Donald Trump Tuduh Iran Serang 2 Tanker di Teluk Oman, Teheran Membantah Keras

Iran membantah tuduhan Presiden AS Donald Trump yang menuding Teheran sebagai dalang penyerangan 2 tanker internasional di Teluk Oman.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 15 Jun 2019, 11:02 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2019, 11:02 WIB
Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senn, 5 November 2018  (AFP).
Presiden Amerka Serikat (AS) Donald Trump siap meluncurkan sanksi paling berat terhadap Iran, Senin, 5 November 2018 (AFP).

Liputan6.com, Jakarta - Presiden AS Donald Trump menuduh bahwa Iran terlibat dalam serangan ranjau terhadap dua kapal tanker internasional di Teluk Oman pada pertengahan pekan ini.

Trump mengutip cuplikan yang Washington DC rilis pada Kamis 13 Juni 2019 sebagai dasar tuduhan. DC mengatakan bahwa rekaman itu menunjukkan pasukan Iran di kapal kecil mengambil ranjau yang tidak meledak dari lambung salah satu tanker, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (15/6/2019).

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kebenaran perlu "ditetapkan dengan jelas".

Di sisi lain, Rusia telah memperingatkan agar tidak menarik "kesimpulan terburu-buru".

Insiden itu terjadi setelah empat tanker minyak rusak dalam serangan di lepas pantai Uni Emirat Arab pada Mei 2019. AS menyalahkan Iran atas serangan itu, tetapi tidak menghasilkan bukti. Iran juga membantah tuduhan itu.

Ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat secara signifikan sejak Presiden AS Donald Trump menjabat pada tahun 2017. Dia meninggalkan kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA 2015) yang diperantarai oleh pemerintahan Obama dan secara signifikan memperketat sanksi ekonomi terhadap Iran.

Simak video pilihan berikut:

Insiden di Teluk Oman

Ilustrasi kapal tanker
Ilustrasi kapal tanker (Public Domain)

Menurut laporan peristiwa dari US Central Command (Komando Pasukan AS di Timur Tengah), unit angkatan laut mereka menerima panggilan darurat dari Front Altair milik Norwegia pada 13 Juni 2019 pukul 06:12 (02:12 GMT) dan dari Kokuka Courageous milik Jepang pada pukul 07:00.

Keduanya melaporkan ledakan, dan sebagai respons, Pasukan AS bergerak menuju area tersebut.

Dikatakan bahwa kapal AL AS - USS Bainbridge mengamati kapal-kapal angkatan laut Iran yang beroperasi di daerah itu beberapa jam setelah ledakan. Bainbridge juga melaporkan bahwa angkatan laut Iran kemudian mengeluarkan ranjau yang tidak meledak dari sisi Kokuka Courageous.

Awak kedua kapal dievakuasi ke kapal lain di dekatnya. Baik Iran dan AS kemudian merilis foto-foto yang menunjukkan anggota kru yang diselamatkan di atas kapal mereka.

BSM Ship Management, pengelola Kokuka Courageous, mengatakan awak kapal meninggalkan kapal setelah mengamati api dan sebuah ranjau yang tidak meledak.

Namun Yutaka Katada, presiden perusahaan operator kapal Kokuka Sangyo, mengatakan bahwa anggota kru telah melaporkan "bahwa kapal Kokuka Courageous diserang oleh benda terbang".

Kokuka Courageous berjarak sekitar 30 km di lepas pantai Iran ketika mengirim panggilan darurat.

Front Altair membawa nafta, produk bensin, dari Uni Emirat Arab ke Taiwan. Kokuka Courageous membawa metanol dari Arab Saudi ke Singapura.

Menurut perusahaan pemantau satelit global Iceye, kerusakan pada Front Altair menyebabkan tumpahan minyak di perairan sekitar kapal.

Klaim Trump Soal Dugaan Serangan Iran

Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump (AP/Nicholas Kamm)
Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump (AP/Nicholas Kamm)

Berbicara kepada Fox News, Presiden Donald Trump mengatakan, Iran "melakukannya".

"Saya kira salah satu ranjau tidak meledak dan mungkin pada dasarnya Iran tertulis di atasnya. Dan Anda melihat kapal pada malam hari mencoba melepaskan ranjau dan berhasil mengambil ranjau dari kapal, dan mereka terekspos," kata Trump.

Dia juga mengatakan tidak mungkin Iran bisa menutup Selat Hormuz - jalur pelayaran vital yang dilewati sepertiga minyak laut di dunia setiap tahun - tetapi jika itu terjadi, selat itu tidak akan tetap ditutup "lama".

Pernyataan Trump datang setelah sebelumnya, Menlu AS Mike Pompeo juga menggemakan tuduhan serupa.

Pompeo mengatakan senjata yang digunakan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melakukan serangan dan, tipe serangan baru-baru ini menunjukkan Iran ada di belakangnya.

Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan mengatakan AS akan berbagi intelijen untuk mencoba "membangun konsensus internasional untuk masalah internasional ini".

Bantahan Iran

Ilustrasi bendera Iran
Ilustrasi (iStock)

Presiden Iran Hassan Rouhani pada hari Jumat menuduh AS sebagai "ancaman serius bagi stabilitas di Timur Tengah", tanpa merujuk langsung pada serangan di Teluk Oman.

Dia mengulangi seruan kepada pihak internasional untuk perjanjian nuklir 2015 untuk menghormati komitmen mereka, menyusul penarikan sepihak oleh administrasi Trump.

Menteri Luar Negeri Javad Zarif di Twitter menuduh AS membuat tuduhan "tanpa bukti faktual atau tidak langsung" dan berusaha untuk "menyabot diplomasi".

Sementara itu, Misi Iran di PBB mengecam sekeras-kerasnya tuduhan-tuduhan tak mendasar dari Amerika dan menyebutnya sebagai bentuk 'fobia Iran'.

Iran juga menolak bahwa mereka sebagai pihak yang memicu instabilitas di Timur Tengah.

"Ironis bahwa sejatinya AS-lah ... yang menjadi sumber utama ketidak-aman-an dan instabilitas di Teluk Persia, serta menjadi ancaman utama terhadap perdamaian di kawasan," lanjut pernyataan Misi Iran di PBB yang diterima Liputan6.com dari Kedutaan Iran di Jakarta, Sabtu 15 Juni 2019.

Pernyataan itu juga mengutuk "langkah AS yang melanggar hukum" karena "telah secara sepihak keluar dari kesepakatan nuklir Iran."

Kata Analis

Pasukan khusus Korps Garda Revolusi Iran (IRGC)  (Wikimedia / Creative Commons)
Pasukan khusus Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) (Wikimedia / Creative Commons)

Frank Gardner, koresponden keamanan untuk BBC, menulis bahwa rekaman yang dirilis AS pada Kamis 13 Juni "agak lebih meyakinkan daripada bukti tidak langsung yang telah diberikan sebelumnya."

"Pesawat patroli putih kecil dalam video tersebut adalah tipikal dari jenis yang digunakan oleh Angkatan Laut IRGC (Korps Garda Revolusi Iran) di Teluk," tulis Gardner dalam sebuah kolom opini di BBC.com.

"Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Laut IRGC telah terus menggantikan Angkatan Laut konvensional Iran di sepanjang pantai Teluk Iran, dari perbatasannya dengan Kuwait di utara hingga Pakistan dan Laut Arab. Pasukannya telah membangun armada yang tangguh dari pesawat serang kecil, berkecepatan tinggi, dan sulit dideteksi yang dipersenjatai dengan ranjau, rudal, torpedo dan drone.

"Komando IRGC secara teratur mempraktekkan operasi rahasia dan serangan simulasi. Beberapa pesawat mereka mendekati kapal perang Angkatan Laut AS di Teluk dalam beberapa tahun terakhir dan masih ada risiko bentrokan di laut.

Iran telah membantah keterlibatan dalam serangan hari Kamis, mengatakan mereka dilakukan oleh seseorang yang ingin menggagalkan hubungan Iran dengan komunitas internasional. Kemungkinan, Teheran juga akan meragukan keaslian bukti rekaman yang disajikan oleh AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya