Liputan6.com, Jakarta - Versi live action dari Dumbo, salah satu dongeng klasik Disney tentang gajah yang bisa terbang dengan telinga lebarnya, kini tengah tayang di bioskop Indonesia.
Film gubahan sutradara Tim Burton itu mengisahkan tentang Dumbo, seekor gajah kecil yang terlahir dengan telinga sangat lebar.
Di masa-masa awal kehadirannya di dunia, ia terpaksa harus berpisah dengan sang induk yang dijual kembali oleh pemilik sirkus Medici Brothers, Max Medici (Danny Devito), karena sikap protektifnya yang memicu kekacauan internal.
Advertisement
Baca Juga
Kehilangan ibunya, Dumbo kemudian diurus oleh seorang veteran perang, Holt (Colin Farrel), bersama dengan kedua anaknya, Milly dan Joe. Tanpa disangka, hal itu menguak sebuah bakat ajaib sang gajah kecil, yakni bisa terbang menggunakan telinganya yang lebar.
Seperti kisah Disney pada umumnya yang berakhir bahagia, Dumbo yang melewati berbagai kesulitan pun diceritakan dengan alur demikian. Namun, bukan itu yang menjadi perhatian warganet dalam beberapa waktu terakhir, melainkan tentang pertanyaan: Apakah benar gajah dapat terbang?
Sebuah artikel, sebagaimana dikutip dari situs Sciencemadesimple.co.uk pada Senin (1/4/2019), mencoba mengulik satu per satu jawaban ilmiah tentang kemungkinan adanya gajah terbang. Berikut rangkuman penjelasannya.
Simak video pilihan berikut:
1. Pentingnya Aerodinamika Gajah
Pertama-tama kita harus menetapkan jenis gajah yang paling aerodinamis. Meskipun tidak pernah disebut selama film, kemungkinan Dumbo adalah gajah Asia.
Dugaan ini, utamanya, karena gajah tersebut lebih disukai oleh pengelola sirkus, yang menilainya mudah untuk dilatih.
Namun, gajah Asia memiliki telinga yang jauh lebih kecil daripada gajah Afrika, dan dalam film Dumbo, hal tersebut adalah elemen penting yang memungkinkannya terbang.
Faktanya, tidak ada gajah yang memiliki telinga cukup besar untuk terbang, meski bentuk tubuhnya berbeda-beda.
Titik tertinggi pada tubuh gajah Asia adalah bagian atas kepala, tetapi gajah Afrika lebih ramping karena titik tertingginya terletak di punggung.
Seekor gajah dewasa Afrika dapat memiliki berat badan hingga 13.000 pon (setara 5 ton), sedangkan seekor gajah Asia jantan dapat mencapai berat 11.000 pon, atau sekitar 4,8 ton.
Jika melihat hukum aerodinamika, maka gajah Asia akan jatuh lebih lambat dibandingkan gajah Afrika. Di sini lah, Dumbo digambarkan sebagai hewan berbelalai dari wilayah Asia.
Advertisement
2. Cara Mendarat ke Tanah
Untuk mencapai posisi mendarat sempurna, Dumbo digambarkan harus terbang dengan kecepatan tinggi.
Namun, secara fakta, hal itu terlihat mustahil. Pasalnya, gajah Asia hanya mampu berlari kencang dengan kecepatan 15 mil per jam, atau setara 24 km/jam.
Fakta lain yang memupuskan bayangan tentang gajah terbang adalah karena hewan ini cenderung sebagai pengembara, dibandingkan pelari seperti cheetah.
Lebih dari itu, gajah juga tidak bisa melompat, dan hal itu dijelaskan dalam sosok Dumbo yang baru bisa terbang sempurna ketika berada pada bangunan tinggi tiruan di sirkus, dan tidak bisa mendarat selain dengan terjatuh.
Situs web Science Made Simple memiliki sebuah penghitungan unik. Dumbo adalah sekitar 10 kaki (setara 3,04 meter) dan akord, atau lebar, kira-kira 2 kaki (setara 0,6 meter). Cara menghitung area kepakan sayap adalah sebagai berikut:
10 x 2 = 20 kaki persegi, atau 1,85 meter persegi.
Seekor bayi gajah Asia memiliki berat sekitar 200 pon (sekitar 90,7 kg) ketika lahir, dan dapat menambah 2 atau 3 pon (setara 0,9 hingga 1,8 kg) per hari sampai berusia satu tahun.
Jika dikaitkan dengan film, maka kemungkinannya adalah Dumbo terbang pada usia kurang dari enam bulan, dengan berat badan sekitar 500 pon, atau sekitar 226 kilogram.
Untuk mengetahui beban sayapnya, Anda harus membagi beratnya dengan lebar sayap:
500 ÷ 20 = 25 pon per kaki persegi (sekitar 37 kg per meter).
Beban sayap ini hanya sedikit lebih kecil dari Douglas DC-3, sebuah pesawat dengan sayap berbaling tetap sebagai penggerak, yang harus melaju 200 mil per jam (sekitar 321 km/jam) untuk bisa terbang.
3. Kalkulasi untuk Membuat Gajah Terbang
Agar Dumbo dapat terbang sesuai dengan dimensinya, ia harus mempertahankan kecepatan tidak kurang dari 200 mil per jam di udara.
Dalam film, Dumbo cenderung meluncur daripada melambung sehingga untuk mencapai beban sayap harus mirip dengan paralayang (hang glider), yang memiliki beban sayap 1,3 pon per kaki persegi, atau setara 1,9 kg per meter.
Itu berarti, telinga Dumbo harus memiliki rentang sayap 156 kaki, atau setara Rp 47,5 meter.
Namun, idealnya untuk keseimbangan yang lebih baik saat terbang, telinga lebar seharusnya terletak di punggung, demi distribusi berat yang lebih baik.
Ingat, Dumbo adalah gajah yang sedang dalam masa tumbuh kembang. Jika dia tumbuh menjadi gajah dewasa, maka seberapa besar telinganya agar dia bisa terbang?
Seekor gajah jantan dewasa Asia memiliki berat sekitar 11.000 pon (setara 4,9 ton) dan tingginya 10 kaki, atau sekitar 3 meter.
Dengan asumsi bentang sayap selebar 1/3 tinggi gajah, atau sekitar 3,5 kaki (setara 1,06 meter), maka untuk bisa meluncur seperti paralayang, maka Dumbo harus terbang setinggi 1.964 kaki, atau sekitar 598 meter.
Advertisement