Tak Diakui Donald Trump, Presiden Venezuela Maduro Didukung Erdogan

Lawan-lawan Maduro menuduhnya merongrong demokrasi dan di bawah pemerintahannya, inflasi meroket naik, ekonomi ambruk dan kelangkaan kebutuhan pokok meluas.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 27 Jan 2019, 07:31 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2019, 07:31 WIB
Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP
Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberitahu mitranya dari Venezuela, Presiden Nicolas Maduro yang terpojok, untuk "tetap tegar" dalam menghadapi seruan dari dalam dan luar negeri agar ia mengundurkan diri, di tengah-tengah krisis politik di negara itu.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Minggu (26/1/2019) lawan-lawan Maduro menuduhnya merongrong demokrasi dan di bawah pemerintahannya, inflasi meroket naik, ekonomi ambruk dan kelangkaan kebutuhan pokok meluas.

Erdogan, pada Kamis (24/1) menyatakan ia terkejut atas keputusan Presiden Amerika Donald Trump untuk mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara.

Menanggapi pengumuman tersebut, Maduro menyatakan ia mengakhiri diplomatik dengan Amerika Serikat dan memerintahkan para diplomat Amerika agar meninggalkan Venezuela dalam waktu 72 jam.

Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengatakan bahwa Maduro tidak lagi memiliki kewenangan untuk mengeluarkan perintah itu.

Erdogan bersikukuh bahwa Maduro akan lolos dari cobaan "apabila ia terus bertahan dengan kuat di jalur yang diyakininya."

"Maduro, saudaraku, tegarlah. Turki mendukungmu," kata Erdogan kepada Maduro melalui telepon, sebut juru bicara presiden Turki Ibrahim Kalin dalam cuitan hari Kamis.

"Saya berterima kasih kepada Rusia, China, Turki dan pemerintah negara-negara serta orang-orang lainnya di dunia atas dukungan kuat mereka bagi pemerintah Venezuela yang sah," kata Maduro dalam cuitannya. "Venezuela tidak sendirian!" tambahnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pembicaraan untuk Redakan Situasi di Venezuela

Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)
Juan Guaido, pemimpin oposisi yang mengklaim sebagai presiden sementara Venezuela (AP/Fernando Llano)

Komisaris Tinggi HAM PBB Michelle Bachelet telah menyerukan diselenggarakan pembicaraan untuk meredakan situasi di Venezuela, seraya menyatakan situasi di sana dapat berkembang cepat di luar kendali dengan konsekuensi yang mengerikan.

Bachelet juga meminta investigasi independen terhadap berbagai laporan yang menyebutkan bahwa pasukan keamanan Venezuela telah menewaskan 20 orang dan menahan lebih dari 350 orang dalam berbagai protes pekan ini.

Presiden Amerika Donald Trump dengan terang-terangan memperingatkan Presiden Venezuela Nicholas Maduro, pada Kamis, 24 Januari 2019. Bahwa "semua opsi tersedia" apabila tidak ada transisi damai menuju demokrasi di negara di Amerika Selatan itu.

Presiden Venezuela yang disengketakan itu mengatakan, ia mengakhiri hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat sebagai tanggapan atas pengumuman Trump yang secara resmi mengakui ketua parlemen nasional Juan Guaido sebagai pemimpin sementara Venezuela.

Guaido menyatakan diri sebagai presiden sementara dalam suatu demonstrasi besar-besaran.

Maduro memerintahkan para diplomat Amerika untuk meninggalkan Venezuela dalam 72 jam. Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengatakan Maduro tidak lagi memiliki kewenangan untuk mengeluarkan perintah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya