Fosil Paus hingga Sungai yang Hilang, 3 Hal Tersembunyi di Gurun Sahara

Gurun sahara menyimpan banyak misteri. Di antaranya adalah fosil paus dan sungai yang pernah ada namun telah menghilang.

oleh Siti Khotimah diperbarui 13 Jun 2019, 19:40 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2019, 19:40 WIB
Perjuangan Peserta Marathon des Sables di Tengah Gurun Sahara
Peserta melintasi bukit pasir saat mengikuti kompetisi Marathon des Sables ke-33 di gurun Sahara, Maroko (14/4). Sekitar 1.000 peserta dari 50 negara ikut berkompetisi dalam Marathon des Sables ini. (AP Photo / Mosa'ab Elshamy)

Liputan6.com, Jakarta - Gurun sahara adalah padang pasir luas di Afrika Utara yang konon telah berusia 2,5 juta tahun. Banyak mitos terkait gurun ini, misalnya jika ada seseorang yang tersesat di dataran berpasir yang seperti tak berujung ini, maka akan susah untuk ditemukan.

Namun tentu hal itu mungkin hanya terjadi di masa lalu, karena saat ini teknologi canggih telah ditemukan.

Meskipun banyak mitos dan misteri terkait Gurun Sahara, terdapat beberapa hal menakjubkan namun faktual tentang dataran ini. Salah satunya adalah fosil hewan laut yang pernah ditemukan.

Berikut adalah tiga hal tersembunyi dari Gurun Sahara yang tak pernah diduga sebelumnya, sebagaimana dilansir dari laman List Verse pada Kamis (13/6/2019).

Fosil Paus

fosil paus di Gurun Sahara (Wikimedia Commons)
fosil paus di Gurun Sahara (Wikimedia Commons)

Pernah kah Anda mendengar tentang keberadaan fosil paus di Gurun Sahara? Sepintas mungkin terkesan mengada-ada. Namun, ahli geologi mengatakan bahwa dataran tandus yang luas itu merupakan samudera di masa lalu.

Di Wadi Al-Hitan di Mesir, bukti Samudera Tethys yang hilang dapat ditemukan. Di wilayah yang dikenal sebagai Whale Valley, pernah didapati fosil ikan paus di situs itu.

Ketika nenek moyang paus modern mati di laut 37 juta tahun yang lalu, tubuh mereka tertutup endapan. Saat kerak Bumi naik, bekas apa yang menjadi rumah mereka berubah menjadi daratan.

Saat ini, kerangka paus sepanjang 15 meter (50 kaki) sedang dipelajari oleh ahli paleontologi. Di samping tulang paus, gigi hiu besar dan ganas juga ditemukan di sana.

Sungai yang Hilang

Maraton Ekstrem Menyusuri 250 Km Gurun Sahara
Seorang peserta menyusuri lahan bebatuan saat mengikuti lomba lari Marathon des Sables ke-34 tahap kedua di Gurun Sahara, Maroko, Senin (8/4). Selain harus berlari dalam jarak yang sangat jauh, peserta juga harus mengatasi iklim ekstrem Sahara. (JEAN-PHILIPPE KSIAZEK/AFP)

Gurun Sahara di masa lalu bukan seperti apa yang saat ini kita lihat: tandus dan gersang. Ketika iklim berubah selama jutaan tahun, perbatasan pasir telah bergeser.

Seperti halnya para ilmuwan dapat mencari bukti kuno tentang air di Mars, mereka juga melakukan hal serupa di Gurun Sahara. Penelitian telah mengungkapkan bahwa apa yang dulunya merupakan cekungan drainase terbesar ke-12 di dunia pernah mengalir di Sahara.

Sisa-sisa sungai di Mauritania diketahui ketika ngarai bawah laut di lepas pantai ditemukan. Sedimen sungai juga muncul di tempat-tempat yang tak terduga.

Citra satelit kemudian mengonfirmasi keberadaan sungai yang hilang tersebut. Sungai yang hilang sekarang disebut Sungai Tamanrasett, dan penelitian terus menemukan lebih banyak tentang genangan air yang mungkin telah mengering hanya 5.000 tahun yang lalu.

Meteorit dan Kawah

Ilustrasi hujan meteor dan meteorit Sylacauga yang menimpa Ann Hodges (NASA/Wikimedia Commons)
Ilustrasi hujan meteor dan meteorit Sylacauga yang menimpa Ann Hodges (NASA/Wikimedia Commons)

Batu dan meteorit dari luar angkasa memang sering jatuh ke Bumi. Sebagian besar terbakar tanpa memunculkan bahaya di atmosfer, meninggalkan hanya seberkas cahaya di langit. Sementara yang lain mencapai tanah dan mampu menghancurkan objek di permukaan bumi.

Karena kebanyakan terjadi di masa lalu yang jauh, kawah yang ditinggalkan oleh meteor yang mencapai Bumi sering kali diabaikan. Khususnya karena erosi atau pertumbuhan tanaman menutupi cekungan yang dimaksud.

Namun di gurun, kawah bekas meteor tersebut masih bisa terlihat dengan jelas. Salah satunya Kamil Crater yang memiliki lebar 45 meter (148 kaki) di bagian barat daya Mesir. Kawah itu jelas menunjukkan di mana meteor jatuh ke Bumi sekitar 5.000 tahun yang lalu.

Namun, bukan hanya kawah yang ditinggalkan oleh meteorit. Di sekitar Kamil Crater, pecahan meteorit itu sendiri ditemukan jauh dari tempat tumbukan, menyebar di pasir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya