menyuruhnya untuk menyerang.

Bolsonaro sendiri keluar dari perawatan intensif di rumah sakit, lebih dari tiga minggu setelahnya, yakni pada 29 September.

Dalam twit yang diunggah pada Rabu malam, Bolsonaro mengatakan dia tidak ingin ada sumbangan suara dari mereka yang melakukan kekerasan atas nama politik.

Pernyataan itu muncul setelah kritik berhari-hari dari pendukung Partai Buruh, yang mengatakan bahwa Bolsonaro menutup mata terhadap serangan dari pengikutnya.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Berbagai Pihak Harus Menghadapi Bersama

Ilustrasi bendera Brasil (AFP)
Ilustrasi bendera Brasil (AFP)

Di lain pihak, capres Fernando Haddad juga menyerukan diakhirinya kebrutalan, mengatakan berbagai pihak harus menghadapi masalah bersama.

"Peningkatan kekerasan ini harus dihentikan," twit Hadad pada Rabu malam.

Publica, organisasi nirlaba untuk jurnalisme investigatif, menemukan 50 insiden serangan oleh pendukung Bolsonaro sejak awal Oktober hingga Rabu.

Serangan itu, diverifikasi oleh laporan polisi, terjadi di seluruh Brasil, di mana termasuk pemukulan, penikaman, dan ancaman pembunuhan.

Salah satu kasus yang paling ekstrem adalah di kota Salvador di timur laut, di mana seorang pelatih capoeira, dan pendukung Partai Pekerja berhaluan kiri, ditikam hingga tewas saat berdebat dengan seorang pendukung Bolsonaro.

Polisi mengatakan bahwa pelaku penikaman telah ditangkap, dan juga memverfiikasi bahwa hal itu bermuatan politik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya