Diterjang Banjir dan Puting Beliung, Kawasan Midwestern AS Luluh Lantak

Kawasan Midwestern AS hancur berantakan karena diterjang oleh puting beliung dan banjir.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2019, 09:03 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2019, 09:03 WIB
Banjir di Midwestern AS
Shaun Vaine, kiri, dan Michele Thrash, kanan, berdiri di rumahnya yang hancur di komplek apartemen Ruver’s Edge, 28 Mei 2019 di Dayton, Ohio, sehari setelah puting beliung melanda kota tersebut (foto: AP Photo/John Minchillo)

Liputan6.com, Chicago - Puting beliung dan banjir telah melada kawasan negara-negara bagian Midwest dan Great Plains, Amerika Serikat, yang berlangsung dalam kurun waktu beberapa minggu terakhir.

Banjir yang menghantam kawasan tersebut memecahkan beberapa rekor cuaca terburuk dalam sejarah, sedangkan angin puting beliung telah merenggut 38 nyawa orang sejauh ini pada tahun 2019.

Apakah perubahan iklim penyebabnya?

Kalangan ilmuwan telah mempelajari kemungkinan kaitan antara perubahan cuaca dan seringnya kemunculan puting beliung serta banjir.

Profesor dari Villanova University, Stephen Strader, menuturkan masih belum jelas seberapa besar pengaruh meningkatnya suhu atmosfer dan beberapa perubahan lainnya terhadap timbulnya keseluruhan topan yang mematikan ini.

Dalam wawancara dengan VOA, yang dikutip oleh Liputan6.com pada Selasa (4/6/2019), peneliti cuaca ekstrem menuturkan, "Kami belum mencapai sudut pandang ilmiah."

Ia menambahkan, tampaknya mungkin warga di sana akan menyaksikan lebih banyak lagi berbagai macam bentuk fenomena cuaca ekstrem di masa depan.

Banjir

Banjir
Ilustrasi Foto Banjir (iStockphoto)​

Ahli meterologi dari National Weather Service (NWS), Andy Foster, di Kansas City, Missouri, menuturkan telah ada "rekor banjir besar" di seluruh penjuru sebagian besar Amerika Serikat.

Ia mengatakan kepada VOA, salju tebal yang menutupi beberapa kawasan sudah mulai mencair, ditambah dengan jumlah besar curah hujan dari "berbagai sistem topan" yang membuat tanah jenuh dan menyebabkan meluapnya sungai.

Foster mengemukakan, ketika masih banyak topan yang membawa curah hujan dengan jumlah yang sama, maka tidak ada tempat untuk air mengalir dan muncul banjir bandang di beberapa negara bagian, merendam jalan, kota, dan ladang pertanian.

Puting Beliung

belalai langit
Puting beliung tampak seperti belalai hitam dari langit Batam dan menyerupai tiang awan. (foto: Liputan6.com / ajang nurdin)

Berbagai data dari otoritas AS menunjukkan puting beliung yang merusak dan mematikan biasa terjadi dalam musim semi, khususnya di kawasan yang disebut "Lorong Puting Beliung" yang mencakup beberapa negara bagian Midwest.

Bagian tengah AS adalah di mana udara dingin dari Rocky Mountains berbenturan dengan udara hangat, lembab yang mengalir dari Teluk Meksiko -- kondisi sempurna untuk membentuk puting beliung.

Perpaduan ini adalah bagian dari perpaduan yang kompleks untuk topan kecil namun bertenaga, yang sanggup mencabik-cabik atap bangunan, melemparkan truk-truk besar di seluruh ladang pertanian, mencabut akar pohon, dan memporak-porandakan gedung bertingkat.

Ilmuwan peneliti Harold Brooks, mengatakan gugusan puting beliung terjadi setiap lima atau 10 tahun, namun paruh kedua bulan Mei akan menjadi salah satu dari periode dua minggu tersibuk dalam catatan.

Dalam sebuah wawancara via telepon dari Laboratorium Cuaca Ekstrem Nasional di Norman, Oklahoma, Brooks mengatakan tren terjelas dalam data itu adalah bukan lebih banyaknya atau lebih kuatnya puting beliung, namun lebih banyaknya hari-hari di mana topan terjadi.

Profesor dari Villanova, Strader, mengatkaan para periset saat ini sedang menghadapi masa sulit untuk memprediksi puting beliung, bahkan beberapa jam sebelum terjadinya fenomena alam tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya