Kekerasan Maut Menodai Pemilu di Nigeria, 39 Orang Tewas

Sebanyak total 39 orang tewas dalam kekerasan maut yang terjadi saat pelaksanaan pemilu di Nigeria.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 25 Feb 2019, 17:04 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2019, 17:04 WIB
Seorang petugas TPU Nigeria memantau kotak suara (AP/Sunday Alamba)
Seorang petugas TPU Nigeria memantau kotak suara (AP/Sunday Alamba)

Liputan6.com, Abuja - Memasuki hari kedua gelaran pemilihan umum (pemilu) di Nigeria pada Minggu 24 Februari 2019 waktu setempat, kekerasan semakin tidak terkendali. Diikuti oleh meningkatnya korban tewas di negara demokrasi terbesar di Afrika itu.

Dikutip dari Time.com pada Senin (25/2/2019), Komisi pemilihan umum (KPU) setempat mengatakan pemungutan suara pada umumnya berlangsung damai, tetapi mereka berduka atas tewasnya salah satu petugas oleh peluru nyasar di negara bagian Rivers, di wilayah selatan Nigeria yang bergolak.

Di saat bersamaan, setidaknya 39 orang tewas dalam serangan ekstremis dan lainnya, kata unit analisis SBM Intelligence, mengutip informan dan laporan media lokal.

Lebih dari 72 juta orang telah memenuhi syarat untuk memilih di negara terpadat dan ekonomi terbesar di Afrika itu.

Pemilu digelar meleset satu minggu dari jadwal, setelah KPU setempat menunda pesta demokrasi pada menit terakhir, di mana alasannya adalah terkait dengan tantangan logistik.

Presiden Muhammadu Buhari, mantan penguasa militer yang menggulingkan petahana dalam pemilu 2015, mencari masa jabatan kedua terhadap lebih dari 70 kandidat.

Saingan utamanya adalah Atiku Abubakar, mantan wakil presiden yang telah membuat klaim besar untuk menghidupkan kembali ekonomi Nigeria, yang masih tertatih-tatih akibat perang saudara dan krisis berkepanjangan.

Risiko Premanisme

Pemungutan suara berlanjut di beberapa negara bagian, yakni Abia, Bayelsa, Benue, Plateau, Zamfara dan Sokoto, setelah proses diperpanjang karena berbagai masalah.

"Rakyat Nigeria telah menunjukkan ketangguhan yang luar biasa dan keyakinan yang tetap pada proses pemilihan," kata ketua komisi pemilihan Mahmood Yakubu.

Hasil resmi kemungkinan mulai diumumkan pada hari Senin. Sementara itu, pengamat memperingatkan risiko premanisme ketika pejabat lokal berlomba untuk mengumpulkan suara di seluruh wilayah Nigeria.

Yakubu mengatakan beberapa pekerja pemilu menghadapi "intimidasi, penculikan, penyanderaan dan kekerasan."

Dalam satu kasus, ia membuat panggilan telepon mendesak untuk memastikan pembebasan pekerja dan polisi disandera di negara bagian Rivers. Semua tidak terluka, katanya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Tergelincir di Masa Pemerintahan Buhari

Bendera Nigeria (AFP Photo / Sodiq Adelakuin)
Bendera Nigeria (AFP Photo / Sodiq Adelakuin)

Polisi Nigeria mengatakan 128 orang telah ditangkap dalam dugaan pelanggaran terkait pelaksanaan pemilu, termasuk pengambilan kotak suara, perdagangan suara dan peniruan identitas.

Polisi menyebut pemilu pada umumnya berhasil, meskipun itu menyatakan keprihatinan tentang merebaknya ujaran kebencian oleh beberapa politikus dan pendukung.

Nigeria tergelincir ke dalam resesi di bawah pemerintahan Buhari ketika harga minyak global jatuh, dengan pengangguran tumbuh secara signifikan hingga 23 persen dan inflasi sekarang di atas 11 persen.

Salah satu kelompok pengamat domestik terbesar, Watching the Vote, mengatakan Nigeria telah melewatkan kesempatan untuk mengulang pemilu 2015, yang dipandang sebagai salah satu pesta demokrasi paling transparan dalam sejarah negara itu.

Sementara itu, masalah logistik menyebabkan 59 persen TPS yang dipantau terlambat dibuka.

"Tetapi, penundaan dan kesalahan di beberapa TPS tidak selalu merusak kredibilitas pemilu," kata juru bicara Hussaini Abdu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya