Otoritas Sri Lanka Menahan Hampir 100 Orang Terkait Serangan Bom di Kolombo

Sekitar 3.000 personel militer dikerahkan di dan sekitar ibukota serta kota-kota penting lainnya untuk penjagaan dan pencarian pelaku teror di Sri Lanka.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 27 Mei 2019, 07:07 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2019, 07:07 WIB
Militer Sri Lanka melakukan penyelidikan terhadap lokasi teror bom di Kolombo, Sri Lanka (AFP/Ishara S Kodikara)
Militer Sri Lanka melakukan penyelidikan terhadap lokasi teror bom di Kolombo, Sri Lanka (AFP/Ishara S Kodikara)

Liputan6.com, Kolombo - Militer Sri Lanka telah menahan hampir 100 tersangka selama empat hari dalam operasi pencarian sisa-sisa kelompok ekstremis yang disalahkan atas serangan yang menewaskan 258 orang beberapa waktu lalu.

Sekitar 3.000 personel militer dikerahkan di dan sekitar ibukota serta kota-kota penting lainnya untuk penjagaan dan pencarian yang dimulai pada hari Kamis lalu, kata seorang pejabat militer Sri Lanka.

Dalam tiga hari pertama, pasukan keamanan menahan 87 tersangka dan mereka diserahkan ke polisi untuk penyelidikan lebih lanjut, tambahnya.

"Jumlah orang yang ditahan mungkin sekitar 100 sekarang," kata seorang pejabat keamanan.

Petugas menahan banyak tersangka setelah menemukan barang bukti yang berkaitan dengan tindak terorisme.

Beberapa orang juga ditahan bersamaan dengan penemuan video dan materi propaganda dari kelompok ekstrimis lokal, Jamaah Thowheeth Nasional (NTJ).

Kelompok ekstrimis itu juga telah mengklaim perannya dalam serangan tersebut.

Tak hanya pedesaan, beberapa bagian wilayah di ibukota Sri Lanka juga menjadi sasaran dalam operasi pencarian.

Penggerebekan serupa dilakukan di Provinsi Barat Laut, utara Kolombo, tempat kerusuhan anti-Muslim bulan ini yang menewaskan seorang pria dan menyebabkan ratusan toko, rumah, dan masjid milik Muslim dihancurkan.

 

Atas Perintah Presiden Sri Lanka

Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena (AP/Erangga Jayawerdana)
Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena (AP/Erangga Jayawerdana)

Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena pada Rabu minggu lalu telah memperpanjang masa keadaan darurat selama 30 hari yang diberlakukan setelah pemboman bunuh diri.

Sirisena mengatakan langkah itu untuk menjaga "keamanan publik", lantaran negara itu masih berada di ujung tanduk setelah serangan Paskah.

Umat ​​Kristen berjumlah 7,6 persen dan muslim 10 persen dari mayoritas penduduk Sri Lanka yang mayoritas beragama Buddha.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya