'Menculik' Es di Antartika sebagai Solusi Kelangkaan Air, Efektifkah?

Konsep 'menculik' atau 'membajak' gunung es bukan barang baru. Mampukah itu mengatasi bencana kekeringan dan kelangkaan air seperti di Afrika Selatan?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 11 Jun 2019, 20:40 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2019, 20:40 WIB
Pegunungan Es Antartika
Pandangan udara kondisi pegunungan es di Semenanjung Antartika (3/11). Berbagai riset mengatakan fenomena ini disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi dari gas rumah kaca. (Mario Tama/Getty Images/AFP)

Liputan6.com, Cape Town - Cape Town di Afrika Selatan sangat membutuhkan air segar, dan kapal salvage yang ambisius memiliki solusi tak biasa: 'menculik' gunung es di Antartika, menggunakan kapal tanker dan kapal tunda untuk menyeretnya ke Cape Town, dan menggunakan air dari lelehan es untuk menghidrasi kota yang dilanda bencana kekeringan.

Seberapa memungkinkan-kah rencana semacam itu?

Di satu sisi, sebuah gunung es di Antartika bermassa 125 juta ton dapat memasok 20% dari kebutuhan air tahunan Cape Town. Di sisi lain, memindahkan gunung es raksasa seperti itu bisa mahal dan berbahaya, terutama jika bongkah itu secara tak terduga terbalik, retak atau runtuh dalam perjalanan, kata para ahli geologi kepada Live Science.

"Masalahnya akan seberapa besar? Serta fakta bahwa itu akan mulai mencair saat mereka pergi," kata Ted Scambos, seorang ilmuwan peneliti senior di Pusat Ilmu Pengetahuan dan Pengamatan Bumi di University of Colorado Boulder, seperti dikutip dari Live Science, Selasa (11/6/2019).

"Mudah bagi gunung es untuk pecah begitu mulai menjadi hangat dan itu sulit dikendalikan."

Tapi, solusi membajak gunung es di Antartika tak serta-merta mustahil begitu saja.

Simak video pilihan berikut:

'Menculik' Gunung Es

Pegunungan Es Antartika
Puncak gunung dikelilingi laut es mengapung di lepas pantai Antartika (31/10). (Mario Tama/Getty Images/AFP)

Konsep 'menculik' atau 'membajak' gunung es bukan barang baru, dengan yang terkini tengah dirancang oleh Nicholas Sloane, seorang salvager dari Afrika Selatan yang memiliki pengalaman melawan bajak laut bersenjata, menyelamatkan ribuan penguin rockhopper yang terendam dalam bahan bakar dari kapal karam dan membantu melapisi Costa Concordia, kapal pesiar Italia yang terbalik di Tuscany dan menewaskan 32 penumpang, menurut profil tentangnya di Bloomberg Businessweek.

Proyek terbaru Sloane terinspirasi oleh kekeringan bertahun-tahun yang melanda Cape Town, kota berpenduduk 4 juta orang.

Rumah tangga Cape Town saat ini memiliki ketersediaan air yang terbatas, hinggga sekitar 70 liter per hari, menurut Bloomberg. Untuk menempatkannya dalam konteks, rata-rata orang Amerika menggunakan antara 300 hingga 380 liter air setiap hari, menurut Survei Geologi AS (USGS).

Untuk meringankan kekurangan air, Sloane telah mengusulkan penculikan sebuah gunung es besar dengan volume 1.000 x 500 x 250 meter, katannya kepada Bloomberg.

Dia sudah mengumpulkan tim ahli glasiologi, ahli kelautan, insinyur dan pemodal untuk upaya ini, yang disebut the Southern Ice Project, sebuah proyek bernilai US$ 200 juta.

Jika pemerintah Cape Town mampu memenuhi anggaran itu --yang tampaknya tidak akan, karena biaya desalinasi air laut masih jauh lebih murah-- kru akan menggunakan data satelit untuk menemukan gunung es ukuran terbaik untuk Pulau Gough, yang terletak sekitar 2.570 kilometer jauhnya dari Cape Town, Bloomberg melaporkan.

'Menyeret' Es dari Antartika ke Afrika

Gletser di Antartika
Citra satelit menunjukkan gletser di Pulau Pine, Antartika pada 17 September 2018 dan 1 Oktober 2018. (Kredit: Citra Landsat OLI diproses oleh Stef Lhermitte / Delft University of Technology)

Pemindaian sonar dan radar akan mengungkapkan struktur es yang tepat. Jika gunung es yang tepat melintas, dua tugboat akan menjebaknya dengan jaring US$ 25 juta dari tali yang terbuat dari Dyneema, supermaterial yang ringan dan cocok untuk suhu rendah, gesekan, dan ketegangan.

Jika berhasil terjaring --yang mana tidak mudah, karena terjangan angin 128 km/jam ditambah ombak-- gunung es itu akan diseret oleh dua supertanker yang masing-masing ditarik oleh sebuah kapal tunda.

Mereka akan berlayar mengikuti arus laut demi menghemat bahan bakar. Pertama, dengan menggunakan Arus Circumpolar Antartika ke arah timur dan kemudian melompat ke Arus Benguela, yang akan mengirimkannya ke Afrika Selatan.

Seluruh perjalanan mungkin akan memakan waktu 90 hari, kata Sloane kepada Bloomberg. Mengingat tingkat pencairan yang diketahui, gunung es akan setidaknya 8 persen lebih kecil pada saat mencapai tujuannya, katanya.

Kemudian, gunung es akan duduk di lepas pantai Benguela Current yang dingin, di mana ia akan ditambatkan dan dibungkus dengan tirai geotekstil yang besar untuk melindungi es dari unsur-unsur polutan. Mesin kemudian akan melumat bongkah-bongkah menjadi bubur es yang bisa dikirim ke pantai pada kapal kontainer dan dimasukkan ke dalam tangki air kota.

Efektifkah?

Gletser Thwaites
Gletser Thwaites di Antartika Barat, jika runtuh, permukaan laut bisa naik. (NASA/James Yungel)

Tantangannya menakutkan, tetapi "Saya pikir mereka akan dapat memindahkan gunung es besar," kata Ted Scambos seorang ilmuwan peneliti senior di Pusat Ilmu Pengetahuan dan Pengamatan Bumi di University of Colorado Boulder kepada The Livescience.

"Itu karena, sebagian, arus laut mendukung mereka," lanjut Scambos.

"Jika teknik itu dapat dibuat untuk bekerja di lokasi mana pun, jalur dari Semenanjung Antartika ke Cape Town mungkin salah satu yang terbaik," katanya. "Yang lainnya, yang benar-benar tepat adalah Perth, Australia."

Namun, para kru perlu mengambil banyak tindakan pencegahan. Pertama, air lelehan bisa menggenang di atas gunung es saat ditarik, yang dapat menyebabkan esnya retak.

"Jika mereka telah membaca literatur, mereka mungkin harus memotong parit dan membuat saluran air untuk memastikan air tidak menumpuk di permukaan atas karena itu dapat menyebabkan masalah," kata Scambos.

Kedua, meskipun arus akan membantu mereka, masuk ke arus yang tepat kemungkinan akan sulit, terutama dengan muatan yang sangat besar, katanya.

Tidak jelas juga bagaimana perjalanan gunung es melalui laut yang asin bisa mencegah mencemari air tawar yang membeku di dalam gunung es,atau mencegah apakah organisme seperti ganggang akan mulai tumbuh di atasnya selama perjalanan.

Tetapi jika berhasil, hadiahnya adalah air yang murni. "Luar biasa segar dan bersih," kata Scambos. "Sebagian besar air (yang membeku di gunung es itu) berasal dari ratusan hingga ribuan tahun yang lalu."

Karena usaha seperti itu belum pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan akan membutuhkan empat atau lima misi sebelum seluruh proses berjalan dengan lancar dan dengan cara yang paling hemat biaya, katanya.

Antartika tidak akan pernah kehabisan beberapa gunung esnya, tambah Scambos.

"Antartika mengeluarkan miliaran dan miliaran ton es setiap tahun," katanya.

"Jumlah yang mungkin diambil untuk Cape Town hanyalah sebagian kecil dari es yang ada di Samudra Selatan."

Kata Pengamat Lain

Es Persegi Panjang Antartika
Operasi IceBridge dari NASA menangkap fenomena aneh, yakni gunung es berbentuk persegi panjang yang mengambang di antara lautan es di Semenanjung Antartika utara (Jeremy Harbeck / NASA)

Proposal memiliki beberapa keuntungan untuk itu, kata Matthias Huss, seorang glasiologis di Universitas Fribourg di Swiss yang tidak terlibat dengan proyek Cape Town.

"Bagaimanapun, gunung es akan melepaskan air lelehannya, jadi mengapa tidak menggunakannya untuk persediaan air minum?" Huss memberi tahu Live Science melalui email.

"Juga mengangkut air dalam bentuk balok es kemungkinan lebih efisien daripada mengirimkan air cair."

Biaya yang mahal kemungkinan berarti ini tidak akan menjadi solusi jangka panjang untuk kesengsaraan air di Cape Town, kata Tad Pfeffer, ahli glasiologi di Institut Arktik dan Penelitian Alpine di University of Colorado Boulder, yang tidak terlibat dengan the Southern Ice Project.

"Bagaimanapun mereka melakukannya, itu akan sangat mahal," kata Pfeffer kepada Live Science. "Mereka mungkin bisa melakukannya selama mereka punya uang untuk itu. Secara ekonomi, itu mungkin bukan ide yang bagus, kecuali dalam keadaan darurat yang mengerikan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya