Liputan6.com, Jakarta - Di Indonesia, ada wilayah perairan yang disebut Coral Triangle atau Segitiga Terumbu Karang. Selain di Tanah Air, garis imajiner tersebut juga melintasi kawasan Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon dan Timor Leste.
Coral Triangle juga dikenal sebagai "the Amazon of the ocean" atau Lautan Amazon yang menjadi ekosistem bawah laut terluas di Asia Tenggara. Di dalamnya terdapat banyak keanekaragaman hayati laut, termasuk 30 persen terumbu karang yang membentang 2,3 juta mil persegi (6 juta kilometer persegi), hingga paus bungkuk (Megaptera novaeangliae).
"Jika Anda pergi ke suatu tempat yang dilintasi Coral Triangle, seperti Verde Island Passage atau Bali, maka Anda bisa menemukan begitu banyak keanekaragaman habitat mikro," kata Luiz Rocha, seorang ilmuwan terumbu karang di California Academy of Sciences.
Advertisement
"Anda dapat pergi sejauh 90 meter dari satu terumbu ke terumbu yang lain, dan Anda akan mengetahui bahwa komposisi tiap terumbu sangat berbeda," lanjutnya, seperti dikutip dari Live Science, Selasa (12/2/2019).
Wilayah perairan yang dilalui Coral Triangle adalah rumah bagi lebih dari 500 spesies karang pembentuk terumbu, yang telah beradaptasi dengan berbagai habitat.
Baca Juga
Beberapa karang, seperti Rocha dan yang dipelajari oleh para ilmuwan dari California Academy of Sciences, menyesuaikan diri agar mampu hidup di kedalaman yang lebih besar dan di perairan yang lebih dingin.
Karang-karang lain di wilayah ini juga beradaptasi dengan air berlumpur dan kaya akan sedimen. Berbeda di antaranya menyesuaikan diri dengan kondisi air yang sebening kristal --yang disukai kebanyakan karang-- menurut London Natural History Museum.
Hampir sepertiga dari spesies ikan yang hidup di terumbu karang dunia dan enam dari tujuh spesies penyu di dunia, betah berada di kawasan Coral Triangle, menurut World Wildlife Fund (WWF). Makhluk laut lainnya, seperti duyung, damselfish, ikan pari manta dan invertebrata, menghuni bagian-bagian dalam dari Coral Triangle.
Namun di satu sisi, ada banyak teori yang menyatakan tentang "mengapa terumbu karang yang berada di wilayah Coral Triangle begitu menakjubkan."
Berikut adalah beberapa pendapat dari sejumlah ahli yang diharapkan dapat menjelaskan kelimpahan biota laut di Coral Triangle:
1. Center of origin hypothesis: Dari pulau vulkanik dengan pantai berbatu, hingga pantai pasir putih sampai hutan bakau, Coral Traingle terdiri dari berbagai habitat laut. Para ilmuwan menduga bahwa faktor bentang alam dari masing-masing negara berkontribusi pada keanekaragaman spesies di wilayah tersebut, sebab spesies-spesies tersebut --mau tak mau-- harus bisa beradaptasi dengan sistem terumbu karang yang kompleks secara geografis.
2. Center of accumulation hypothesis: Arus yang mengalir membawa genangan air dalam jumlah besar ke Coral Triangle. Analisis ini menunjukkan bahwa banyak spesies yang berasal dari kepulauan terisolasi di lautan India dan Pasifik, seperti Hawaii atau Maladewa, disapu oleh arus ke Coral Triangle. Setelah berada di Coral Triangle, spesies ini akan bercampur dan berbaur dengan spesies yang sebelumnya sudah tinggal di wilayah tersebut, dan akhirnya membentuk spesies baru.
3. Center of overlap hypothesis: Coral Triangle terletak di antara Samudra Hindia dan Pasifik. Spesies laut dari kedua lautan lepas ini menjajah bagian-bagian dari sistem terumbu, di mana cekungan laut saling tumpang tindih, sehingga menambah jumlah spesies yang ditemukan di wilayah tersebut.
"Ada bagian perairan di Indonesia yang memiliki fauna seperti di Samudra Hindia, Samudra Pasifik, dan yang memiliki keduanya," kata Paul Barber, seorang ilmuwan kelautan di University of California, Los Angeles.
"Ini adalah peristiwa tumpang tindih dari dua fauna yang menciptakan ekosistem yang begitu beragam."
4. Center of survival hypothesis: Jika suatu spesies mendiami area yang luas, kemungkinan besar organisme itu tidak akan punah bila terjadi sesuatu pada satu bagian terumbu karang tempat spesies itu hidup.
"Karena Coral Triangle adalah wilayah terumbu karang terbesar di dunia, maka ini akan memiliki tingkat kepunahan terendah di dunia," kata Barber.
Berbeda dengan Great Barrier Reef atau Caribbean Reef, yang lebih terbuka dan telah berubah secara signifikan dari waktu ke waktu, Coral Triangle adalah "daerah yang sangat stabil, bahkan melampaui waktu geologis," kata Rocha.
Penelitian yang diterbitkan pada Oktober 2018 dalam jurnal Proceedings of Royal Society B menyatakan bahwa kondisi tersebut --selama 30 juta tahun terakhir-- mungkin telah memunculkan keanekaragaman hayati.
Â
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Manfaat Terumbu Karang
Indonesia adalah negara terpadat keempat di dunia, menurut Bank Dunia. Secara total, lebih dari 360 juta orang tinggal di sekitar Coral Triangle, 100 juta di antaranya bergantung pada terumbu karang untuk mata pencaharian mereka, menurut laporan 2014 oleh Coral Triangle Initiative.
"Sepertiga populasi mengandalkan makanan laut sebagai sumber protein utama mereka, ikan kerapu, tuna dan spesies ikan pemangsa lainnya," menurut Barber.
Terumbu karang yang sehat juga memberikan manfaat lain bagi pulau-pulau yang ditempatinya, sebab terumbu karang bertindak sebagai penghalang alami yang melunakkan angin topan, gelombang laut yang dihasilkan karena badai, dan bahkan tsunami.
Sebuah studi yang dilakukan pada Juni 2018 dalam jurnal Nature Communications mengungkapkan, kerusakan di kawasan pesisir yang tidak dilalui Coral Triangle akan mengalami kerusakan hampir dua kali lipat dari pada kawasan yang dilewati Coral Triangle.
Selain itu, tanpa terumbu ini, negara-negara seperti Malaysia, Indonesia dan Filipina mungkin bisa menggelontorkan anggaran negara --yang terkait dengan peristiwa banjir-- sebanyak tiga kali lipat dari biasanya. Jika kawasan Coral Triangle dilindungi, maka terumbu karang yang mengelilingi negara-negara tersebut dapat menghemat, rata-rata, lebih dari US$ 400 juta setiap tahun.
Sealin itu, terumbu karang yang berwarna-warni juga mampu memikat wisatawan dari seluruh dunia dan memberikan kontribusi di sektor ekonomi melalui daerah-daerah eksotis, seperti Bali di Indonesia dan Pulau Sipadan di Malaysia, yang terkenal dengan atraksi scuba yang alami.
Advertisement